Akibat Hukum dari Perjanjian Jenis- Jenis Perjanjian

18 sebagaimana diatur dalam pasal 1338 3 KUH Perdata bersifat objektif dan dinamis mengikuti situasi sekitar perbuatan hukumnya. 5. Asas Kepribadian Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Asas ini diatur dalam ketentuan pasal 1315 dan pasal 1340 KUH Perdata. Pasal 1315 berbunyi “Pada umumnya tak seorang pun dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau meminta ditetapkannya suatu janji selain untuk dirinya sendiri”. Pada umumnya seseorang yang mengadakan perjanjian hanya untuk kepentingan dirinya sendiri.Pasal 1340 berbunyi “perjanjian hanya berlaku antar pihak yang membuatnya.”dari rumusan tersebut dapat diketahui bahwa pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat oleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai individu, subjek hukum pribadi, hanya berlaku dan mengikat untuk dirinya sendiri.

4. Akibat Hukum dari Perjanjian

Pasal 1340 ayat 1 KUH Perdata menyatakan bahwa perjanjian-perjanjian yang dibuat hanya berlaku di antara para pihak yang membuatnya. Ini berarti bahwa setiap perjanjian, hanya membawa akibat berlakunya ketentuan pasal 1131 KUH Perdata bagi para pihak yang terlibat atau yang membuat perjanjian tersebut. jadi,apa yang menjadi kewajiban atau prestasi yang harus dilaksanakanoleh debitor dalam perjanjian hanya merupakan dan menjadi kewajibannya semata-mata dan tidak boleh merugikan pihak ketiga. 19 Suatu akibat hukum disebabkan karena timbulnya hak dan kewajiban, dimana hakmerupakansuatu kenikmatan, sedangkan kewajiban merupakan beban.Pelaksanaan perjanjian ialah pemenuhan hak dan kewajiban yang telah diperjanjikan oleh pihak-pihak supaya perjanjian itu mencapai tujuannya. jadi perjanjian itu mempunyai kekuatan mengikat dan memaksa. perjanjian yang telah dibuat secara sah mengikat pihak-pihak. Perjanjian tersebut tidak boleh diatur atau dibatalkan secara sepihak saja. suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu Pasal 1338 ayat 2KUHPerdata, perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata Perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-undang.

5. Jenis- Jenis Perjanjian

Perjanjian dapat dibedakan menurut berbagai cara, yaitu : 1. Perjanjian menurut sumbernya : a. Perjanjian yang bersumber dari hukum keluarga, seperti halnya perkawinan b. Perjanjian yang bersumber dari kebendaan yaitu yang berhubungan dengan peralihan hukum benda, misalnya peralihan hak milik c. Perjanjian obligatoir, yaitu perjanjian yang menimbulkan kewajiban d. Perjanjian yang bersumber dari hukum acara e. Perjanjian yang bersumber dari hukum publik. 20 2. Perjanjian menurut namanya : a. Perjanjian Khususbernamanominaat Perjanjian yang memiliki nama dan diatur dalam KUHPerdata, contoh perjanjian yang terdapat dalam Buku III Bab V-XVIII KUHPerdata, antara lain : Perjanjian jual-beli,tukar-menukar, sewa-menyewa, persekutuan perdata, hibah, penitipan barang, pinjam pakai, pinjam- meminjam, pemberian kuasa, penanggungan utang dan perdamaian. b. Perjanjian umumtidak bernamainnominaat Perjanjian yang timbul, tumbuh dan hidup dalam masyarakat karena asas kebebasan berkontrak dan perjanjian ini belum dikenal pada saat KUHPerdata diundangkan.contohnya : kontrak production sharing,joint venture, kontrak karya, kontrak konstruksi, leasing, sewa-beli, franchise, technical assistance dan lain sebagainya. 3. Perjanjian menurut bentuknya : a. Kontrak lisan adalah kontrak yang dibuat oleh para pihak cukup dengan lisan atau kesepakatan saja, pasal 1320 KUHPerdata denagn adanya konsensus maka perjanjian ini telah terjadi. Termasuk dalam perjanjian lisan adalah : 1. Perjanjian Konsensual, adalah perjanjian dimana adanya kata sepakat antara para pihak saja sudah cukup untuk timbulnya perjanjian yang bersangkutan 2. Perjanjian riil, adalah perjanjian yang hanya berlaku sesudah terjadinya penyerahan barang atau kata sepakat bersamaan dengan penyerahan barangnya. b. Kontrak tertulis merupakan kontrak yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan kontrak. Kontrak ini dibagi kedalam dua bentuk : 1. Akta autentik adalah akta yang dibuat oleh atau dihadapan pejabat yang berwenang yang memuat tentang adanya peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar adanya hak atau perikatan dan mengikat bagi pembuatnya ataupun bagi pihak ketiga. 2. Akta dibawah tangan adalah akta yang pembuatanya dilaksanakan sendiri oleh para atau tidak ada campur tangan dari pejabat. 4. Perjanjian yang istimewa sifatnya : 21 a. Perjanjian liberatoir adalah perjanjian dimana para pihak membebaskan diri dari kewajiban yang ada. Misalnya, pembebasan hutang pasal 1438 KUHPerdata. b. Perjanjian pembuktian, yaitu perjajian dimana para pihak menentukan pembuktian apakah yang berlaku dianatara mereka. c. Perjanjian untung-untungan, misalnya perjanjian asuransi pasal 1774 KUHPerdata d. Perjanjian publik, adalah perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik, karena salah satu bertindak sebagai penguasa pemerintah. 5. Perjanjian menurut sifatnya : a. Perjanjian pokok, yaitu perjanjian yang utama b. Perjanjianaccessoir adalah perjanjian tambahan yang mengikuti perjanjian utama c. Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang hanya baru meletakkan hak dan kewajiban kepada masing-masing pihak dan belum memindahkan hak milik d. Perjanjian kebendaan adalah perjanjian dengan mana seseorang menyerahkan haknya atas sesuatu kepada pihak lain, misalnya peralihan hak milik.

B. Tinjauan Umum Tentang Utang-Piutang 1. Pengertian Utang-Piutang

Pinjam-meminjam berasal dari Istilah“ verbruik-lening”yang mana perkataan ‘verbuik’ berasal dari bahasa ”verbruiken” yang berarti menghabiskan. perjanjian Utang-piutang uang termasuk ke dalam jenis perjanjian pinjam-meminjam, hal ini sebagaimana diatur dalam Bab Ketiga Belas Buku Ketiga KUH Perdata. Dalam Pasal 1754 KUH Perdata yang menyebutkan :“ Pinjam-meminjam adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu 22 jumblah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula.” Gatot Supramono memberikan defenisi Utang-piutang adalah “ Perjanjian antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya dan objek yang diperjanjikan pada umumnya adalah uang, dimana kedudukan pihak yang satu sebagai pihak yang memberikan pinjaman, sedangkan pihak yang lain menerima pinjaman uang. Dan uang yang dipinjam akan dikembalikan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan yang diperjanjikan“. Kriansidoarjo“ Hutang Piutang ” adalah memberikan sesuatu yang menjadi hak milik pemberi pinjaman kepada peminjam dengan pengembalian di kemudian hari sesuai perjanjian dengan jumlah yang sama. Jika peminjam diberi pinjaman Rp. 1.000.000 maka di masa depan si peminjam akan mengembalikan uang sejumlah satu juta juga. Jadi hutangPiutangadalah menyerahkan sesuatu kepadaorang lain dengan perjanjian akan mengembalikan dengan jumlah yang sama. dalam perjanjian utang- piutang barang yang diserahkan untuk dipinjam itu menjadi miliknya si peminjam, sedangkan pihak yang meminjamkan memperoleh suatu hak penuntutan piutang terhadap si peminjam untuk mengembalikan sejumlah barang yang sama jumlah dan kwalitetnya. 23 Objek perjanjian pinjam-meminjam dalam pasal 1754 KUH Perdata tersebut berupa barang-barang yang habis karena pemakaian seperti : Buah-buahan, minyak tanah,pupuk dll. Uang dapat merupakan objek perjanjian utang-piutang karena termasuk barang yang habis karena pemakaian. karena uang berfungsi sebagai alat tukar atau akan habis apabila dibelanjakan. Oleh karena itu, sangat jelas utang- piutang termasuk perjanjian pinjam-meminjam. 2 Latar Belakang Terjadinya Perjanjian Utang-Piutang Perjanjian utang-piutang dapat terjadi karena dilatarbelakangi sejarah. Pada pokoknya terjadinya perjanjian utang-piutang ada dua macam, yaitu karena murni perjanjian utang-piutang dan karena dilatarbelakangi perjanjian lain. a. Karena Murni Perjanjian Utang-piutang. Perjanjian utang-piutang yang dimaksud disini, tidak ada latar belakang persoalan lain, dan perjanjian itu dibuat hanya semata-mata untuk melakukan utang-piutang. misalnya, seorang pedagang kekurangan modal untuk meningkatkan usahanya, lalu pergi ke bank untuk meminjam kredit.disinidapat dilihat bahwa terjadinya perjanjian karena murni kepentingan utang-piutang. b. Karena dilatarbelakangi perjanjian lain. Lain halnya dengan perjanjian utang-piutang yang satu ini, terjadinya perjanjian tersebut karena sebelumnya telah terjadi perjanjian lain. Perjanjian sebelumnya dengan perjanjian berikutnya yaitu perjanjian utang-piutang kedudukannya berdiri sendiri. Perjanjian sebelumnya telah selesai dilaksanakan. misalnya, dalam perjanjian jual-beli sepeda motor secara cicilan, setelah pembeli membayar uang muka dan penjual menyerahkan sepeda motor, maka perjanjian jual beli ini sudah selesai dimana Pembeli sudah membayar harga sepeda motor akan tetapi sebagian, dimana sisa dari harga sepeda motor yang belum dibayar merupakan utang bagi si pembeli. Utang tersebut dapat dituangkan dalam perjanjian utang-piutang antara penjual dengan pembeli.disiniterlihat bahwa 24 antara perjanjian jual-beli dengan perjanjian utang-piutang sama-sama perjanjian pokok, dan masing masing berdiri sendiri, dimana perjanjian jual-beli sudah selesai baru timbul perjanjian utang-piutang.

3. Hak dan Kewajiban Para Pihak.