74 dan kontrol sebelum perlakuan. Angket awal bertujuan untuk mengetahui tingkat
motivasi awal sebelum pembelajaran. Angket akhir diberikan pada kedua kelas setelah perlakuan. Angket akhir bertujuan untuk mengetahui tingkat motivasi
siswa setelah diberi perlakuan baik kelas kontekstual maupun kelas konvensional. Nilai maksimum dari angket awal dan angket akhir adalah 150. Skor angket
motivasi belajar siswa pada kedua kelompok dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. Data skor awal dan skor akhir motivasi belajar siswa Deskripsi
Kelas Konvensional Kelas Kontekstual
Awal Akhir
Awal Akhir
Rata-rata ͳͲ͵ǡͷ
ͳͲͷǡͶ ͳͲ͵ǡʹͷ
ͳͲǡʹͷ Nilai Maksimum Ideal
150 150
150 150
Nilai maksimum ͳʹͶ
ͳʹʹ ͳʹ
ͳ͵ͷ Nilai minimum
ͺ ͺͺ
ͺͲ 74
Standar Deviasi ͳͲǡ͵ͳ
ͳͲǡʹ ͳʹǡͻ
ͳ͵ǡ1 Varians
ͳͲǡͶ ͳͲͷǡʹ
ͳͺǡͳͻ ͳͺͻǡͶͲ
Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa skor awal dan skor akhir angket dari kedua kelas tidak jauh berbeda. Standar deviasi pada kedua kelompok, juga relatif
sama. Untuk mengetahui apakah secara umum rata-rata dan standar deviasi di sekolah tersebut sama atau berbeda, maka harus dilakukan uji hipotesis. Hasil
skor awal dan skor akhir dapat dilihat pada Lampiran 5.3 dan 5.4.
3. Keefektifan Pendekatan Kontekstual dan Konvensional a. Hasil Uji Asumsi
1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data sampel berasal dari populasi data yang berdistribusi normal. Analisis normalitas dilakukan terhadap
skor dua variabel pengukuran yaitu pemahaman konsep matematika dan motivasi belajar siswa. Hasil uji normalitas adalah sebagai berikut.
75
Tabel 8. Hasil uji normalitas Aspek
Kelas Data
Nilai signifikasi
Hasil
Pemahaman Konsep
matematika Konvensional
Sebelum 0,197
Normal Sesudah
0,159 Normal
Skor Gain 0,497
Normal Kontekstual
Sebelum 0,054
Normal Sesudah
0,200 Normal
Skor Gain 0,466
Normal Motivasi
Belajar Konvensional
Sebelum 0,200
Normal Sesudah
0,085 Normal
Kontekstual Sebelum
0,200 Normal
Sesudah 0,200
Normal Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa nilai signifikasi lebih dari 0,05, maka hasil
pengukuran pemahaman konsep matematika dan motivasi belajar berdistribusi normal. Hasil analisis uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
5.5.
2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas data bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas kelas konvensional dan kelas kontekstual berasal dari populasi yang memiliki variansi
yang sama. Analisis homogenitas dilakukan terhadap skor dua variabel pengukuran yaitu pemahaman konsep matematika dan motivasi belajar. Hasil uji
homogenitas adalah sebagai berikut.
Tabel 9. Hasil Uji Homogenitas Kelas Konvensional dan Kontekstual Aspek
Data Nilai
signifikasi Hasil
Pemahaman konsep
matematika Sebelum
0,811 Homogen
Sesudah 0,770
Homogen Skor gain
0,100 Homogen
Motivasi belajar Sebelum
0,910 Homogen
Sesudah 0,965
Homogen
76 Berdasarkan Tabel 9, diketahui bahwa nilai signifikasi lebih dari 0,05, maka
varians data hasil pengukuran pemahaman konsep matematika dan motivasi belajar homogen. Hasil analisis uji normalitas selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 5.8. b. Keefektifan Pendekatan Kontekstual terhadap Pemahaman Konsep
Matematika dan Motivasi Belajar Siswa SMP
Setelah dilakukan pengujian prasyarat analisis, selanjutnya dilakukan pengujuan hipotesis. Hasil pretest siswa kedua kelas menunjukan bahwa sampel
berdistribusi normal dan homogen, maka uji hipotesis dilakukan dengan statistik parametrik.
Sebelum menguji hipotesis, kita harus melakukan uji beda rata-rata pada kedua kelas terhadap data sebelum perlakuan. Pengujian dilakukan mengunakan
independent sample t-test. Tes ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel terikat yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah pemahaman konsep matematika siswa dalam bentuk pretest dan motivasi belajar siswa dalam bentuk skor awal motivasi belajar. Hasil uji beda
rata-rata sebelum perlakuan adalah sebagai berikut.
Tabel 10. Hasil Uji Beda Rata-rata Sebelum Perlakuan Kelompok
Variabel Rata-rata Sig
Hasil
Pemahaman konsep matematika
Konvensional ͵ͷǡͳͲ
0,154 Tidak ada
perbedaan Kontekstual
͵ǡͷ Motivasi belajar
Konvensional ͳͲ͵ǡ
0,233 Tidak ada
perbedaan Kontekstual
ͳͲ͵ǡʹͷ Berdasarkan hasil perhitungan SPSS diperoleh signifikasi sebesar 0,154
lebih dari 0,05 untuk variabel pemahaman konsep matematika. Ini menunjukan bahwa H
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kelas konvensional dan kelas kontekstual terhadap
77 pemahaman konsep matematika, artinya kemampuan awal kedua kelompok pada
aspek prestasi belajar matematika relatif sama. Oleh karena itu, untuk menguji hipotesis 1 keefektifan pendekatan kontekstual terhadap pemhaman konsep
matematika dan hipotesis 3 keefektifan pembelajaran konvensional terhadap pemahaman konsep matematika digunakan data posttest di kedua kelas untuk diuji
keefektifannya. Selain itu dari Tabel 10 kita bisa melihat bahwa signifikasi aspek motivasi
belajar sebesar 0,233 lebih dari 0,05. Ini menunjukan bahwa H diterima.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kelas konvensional dan kelas kontekstual terhadap motivasi belajar, artinya
kemampuan awal kedua kelompok pada aspek motivasi belajar sama. Oleh karena itu, untuk menguji hipotesis 2 keefektifan pendekatan kontekstual terhadap
motivasi belajar siswa dan 4 keefektifan pendekatan konvensional terhadap motivasi belajar siswa digunakan data skor akhir motivasi belajar di kedua kelas
untuk diuji keefektifannya.
1 Pengujian Hipotesis Pertama
Penguian hipotesis pertama menggunakan uji beda satu sampel one sample t-test yang bertujuan untuk mengetahui efektif tidaknya pendekatan
kontekstual terhadap pemahaman konsep matematika. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut.
H : ߤ
ଵ
Ͷǡͻͻ H
1
: ߤ
ଵ
Ͷǡͻͻ Hasil analisis dengan one sample t-test untuk pemahaman konsep matematika
disajikan pada tabel 11 sebagai berikut.
78
Tabel 11. Hasil Uji one sample t-test Keefektifan Pendekatan Kontekstual terhadap Pemahaman Konsep matematika
Kelas Variabel
T Df
Sig
Kontekstual Pemahaman konsep
matematika
-
2,555 27
0,017 Tabel 11 menunjukkan bahwa signifikasi hasil uji one sample t-test
yang diperoleh untuk kelas kontekstual untuk variabel pemahaman konsep matematika sebesar 0,017 signifikasi 2 arah. Untuk pengujian hipotesis
pertama menggunakan uji t satu arah sehingga nilai signikasi menjadi 0,008 0,05. Jika kriteria pengujian didasarkan pada hasil nilai sig maka H0 ditolak
yang berarti efektif, namun jika dilihat dari nilai t hitung yaitu -2,555 nilai t berada pada daerah kiri yang berarti ߤ
ଵ
൏ Ͷǡͻͻ. Ini berarti bahwa pendekatan kontekstual tidak efektif terhadap pemahaman konsep
matematika. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 5.10. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 1 dengan nilai KKM yang tidak
efektif, dilakukan pengujian hipotesis 1 menggunakan skor gain ternormalisasi. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut.
H : ߤ
ଵ
ͲǡͲͶ H
1
: ߤ
ଵ
ͲǡͲͶ Hasil analisis dengan one sample t-test untuk pemahaman konsep matematika
disajikan pada tabel 12 sebagai berikut.
Tabel 12. Hasil Uji one sample t-test Keefektifan Pendekatan Kontekstual terhadap Pemahaman Konsep Matematika dengan Data Skor Gain
Kelas Variabel
T Df
Sig
Kontekstual Pemahaman konsep
matematika 8,940
27 0,000
79 Tabel 12 menunjukkan bahwa signifikasi hasil uji one sample t-test
yang diperoleh untuk kelas kontekstual untuk variabel pemahaman konsep matematika sebesar 0,000signifikasi 2 arah. Untuk pengujian hipotesis
pertama menggunakan uji t satu arah sehingga nilai signikasi menjadi 0,000 0,05. Ini berarti bahwa pendekatan kontekstual efektif terhadap pemahaman
konsep matematika. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 5.10.
2 Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua menggunakan uji beda satu sampel one sample t-test yang bertujuan untuk mengetahui efektif tidaknya pendekatan
kontekstual terhadap motivasi belajar siswa. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut
H : ߤ
ଶ
ͳͲʹ H
1
: ߤ
ଶ
ͳͲʹ Hasil analisis dengan one sample t-test untuk motivasi belajar siswa disajikan
pada Tabel 13
Tabel 13. Hasil Uji one sample t-test Keefektifan Pendekatan Kontekstual terhadap Motivasi Belajar Siswa
Kelas Variabel
T Df
Sig
Kontekstual Motivasi Belajar
2,356 27
0,026 Tabel 12 menunjukkan bahwa signifikasi hasil uji one sampel t-test yang
diperoleh untuk kelas kontekstual untuk variabel motivasi belajar siswa sebesar 0,0026 siginifikansi 2 arah. Untuk penjgujian hipoteis kedua
menggunakan uji t satu arah sehingga nilai signifikansi menjadi 0,013 0,05. Ini berarti bahwa pendekatan kontekstual efektif terhadap motivasi belajar
siswa. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 5.10.
80
c. Keefektifan Pendekatan Konvensional terhadap Pemahaman Konsep Matematika dan Motivasi Belajar Siswa SMP
1 Pengujian Hipotesis Ketiga
Pengujian hipotesis ketiga menggunakan uji beda satu sampel one sample t-test yang bertujuan untuk mengetahui efektif tidaknya pembelajaran
konvensional pemahaman konsep matematika. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H : ߤ
ଷ
Ͷǡͻͻ H
1
: ߤ
ଷ
Ͷǡͻͻ Hasil analisis dengan one sample t-test untuk pemahaman konsep matematika
disajikan pada tabel 14.
Tabel 14. Hasil Uji one sample t-test Keefektifan Pendekatan Kontekstual terhadap Pemahaman Konsep matematika
Kelas Variabel
T Df
Sig
Konvensional Konsep
-3,936 27
0,001 Tabel 14 menunjukkan bahwa signifikasi hasil uji one sample t-test
yang diperoleh untuk kelas kontekstual untuk variabel pemahaman konsep matematika sebesar 0,001 signifikasi 2 arah. Untuk pengujian hipotesis
pertama menggunakan uji t satu arah sehingga nilai signikasi menjadi 0,0005 0,05. Jika kriteria pengujian didasarkan pada hasil nilai sig maka H
ditolak yang berarti efektif, namun jika dilihat dari nilai t hitung yaitu -3,936 nilai t berada pada daerah kiri yang berarti ߤ
ଵ
൏ Ͷǡͻͻ. Ini berarti bahwa pendekatan kontekstual tidak efektif terhadap pemahaman konsep
matematika. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 5.10.
81 Berdasarkan hasil pengujian hipotesis 3 dengan nilai KKM yang tidak
efektif, dilakukan pengujian hipotesis 3 menggunakan skor gain ternormalisasi. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut.
H : ߤ
ଵ
ͲǡͲͶ H
1
: ߤ
ଵ
ͲǡͲͶ Hasil analisis dengan one sample t-test untuk pemahaman konsep matematika
disajikan pada tabel 15 sebagai berikut.
Tabel 15. Hasil Uji one sample t-test Keefektifan Pendekatan Kontekstual terhadap Pemahaman Konsep matematika
Kelas Variabel
T Df
Sig
Kontekstual Pemahaman konsep
matematika 11,611
27 0,000
Tabel 15 menunjukkan bahwa signifikasi hasil uji one sample t-test yang diperoleh untuk kelas kontekstual untuk variabel pemahaman konsep
matematika sebesar 0,000 signifikasi 2 arah. Untuk pengujian hipotesis pertama menggunakan uji t satu arah sehingga nilai signikasi menjadi 0,000
0,05. Ini berarti bahwa pendekatan kontekstual efektif terhadap pemahaman konsep matematika. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di Lampiran
5.10.
2 Pengujian Hipotesis Keempat
Pengujian hipotesis keempat menggunakan uji beda satu sampel one sample t-test yang bertujuan untuk mengetahui efektif tidaknya pembelajaran
dengann pendekatan konvensional terhadap motivasi belajar siswa. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut
H : ߤ
ଶ
ͳͲʹ H
1
: ߤ
ଶ
ͳͲʹ
82 Hasil analisis dengan one sample t-test untuk motivasi belajar disajikan pada
tabel 16.
Tabel 16. Hasil Uji one sample t-test Keefektifan Pembelajaran Konvensional Ditinjau dari Motivasi Belajar
Kelas Variabel
T Df
Sig
Konvensional Motivasi
1,884 27
0,070
Tabel 16 menunjukkan bahwa signifikasi hasil uji one sampel t-test yang diperoleh untuk kelas konvensional untuk variabel motivasi belajar siswa
sebesar 0,070 siginifikansi 2 arah. Untuk penjgujian hipoteis kedua menggunakan uji t satu arah sehingga nilai signifikansi menjadi 0,035 0,05.
Nilai signifikasi ini lebih dari 0,05. Ini berarti bahwa pembelajaran konvensional efektif ditinjau dari motivasi belajar. Uji hipotesis selengkapnya
dapat dilihat di Lampiran 5.10.
4. Perbandingan Keefektifan Pendekatan Kontekstual dan Konvensional ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematika dan Motivasi Belajar
Siswa SMP
1 Pengujian Hipotesis Kelima
Pengujian hipotesis kelima menggunakan independent sample t-test yang bertujuan untuk mengetahui manakah yang lebih efektif antara
pembelajaran kontekstual dan konvensional ditinjau dari pemahaman konsep. Secara statistik, hipotesis dapat disimbolkan sebagai berikut.
H : ߤ
ଵ
ߤ
ଷ
H
1
: ߤ
ଵ
ߤ
ଷ
Hasil analisis dengan independent sample t-test untuk motivasi belajar disajikan pada tabel 17.
83
Tabel 17. Hasil Uji independent sample t-test Perbandingan Keefektifan Pembelajaran Kontekstual dan Konvensional Ditinjau dari Pemahaman
Konsep Matematika Variabel
T Df
Sig
Pemahaman konsep 0,485
54 0,630
Tabel 17 menunjukkan bahwa signifikasi hasil uji independent sample t-test yang diperoleh untuk mengetauhi perbedaan keefektifan antara kedua
pendekatan ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa sebesar 0,630 siginifikansi 2 arah. Untuk penjgujian hipoteis kelima menggunakan uji t
satu arah sehingga nilai signifikansi menjadi 0,315 0,05. Nilai signifikasi ini lebih dari 0,05. Karena H
diterima maka pendekatan kontekstual tidak lebih efektif daripada pendekatan konvensional jika ditinjau dari pemahaman
konsep matematika Ini berarti bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan konvensional sama efektifnya ditinjau dari pemahaman
konsep matematika siswa. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 5.10.
2 Pengujian Hipotesis Keenam
Pengujian hipotesis kelima menggunakan independent sample t-test yang bertujuan untuk mengetahui manakah yang lebih efektif antara
pembelajaran kontekstual dan konvensional ditinjau dari pemahaman konsep. Secara statistik, hipotesis dapat disimbolkan sebagai berikut.
H : ߤ
ଶ
ߤ
ସ
H
1
: ߤ
ଶ
ߤ
ସ
Hasil analisis dengan independet sample t-test untuk motivasi belajar disajikan pada tabel 16.
Tabel 18. Hasil Uji independent sample t-test Perbandingan Keefektifan Pembelajaran Kontekstual dan Konvensional Ditinjau dari Motivasi Belajar
84
Variabel T
Df Sig
Motivasi 0,544
54 0,589
Tabel 16 menunjukkan bahwa signifikasi hasil uji independent sample t-test yang diperoleh untuk mengetauhi perbedaan keefektifan antara kedua
pendekatan ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa sebesar 0,589 siginifikansi 2 arah. Untuk penjgujian hipoteis kelima menggunakan uji t
satu arah sehingga nilai signifikansi menjadi 0,294 0,05. Nilai signifikasi ini lebih dari 0,05. Karena H
diterima maka pendekatan kontekstual tidak lebih efektif daripada pendekatan konvensional jika ditinjau dari motivasi
belajar siswa. Ini berarti bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan konvensional sama efektifnya ditinjau dari pemahaman konsep
matematika siswa. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 5.10.
B. Pembahasan