Hubungan Konsep diri dan Asertivitas

58 b. Menentukan peran dan fungsi seksualnya yang kuat dalam kebudayaan dan tempatnya berada. c. Mencapai kedewasaan dengan kemandirian, kepercayaan diri, dan kemampuan untuk menghadapi kehidupan. d. Mencapai posisi yang diterima oleh masyarakat. e. Mengembangkan hati nurani, tanggung jawab, moralitas, dan nilai-nilai yang sesuai dengan lingkungan dan kebudayaan. f. Memecahkan problem-problem nyata dalam pengalaman sendiri dalam kaitannya dengan lingkungan. Tugas-tugas perkembangan yang dikemukakan oleh Carballo ini hampir senada dengan Robert Havighurst, hanya saja Carballo lebih menekankan tugas-tugas remaja kepada tugas-tugas sosial. Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak. Akibatnya hanya sedikit anak laki-laki dan anak perempuan diharapkan untuk menguasi tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka matangnya terlambat. Tugas perkembangan sifatnya tidak universal, namun sangat tergantung dari budaya setempat, sehingga ada kemungkinan tugas perkembangan tersebut ada yang tidak berlaku untuk kultur bangsa Indonesia.

D. Hubungan Konsep diri dan Asertivitas

Sebagai remaja, banyak sekali tekanan yang dihadapi dari teman sebaya. Tekanan ini bisa berupa ajakan, rayuan, bahkan paksaan yang biasanya diiming-imingin atau janji yang diperoleh bila mau melakukannya, 59 atau bahkan ancaman bila menolaknya. Hal seperti ini sering terjadi seperti ajakan untuk merokok, minum alkohol atau NAPZA, pemalakan, pengompasan ataupun paksaan untuk ikut dalam tawuran. Menghadapi hal ini remaja cenderung tidak berani atau ragu- ragu untuk berkata “tidak”, karena berbagai alasan antara lain : takut tidak mempunyai teman, takut dimusuhi atau takut dianggap pengecut. Pemaparan tersebut menunjukan bahwa rendahnya kemampuan remaja dalam menyelesaikan masalah yang terjadi, kurang bertanggung jawabnya remaja terhadap kepentingan umum, suka membuat keributan, suka merugikan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi dan kesemuanya itu merupakan perilaku yang tidak asertif. Masalah asertivitas dapat dijumpai dalam setiap kelompok usia termasuk remaja. Menurut pendapat penulis, asertivitas remaja justru menarik untuk diteliti, mengingat “keunikan” yang dimiliki masa remaja dibandingkan dengan masa yang lain seperti masa anak-anak ataupun masa dewasa. Keunikan atau ciri khas yang dimaksud adalah bahwa dimasa tersebut remaja sedang mengalami masa “transisi”, dimana status remaja menjadi tidak jelas, bukan lagi sebagai anak-anak dan bukan pula menjadi orang dewasa. Masa transisi yang dialami remaja membawa dampak pada bergeraknya kehidupan sosial remaja dari meninggalkan orang tua menuju teman sebaya. Remaja cenderung berperilaku mengikuti standar perilaku teman-teman dalam kelompoknya. Dengan demikian remaja akan patuh pada nilai-nilai, kebiasaan, kesukaan pada kebudayaan kelompoknya. Pengaruh teman sebaya 60 dalam menciptakan asertivitas pada remaja sangat besar, namun demikian konsep diri yang positif juga memegang peranan yang cukup besar. Konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki Jalaludin Rakhmat, 2005: 104. Setiap orang memiliki konsep diri yang berbeda-beda. Remaja yang memiliki konsep diri yang positif akan memiliki sifat penerimaan diri, evaluasi diri yang positif dan harga diri yang tinggi, membuat mereka merasa aman dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam kancah sosial, karena dengan percaya diri yang dimiliki akan memberikan keberanian untuk menyampaikan pikiran dan perasaan yang sebenarnya kepada orang lain tanpa disertai kecemasan, mampu menerima pikiran dan perasaan orang lain. Dengan demikian remaja yang asertif juga memiliki konsep diri yang positif sedangkan orang yang konsep dirinya negatif akan cenderung tidak aman, tertekan, kurang percaya diri dan cemas sehingga mereka akan sulit untuk mengespresikan pikiran dan perasaannya pada orang lain. Keadaan ini membuat individu menjadi tidak asertif. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Danik Rinawati 2009: 1 dan Asa Lende Bani 2012: 5 mengenai korelasi antara konsep diri dengan perilaku asertif bahwa adanya hubungan antara konsep diri dengan perilaku asertif. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi konsep dirinya semakin tinggi pula tingkat perilaku asertifnya. 61

E. Hipotesis Penelitian