Hak dan Kewajiban Para Pihak.

24 antara perjanjian jual-beli dengan perjanjian utang-piutang sama-sama perjanjian pokok, dan masing masing berdiri sendiri, dimana perjanjian jual-beli sudah selesai baru timbul perjanjian utang-piutang.

3. Hak dan Kewajiban Para Pihak.

Dalam perjanjian yang bertimbal balik seperti perjanjian utang-piutang ini, hak dan kewajiban kreditur bertimbal balik dengan hak dan kewajiban debitur. Hak kreditur disatu pihak, merupakan kewajiban debitur di lain pihak. Begitu pula sebaliknya, kewajiban kreditur merupakan hak debitur. 1. Kewajiban Kreditur Perjanjian utang-piutang sebagaimana diatur dalam KUH Perdata kewajiban- kewajiban kreditur tidak banyak diatur, pada pokoknya kreditur wajib menyerahkan uang yang dipinjamkan kepada debitur setelah terjadinya perjanjian. Selanjutnya, Pasal 1759 hingga Pasal 1761 KUH Perdata, menentukan: a. Uang yang telah diserahkan kepada debitur sebagai pinjaman. Sebelum lewat waktu yang ditentukan dalam perjanjian tidak dapat diminta kembali oleh kreditur. b. Apabila dalam perjanjian utang-piutang tidak ditentukan jangka waktu, dan kreditur menuntut pengembalian utang, caranya dengan mengajukan gugatan perdata ke pengadilan, dan berdasarkan Pasal 1760 KUH Perdata hakim diberi kewenangan untuk menetapkan jangka waktu pengembalian utang, dengan mempertimbangkan keadaan debitur serta memberi kelonggaran kepadanya untuk membayar utang. c. Jika dalam perjanjian tersebut, ditentukan pihak debitur akan mengembalikan utang setelah ia mampu membayarnya, kreditur juga harus menuntut pengembalian utang melalui pengadilan, hakim setelah mempertimbangkan keadaan debitur, akan menentukan waktu pengembalian tersebut , Pasal 1761 KUH Pedata. 25 2. Kewajiban Debitur Kewajiban debitur dalam perjanjian utang-piutang sebenarnya tidak banyak, pada pokoknya mengembalikan utang dalam jumblah yang sama, disertai dengan pembayaran bunga yang telah diperjanjikan, dalam jangka waktu yang telah ditentukan, Pasal 1763 KUH Perdata. pembayaran utang tergantung perjanjiannya, ada yang diperjanjikan pembayaranya cukup sekali langsung lunas, biasanya apabila jika utangnya tidak begitu besar nilainya. Dan ada pula jika utangnya dalam jumlah besar seperti kreditbank, pada umumya pembayaran utang dilakukan debitur secara mengangsur tiap bulan selama waktu yang telah diperjanjikan disertai dengan bunganya.

C. Tinjauan Umum Tentang Alat Bukti 1. Pengertian Alat Bukti

Dalam suatu perkara perdata atau dari keseluruhan tahap persidangan dalam penyeleksian perkara perdata, pembuktian memegang peranan yang sangat penting.Dikatakan demikian karena dalam tahap pembuktian inilah para pihak yang bersengketa diberikan kesempatan untuk mengemukakan kebenaran dari dalil-dalil yang dikemukakannya. Sehingga berdasarkan pembuktian inilah hakim atau majelis hakim akan dapat menentukan mengenai ada atau tidaknya suatu peristiwa atau hak,yang kemudian pada akhirnya hakim dapat menerapkan hukumnya secara tepat, 26 benar, adil, atau dengan kata lain putusan hakim yang tepat dan adil baru dapat ditentukan setelah melalui tahap pembuktian dalam persidangan penyelesaian perkara perdata di pengadilan, Sehubungan dengan hukum pembuktian, maka untuk keperluan suatu pembuktian, diperlukan alat bukti. Alat bukti bewijsmiddel adalah bermacam-macam bentuk dan jenis, yang mampu memberi keterangan dan penjelasan tentang masalah yang diperkarakan di pengadilan. Alat bukti mana diajukan para pihak untuk membenarkan dalil gugat atau dalil bantahan. Berdasarkan keterangan dan penjelasan yang diberikan alat bukti itulah hakim melakukan penilaian, pihak mana yang paling sempurna pembuktianya. untuk memberikan gambaran yang jelas, dalam ketentuan pasal 163 HIR berbunyi : “Barang siapa mengatakan ia mempunyai suatu hak, atau mengatakan suatu perbuatan untuk menguatkan haknya itu atau membantah hak orang lain, maka orang itu haruslah membuktikan hak itu atau adanya perbuatan itu.“ Dalam pasal 163 HIR terdapat asas “ siapa yang mendalilkan sesuatu dia harus membuktikannya. “ Jadi, para pihak yang berperkara dapat membuktikan kebenaran dalil gugat dan dalil bantahan maupun fakta-fakta yang mereka kemukakan dengan jenis atau bentuk alat bukti tertentu yang telah ditentukan oleh undang-undang. Hukum pembuktian yang berlaku di indonesia sampai saat ini masih berpegang kepada jenis alat bukti tertentu saja yaitu alat bukti yang ditentukan oleh undang- undang, di luar itu, tidak dibenarkan diajukan alat bukti lain karena dianggap tidak 27 sah sebagai alat bukti dan oleh karena itu tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian untuk menguatkan kebenaran dalil atau bantahan yang dikemukakan.

2. Prinsip Pembuktian