Nilai Kepadatan K dan Kepadatan Relatif KR Amfibi

29 29 Gambar 4.17 a. Polypedates leucomystax; b. Jari tangan licin; c. Jari kaki berbentuk gada; d. Sketsa P. leucomystax; e. Sketsa jari tangan licin; f. Sketsa jari kaki berbentuk gada; 1. Corak bergaris hitam halus.

4.3. Nilai Kepadatan K dan Kepadatan Relatif KR Amfibi

Hasil analisis data jumlah individu masing-masing jenis atau spesies amfibi yang ditemukan, didapatkan nilai Kepadatan K dan Kepadatan Relatif KR amfibi di lokasi penelitian yang cukup bervariasi Tabel 4.3: Tabel 4.3 Nilai Kepadatan K dan Kepadatan Relatif KR No Spesies Lokasi I Lokasi II Lokasi III K KR K KR K KR 1 Bufo asper - - 4,00 4,34 - - 2 Bufo divergens 6,67 2,77 - - - - 3 Bufo juxtasper 13,33 5,55 - - 13,33 4,74 4 Bufo melanostictus - - 16,00 17,39 6,77 2,37 5 Leptophrine barbonica 26,67 11,11 - - 100,0 35,61 6 Fejervarya cancrivora - - 4,00 4,34 6,67 2,37 7 Fejervarya limnocharis 26,67 11,11 4,00 4,34 - - 8 Limnonectes blythii 33,33 13,88 - - - - 9 Limnonectes kuhlii 53,33 22,22 12,00 13,04 13,67 4,74 10 Occidozyga sp. 6,67 2,77 - - - - 11 Microhyla bedmorei - - - - 13,67 4,74 12 Microhyla heymonsi - - - - 33,33 11,87 13 Huia sumatrana 6,67 2,77 - - - - 14 Rana chalconota 20,00 8,33 8,00 8,69 20,00 7,12 15 Rana hosii 33,33 13,88 44,00 47,82 33,33 11,87 16 Rana siberut 13,33 5,55 - - - - 17 Polypedates leucomystax - - - - 40,00 14,24 Jumlah 240,00 99,94 92,00 99,96 280,7 99.67 Keterangan: Lokasi I sungai di hutan; Lokasi II sungai di pinggiran hutan; Lokasi III sungai di pemukiman penduduk; K: Kepadatan; KR: Kepadatan Relatif. a d b f e c 1 Universitas Sumatera Utara 30 30 Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa keseluruhan nilai kepadatan yang terbanyak berturut-turut yaitu pada lokasi III 280,77 indha, lokasi I 240,00 indha dan lokasi II 92,00 indha. Tingginya nilai kepadatan pada lokasi III dikarenakan oleh jumlah dari spesies L. borbonica yang mencapai 100 indha. Hal ini karena adanya ketersediaan makanan yang tinggi pada lokasi ini sehingga terjadi persaingan antar spesies ini dalam mencari makanan. Putra 2012 menyatakan bahwa kepadatan relatif suatu jenis dipengaruhi oleh interaksi antar spesies. Interaksi seringkali terjadi antara dua atau lebih spesies. Interaksi dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Salah satu bentuk interaksi negatif ialah adanya persaingan. Kurniati 1998 melakukan penelitian terhadap pola makan empat jenis katak genus Rana dan menyebutkan bahwa pada lambung katak tersebut ditemukan jenis-jenis serangga yang hampir sama sehingga terjadi persaingan yang kuat. Nilai kepadatan spesies yang paling tinggi di lokasi 1 adalah L. kuhlii sebanyak 53,33 indha, sedangkan nilai kepadatan yang terendah adalah B. divergens, H. sumatrana, dan Occidozyga sp. sebanyak 6,67 indha. Tingginya nilai kepadatan dari L. kuhlii, disebabkan kondisi sungai yang berbatu dan dangkal sehingga arus menjadi sedang. Hal ini sesuai dengan Iskandar 1998 L. kuhlii tergolong umum ditemukan pada daerah genangan air yang berarus sedang dan secara umum bahwa marga Limnonectes diketahui memiliki persebaran yang berpusat di Indonesia. Nilai kepadatan spesies yang paling rendah adalah B. divergens, H. sumatrana dan Occidozyga sp. B. divergens hanya ditemukan 1 pada lokasi 1 dikarenakan spesies ini lebih menyukai habitat yang banyak serasah daun dan lebih aktif pada daerah lantai hutan. Mistar 2003 menyatakan bahwa B. divergens tersebar luas dari pinggiran sungai sampai punggungan bukit, aktif di lantai hutan dan sering ditemukan pada permukaan tanah atau di atas tumpukan serasah-serasah di lantai hutan. Mistar 2003 menjelaskan bahwa H. sumatrana merupakan jenis amfibi yang yang hidup di sungai yang jernih dan berbatu. Occidozyga sp. juga termasuk kedalam spesies yang paling sedikit dijumpai karena biasanya katak jenis ini hidup pada daerah yang dekat dengan pemukiman masyarakat dan dapat Universitas Sumatera Utara 31 31 berkamuflase dengan lingkunganya. Mistar 2003 menyatakan bahwa Occidozyga sp. selalu ditemukan banyak disawah dengan mata diatas permukaan air, juga terdapat di kebun karet Havea brasilensis. Nilai kepadatan spesies yang paling tinggi di lokasi II adalah R. hosii sebanyak 44 indha. Hal ini disebabkan kondisi sungai yang berbatu dan arus yang deras serta tingginya adaptasi dari katak jenis ini yang dapat berubah warna untuk menghindari pemangsa. Tingginya kepadatan R. hosii ini dikarenakan sungai di daerah hutan yang memiliki arus deras dan kondisi berbatu yang merupakan habitat kesukaan dari spesies ini Pada saat pengamatan, spesies ini ditemukan dengan berbagai variasi warna yakni hijau, coklat dan hijau kecoklatan. Selanjutnya Iskandar 1998 menjelaskan bahwa spesies tersebut memiliki racun sesuai namanya dan mempunyai variasi warna yang banyak yang memudahkan menghindari dari pemangsa dan mendapatkan mangsa serta cocok hidup di berbagai tipe sungai. Nilai kepadatan yang paling rendah adalah B. asper, F. cancrivora dan F. limnocharis. Sedikitnya jenis B. asper famili Bufonidae yang dijumpai di lokasi II karena jenis Bufo ini lebih sering ditemukan dilantai-lantai hutan. Mistar 2003 menyatakan bahwa jenis ini hidup pada hutan primer hingga sekunder yang aktif di daerah lantai hutan. F. cancrivora dan F. limnocharis juga merupakan spesies yang paling sedikit ditemukan karena sungai di daerah pinggiran hutan yang memiliki arus deras dan masih cukup bersih, berbanding terbalik dengan jenis dari famili Dicroglossidae ini yang sering menempati daerah yang banyak lumpur, seperti rawa dan sawah serta daerah yang telah tercemar. Mistar 2003 menyatakan bahwa F. cancrivora umumnya dijumpai rawa, sawah bahkan air payau, sedangkan F. limnocharis, jenis ini menempati habitat yang telah terganggu pada daerah dataran rendah sampai pegunungan dataran rendah. Nilai kepadatan spesies yang paling tinggi di lokasi III adalah L. borbonica, sebanyak 100 indha. Hal ini disebabkan adalah arus sungai yang lambat. Darmawan 2008 menyatakan bahwa L. borbonica menempati daerah yang basah dengan arus yang lambat. Nilai kepadatan spesies yang paling rendah di lokasi III adalah B. melanostictus. Bufo jenis ini merupakan jenis yang paling sering dijumpai di sekitar rumah pemukiman penduduk. Sedikitnya jumlah dari Universitas Sumatera Utara 32 32 spesies ini dikarenakan jenis ini lebih menyukai tinggal di halaman atau di sekitar rumah penduduk dari pada di sungai. Mistar 2003 menjelaskan bahwa Bufo melanostictus merupakan spesies yang biasanya hidup selalu dekat hunian manusia dan berburu serangga dibawah lampu.

4.4. Nilai Frekuensi Kehadiran FK Amfibi