Langkah-langkah metode Bahtiar 2008a adalah sebagai berikut: 1.
Plot data beban-defleksi dalam bentuk grafik yang diperoleh dari hasil pengujian dengan UTM.
2. Tentukan salah satu data beban-defleksi sebagai batas elastis dengan cara
membagi data menjadi dua bagian yaitu data elastis dan data plastis. Data elastis adalah data pada kurva lurus atau linear. Data plastis adalah data pada
kurva kuadratik melengkung. Titik pertemuan ujung kurva lurus dan pangkal kurva kuadratik merupakan batas elastis.
3. Data tersebut kemudian disajikan dalam tabel baru yang berisikan kolom P
beban, Δy defleksi aktual, Δy
e
defleksi elastis, dan Δy
p
defleksi plastis seperti Tabel 4. Di bawah batas elastis,
Δy
p
bernilai nol karena defleksi plastis belum terjadi. Di atas batas elastis,
Δy
e
bernilai maksimal atau konstan sebesar defleksi batas elastis. Sedangkan
Δy
p
adalah selisih dari defleksi aktual dengan defleksi plastis karena defleksi aktual merupakan penjumlahan dari defleksi
elastis dan plastis Δy = Δy
e
+ Δy
p
. Tabel 4. Contoh tabel hubungan defleksi – beban metode Bahtiar
P Δy
Δy
e
Δy
p
P
1
Δy
1
Δy
e1
P
2
Δy
2
Δy
e2
… …
… …
Batas Elastis l P
l
Δy
l
Δy
el
P
l+1
Δy
l+1
Δy
el
Δy
pl+1
4. Susun tabel baru dengan kolom P, Δy, dan Δy
p 2
kemudian regresikan dengan regresi linear berganda dimana P sebagai respon dan
Δy serta Δy
p 2
sebagai variable bebas. Model regresi adalah P = a
Δy + bΔ
2
y
p
+ c. 5.
Hitung MOE dengan rumus :
3 3
4bh L
a MOE
= 3-15
3.3.6.2. Penurunan Rumus Lentur Glulam I
Rumus lentur glulam diturunkan dari perilaku tiap lamina dalam menerima beban lentur. Perilaku lamina berupa tegangan, regangan dan defleksi
digambarkan secara geometris, kemudian dianalisis menggunakan prinsip-prinsip kalkulus dan geometri analitis yang didukung ilmu mekanika bahan. Rumus ini
merupakan suatu perbaikan dari rumus metode transformed cross section yang mengasumsikan luas penampang berubah seiring dengan perbedaan MOE lamina.
Penurunan rumus lentur telah dilakukan oleh Bahtiar 2008b untuk glulam berbentuk balok dimana kondisi berbeda dengan metode transformed cross
section karena tidak dibatasi asumsi perubahan luas penampang akibat perbedaan MOE lamina. Rumus tersebut kemudian dikembangkan untuk glulam berbentuk I
pada penelitian ini.
3.3.6.3. Analisis Statistik
Analisis statistik yang digunakan adalah uji-t berpasangan dependent t- test untuk mengetahui adanya perbedaan antara prediksi teoritis dengan hasil
empiris. Variabel yang digunakan yaitu: a.
MOE teoritis glulam dengan MOE empiris glulam b.
MOR teoritis glulam dengan MOR empiris glulam
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sifat Fisis
Menurut Yap 1997, ada beberapa faktor yang mempengaruhi sifat mekanis kayu salah satunya adalah sifat fisis kayu yaitu berupa berat jenis dan
kadar air. Pada balok laminasi, lamina-lamina penyusunnya memberi pengaruh terhadap sifat fisis balok tersebut. Pada Tabel 5, sifat fisis antara contoh kecil
yang merupakan lamina penyusun glulam dengan glulamnya tidak jauh berbeda. Rata-rata kadar air contoh kecil sebesar 12,99, sedangkan kadar air glulam
sebesar 11,6. Rata-rata berat jenis antara glulam dan contoh kecil tidak jauh berbeda yaitu 0,61 untuk contoh kecil dan 0,62 untuk glulam. Rata-rata kerapatan
memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 0,69 kgcm
3
. Tabel 5 Rata-rata sifat fisis glulam dan contoh kecil
Contoh Uji Sifat Fisis
Kadar Air Kerapatan gcm
3
Berat Jenis
Contoh kecil 12,99 0,69 0,61
Glulam 11,60 0,69 0,62
4.1.1. Kadar Air
Perubahan kadar air yang mempengaruhi kekuatan kayu adalah ketika kadar air kayu di bawah titik jenuh serat. Pada pembuatan balok laminasi,
disyaratkan lamina penyusunnya memiliki kadar air 12-15. Pada Tabel 6 disajikan rata-rata kadar air setiap glulam beserta rata-rata kadar air lamina
penyusun dari masing-masing glulam. Dari tabel tersebut jelas terlihat bahwa lamina yang digunakan telah memenuhi persyaratan lamina untuk balok laminasi.
Kisaran kadar air dari contoh kecil adalah 12,26-14,12. Kisaran kadar air glulam adalah 11,27 - 11,92.