84
Variabel T
Df Sig
Motivasi 0,544
54 0,589
Tabel 16 menunjukkan bahwa signifikasi hasil uji independent sample t-test yang diperoleh untuk mengetauhi perbedaan keefektifan antara kedua
pendekatan ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa sebesar 0,589 siginifikansi 2 arah. Untuk penjgujian hipoteis kelima menggunakan uji t
satu arah sehingga nilai signifikansi menjadi 0,294 0,05. Nilai signifikasi ini lebih dari 0,05. Karena H
diterima maka pendekatan kontekstual tidak lebih efektif daripada pendekatan konvensional jika ditinjau dari motivasi
belajar siswa. Ini berarti bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan konvensional sama efektifnya ditinjau dari pemahaman konsep
matematika siswa. Uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat di Lampiran 5.10.
B. Pembahasan
Berdasarkan analisis data di atas, akan diuraikan pembahasan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Keefektifan Pendekatan Kontekstual terhadap Pemahaman Konsep Matematika
Pembelajaran yang dilaksanakan dalam penelitian ini menerapkan pendekatan kontekstual pada kelas eksperimen yaitu kelas VII A. Pengujian
keefektifan pembelajaran terhadap pemahaman konsep matematika didasarkan pada skor gain yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest.
Pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika apabila skor gain lebih dari 0,4 yaitu terletak pada kategori minimal baik.
85 Berdasarkan pengujian deskriptif pada tabel 6 diketahui rata-rata skor
gain tes pemahaman konsep matematika kelas eksperimen adalah 0,49. Skor gain ini efektif sesuai dengan kriteria efektif yang digunakan yaitu lebih besar
dari 0,4. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika. Hasil ini diperkuat oleh pengujian
analisis terhadap skor gain yang telah dilakukan dengan bantuan SPSS versi 23. Pengujian dengan SPSS menggunakan uji one sample t-test menghasilkan
nilai signifikansi sebesar 0,000 sehingga H ditolak. Hal ini menunjukkan
bahwa pendekatan kontekstual efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa.
Peningkatan pemahaman konsep matematika siswa pada kelas eksperimen menunjukkan adanya pengaruh yang baik dari pembelajaran yang
dilakukan. Adanya tahap relating atau pengaitan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa juga memilki pernanan penting dalam
pembentukan konsep bagi siswa. Menurut Chapman 1976; 173 dalam pembentukan konsep, siswa sangat dipengaruhi oleh pengalaman sehari-hari.
Pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan
kontekstual juga
memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya sehingga siswa dapat menerapkan konsep yang mereka
temukan dalam konteks yang ada dalam kehidupan. Hal ini sejalan dengan pengertian pendekatan kontekstual oleh Wina Sanjaya 2005: 109,
pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi
86 kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya
dalam kehidupan mereka. Hasil penelitian bahwa pendekatan kontekstual efektif ditinjau dari
pemahaman konsep matematika relevan dengan penelitian yang telah dilakukan Dian Putri Safrine 2012 yang menunjukkan bahwa pendekatan
kontekstual efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika.
2. Keefektifan Pendekatan Kontekstual terhadap Motivasi Belajar
Pada penelitian ini, penerapan pendekatan kontekstual di kelas eksperimen juga ditinjau dari motivasi belajar siswa. Pengujian keefektifan
pembelajaran terhadap motivasi belajar didasarkan pada skor akhir angket motivasi belajar siswa. Pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari motivasi
belajar apabila rata-rata skor akhir angket lebih dari 102 yaitu terletak pada kategori minimal baik.
Berdasarkan pengujian deskriptif pada tabel 7 diketahui rata-rata skor akhhir angket motivasi belajar siswa kelas eksperimen adalah 107. Skor ini
efektif sesuai dengan kriteria efektif yang digunakan yaitu lebih besar dari 102. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual efektif ditinjau dari
motivasi belajar siswa. Hasil ini diperkuat oleh pengujian analisis terhadap skor akhir angket yang telah dilakukan dengan bantuan SPSS. Pengujian
dengan SPSS menggunakan uji one sample t-test menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,013 sehingga H
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual efektif ditinjau dari motivasi belajar siswa.
87 Motivasi belajar berperan penting dalam memperjelas tujuan belajar.
Menurut Hamzah B. Uno 2008;28 peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Hal ini sesuai dengan salah
satu karakteristik pembelajaran kontekstual yang diungkapkan Zainal Aqib 2013: 6 dalam penyusunan langkah pembelajaran kontekstual yang pertama
yaitu mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya. Proses relating mengaitkan dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual juga berperan terhadap motivasi belajar
siswa. Telah dijelaskan oleh Hamzah B. Uno 2008: 28 bahwa seorang siswa akan tertarik atau termotivasi untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu
sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak. Berdasarkan hal itu, tahap relating dapat membuat siswa memahami konteks
yang sesuai dengan materi yang akan dipelajarinya. Pendekatan kontekstual efektif ditinjau dari motivasi belajar siswa
relevan dengan penelitian yang telah dilakukan Fitriyani 2009 yang menunjukkan bahwa pendekatan kontekstual efektif untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa.
3. Keefektifan Pendekatan Konvensional terhadap Pemahaman Konsep Matematika
Pada penelitian ini selain menerapkan pendekatan kontekstual pada kelas eksperimen, peneliti juga menerapkan pembelajaran konvensional pada
kelas VII C. Sama halnya dengan pembelajaran kelas eksperimen, pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran sebanyak 5 kali pertemuan. Untuk variabel
88 terikat kelas kontrol sama dengan kelas eksperimen yaitu pemahaman konsep
dan motivasi belajar siswa. Pengujian keefektifan pembelajaran terhadap pemahaman konsep matematika didasarkan pada skor gain yang diperoleh
dari hasil pretest dan posttest. Pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika apabila skor gain lebih dari 0,4 yaitu terletak
pada kategori minimal baik. Berdasarkan pengujian deskriptif pada tabel 5 diketahui rata-rata skor
gain tes pemahaman konsep matematika kelas eksperimen adalah 0,46. Secara deskriptif, skor gain ini efektif sesuai dengan kriteria efektif yang
digunakan yaitu melebihi 0,4. Kita dapat mengambil kesimpulan secara deskriptif bahwa pendekatan konsvensional efektif ditinjau dari pemahaman
konsep matematika. Hasil ini diperkuat oleh pengujian analisis terhadap skor akhir yang telah dilakukan dengan bantuan SPSS. Pengujian dengan SPSS
menggunakan uji one sample t-test menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0,000 sehingga H
ditolak. Hasil pengujian analisis menunjukkan bahwa pendekatan konvensional efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematika
siswa. Pendekatan konvensional dimulai dari guru menguraikan materi untuk
dicatat oleh siswa, bertanya, guru menjawab, dan diakhiri dengan latihan sebagai umpan balik Herminarto, 2002:65. Berdasarkan karakteristik
pendekatan konvensional yang disebutkan pembelajaran konvensional akan membuat siswa yang memiliki motivasi dalam belajar memahami materi
dengan baik. Setelah siswa dijelaskan oleh guru, dia akan mencatatnya. Catatan yang siswa miliki dapat digunakan untuk belajar dirumah. Selain itu
89 dalam pembelajaran dengan pendekatan konvensional, guru juga menjelaskan
menggunakan contoh soal untuk lebih memahamkan siswa. Penggunaan contoh soal ini efektif jika diterapkan dalam bentuk soal yang cenderung
sama. Pendekatan konvensional efektif ditinjau dari pemahaman konsep
matematika relevan dengan penelitian yang telah dilakukan Dian Puteri Safrine 2012 yang menunjukkan bahwa pendekatan konvensional efektif
ditinjau dari pemahaman konsep matematika.
4. Keefektifan Pendekatan Konvensional terhadap Motivasi Belajar Siswa
Pada penelitian ini, penerapan pendekatan konvensional di kelas kontrol juga ditinjau dari motivasi belajar siswa. Pengujian keefektifan pembelajaran
terhadap motivasi belajar didasarkan pada skor akhir angket motivasi belajar siswa. Pembelajaran dikatakan efektif ditinjau dari motivasi belajar apabila
rata-rata skor akhir angket lebih dari 102 yaitu terletak pada kategori minimal baik.
Berdasarkan pengujian deskriptif pada tabel 7 diketahui rata-rata skor akhir angket motivasi belajar siswa kelas eksperimen adalah 105. Skor ini
efektif sesuai dengan kriteria efektif yang digunakan yaitu lebih besar dari 102. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan konvensional efektif ditinjau
dari motivasi belajar siswa. Hasil ini diperkuat oleh pengujian analisis terhadap skor akhir angket yang telah dilakukan dengan bantuan SPSS.
Pengujian dengan SPSS menggunakan uji one sample t-test menghasilkan
90 nilai signifikansi sebesar 0,070 sehingga H
ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan konvensional efektif ditinjau dari motivasi belajar siswa.
Pendekatan konvensional efektif ditinjau dari motivasi belajar siswa relevan dengan penelitian yang telah dilakukan Fitriyani 2009 yang
menunjukkan bahwa pendekatan konvensional efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
5. Perbandingan Keefektifan Pendekatan Kontekstual dan Pendekatan Konvensional Ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematika
Setelah dilakukan pengujian hipotesis 1 pendekatan kontekstual efektif terhadap pemahaman konsep siswa dan 3 pendekatan konvensional
efektif terhadap pemhaman konsep siswa, diketahui bahwa keduanya efektif. Setelah pengujian hipotesis keefektifan dilakukan, dilanjutkan dengan
pengujian hipotesis kelima yaitu manakah yang lebih efektif antara pendekatan kontekstual dan pembelajaran konvensional terhadap pemahaman
konsep matematika. Hasil pengujian independent sample t-test menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,315 0,05, sehingga H
diterima. Karena H diterima maka pendekatan kontekstual tidak lebih efektif daripada pendekatan
konvensional jika ditinjau dari pemahaman konsep matematika. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata antara kelas kontekstual
dan kelas konvensional ditinjau dari pemahaman konsep matematika. Namun, jika kita melihat dari tabel 5 diketahui bahwa rata-rata skor gain
pemahaman konsep matematika kelas eksperimen adalah 0,49 dan kelas kontrol 0,46 kondisi ini membawa kepada kesimpulan bahwa pendekatan
91 kontekstual lebih efektif secara tidak signifikan terhadap pemahaman konsep
matematika daripada konvensional. Hasil penelitian terhadap pemahaman konsep matematika yang belum
signifikan ini diduga karena kurang optimalnya pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen. Penerapan pendekatan kontekstual pada kelas
eksperimen masih kurang optimal. Hal ini disebabkan oleh kurangnya manajemen waktu pembelajaran yang kurang baik. Pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual membutuhkan waktu yang cenderung lebih lama daripada pendekatan konvensional. Namun, yang dilaksanakan dalam
penelitian ini adalah kesamaan waktu yang digunakan untuk setiap kelasnya. Selain itu peneliti juga belum bisa menerapkan pedekatan kontekstual secara
optimal untuk megajak siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Diterapkannya pendekatan kontekstual di kelas eksperimen membuat siswa
harus beradaptasi dengan pembelajaran yang baru. Siswa pada kelas ekperimen diduga belum siap dengan adanya perubahan cara belajar selama
menggunakan pendekatan kontekstual. Berdsarkan pengamatan observer selama pelaksanaan pembelajaran,
siswa pada kelas kontrol dinilai lebih aktif selama mengikuti pembelajaran. Selain itu adanya waktu istirahat diantara jam pelajaran matematika sering
dimanfaatkan siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. Sedangkan pada kelas eksperimen pembelajaran terfokus pada kelompok
masing-masing. Terdapat beberapa kelompok yang aktif dan ada juga beberapa kelompok yang pasif. Keaktifan siswa pada setiap kelas juga
92 merupakan faktor yang dapat mempengaruhi keefektifan pendekatan
pembelajaran terhadap pemahaman konsep matematika.
6. Perbandingan Keefektifan Pendekatan Kontekstual dan Pendekatan Konvensional Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa
Hasil analis keefektifan pendekatan kontekstual dan konvensional terhadap motivasi belajar menunjukkan bahwa kedua pendekatan tersebut
efektif terhadap motivasi belajar siswa. Setelah pengujian hipotesis keefektifan dilakukan, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis keenam yaitu
manakah yang lebih efektif antara pendekatan kontekstual dan pembelajaran konvensional
terhadap motivasi
belajar siswa.
Sebelum menguji
perbandingan keefektifannya, terlebih dulu dilakukan uji perbedaan rata-rata skor akhir motivasi belajar menggunakan independet sample t-test. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,294 0,05, sehingga H diterima. Karena H
diterima maka pendekatan kontekstual tidak lebih efektif daripada pendekatan konvensional jika ditinjau dari motivasi belajar siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata antara kelas kontekstual dan kelas konvensional ditinjau dari motivasi belajar siswa.
Berdasarkan hasil tersebut, maka kita tidak dapat melanjutkan pengujian hipotesis mengenai perbandingan keefektifan dari kedua kelas.
Namun, jika kita melihat dari tabel 5 diketahui bahwa rata-rata skor akhir motivasi belajar kelas eksperimen adalah 107,25 dan kelas kontrol 105,64
kondisi ini membawa kepada kesimpulan bahwa pendekatan kontekstual lebih efektif terhadap motivasi belajar daripada konvensional.
HALAMAN JUDUL KEEFEKTIFAN PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
DENGAN STRATEGI REACT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP GARIS DAN SUDUT DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Dian Puspita
NIM 12313244023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2016
99
100
LAMPIRAN 1. RPP
1.1. RPP Kelas Eksperimen
1.2. RPP Kelas Kontrol
101
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL 1
Sekolah : SMP Negeri 2 Depok
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas Semester : VII Kelas Eksperimen Genap
Bab : Garis dan Sudut
Sub Bab : Hubungan antar Sudut
Waktu : 2 x 40 menit
A. Standar Kompetensi
5. Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, sudut dengan sudut, serta menentukan ukurannya
B. Kompetensi Dasar
5.2 Memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain
C. Indikator
5.2.1 Mengenal hubungan antarsudut yang saling berpelurus, saling berpenyiku, dan saling bertolak belakang.
D. Tujuan Pembelajaran
5.2.1.1 Siswa dapat mengidentifikasi hubungan antar sudut yang saling berpelurus
5.2.1.2 Siswa dapat mengidentifikasi hubungan antar sudut yang saling berpenyiku
5.2.1.3 Siswa dapat mengidentifikasi hubungan antar sudut yang saling bertolak belakang
E. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pembelajaran kontekstual dengan langkah-langkah sebagi berikut,
1. Relating mengaitkan : guru memberikan apersepsi dan motivasi pada
siswa 2.
Experiencing mengalami : siswa melakukan berbagai macam kegiatan untuk menemukan konsep yang dipelajari pada hari itu
102 3. Applying menerapkan : siswa menerapkan konsep yang ditemukan
untuk memecahkan masalah 4.
Cooperating kerjasama : siswa belajar secara berkelompok 5.
Transferring mentransfer : siswa menggunakan konsep dan pengetahuan yang dicapainya dalam situasi dan konteks baru.
F. Alat, Media, dan Sumber Belajar
1. Media : Lembar Kegiatan Siswa.
2. Alat : Pensil, Penggaris, Busur
3. Sumber : Cholik Adinawa dan Sugijono. 2009. Matematika untuk
SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga
G. Skema Pencapaian Kompetensi
H. Materi Pembelajaran
a. Sudut yang saling berpelurus
Kompetensi awal
5. Sudut Lancip 6. Sudut Tumpul
7. Sudut Siku-siku 8. Sudut Lurus
Kompetensi hari ini
4. Pasangan sudut salng berpelurus 5. Pasangan sudut saling berpenyiku
6. Pasangan sudut bertolak belakang
Kompetensi lanjutan
2. Menentukan besar sudut yang terbentuk dari dua garis sejajar yang di potong garis lain
103 Sudut yang saling berpelurus adalah sudut yang saling membentuk
sudut lurus. Ketika kedua sudut dijumlahkan maka akan diperoleh sudut lurus yaiu 180°. Seperti pada contoh di bawah ini.
Berdasaran gambar di atas, . Maka kedua sudut tersebut dikatakan saling berpelurus.
Besar sudut yang saling berpelrus dapat ditentukan dengan hanya
mengetaui salah satu sudutnya. Konsep sudut yang saling berpelurus dapat dikaitkan dengan kipas
tangan. Kipas tangan saat tebukasecara penuh akan membentuk setengah lingkaran dengan alas berupa garis lurus. Saat kipas
tangan dibuka tidak penuh, akan ada 2 sudut yang terbentuk. Kedua sudut yang terbentuk itu saling berpelurus.
b. Sudut yang saling berpenyiku. Sudut yang saling berpeyiku adalah sudut yang saling membentuk
sudut siku-siku. Jika kedua sudut dijumlahkan maka akan membentuk sudut siku-siku yaitu 90°.
104 Berdasarkan gambar di atas,
. Maka kedua sudut tersebut saling berpenyiku. Besar sudut yang saling berpenyiku dapat ditentukan dengan hanya mengetaui
salah satu sudutnya. Kosep sudut yang saling berpenyiku dapat dikaitkan dengan pintu.
Sudut siku-siku dibentuk oleh potongan pizza seperempat bagian.
Pizza yang belum di potong akan membentuk sudut 90°. Saat Saat pizza itu dibagi lagi akan terbentuk potongan baru dengan sudut
yang lebih kecil dari 90°. Sudut yang saling berpenyiku akan terbentuk dari pizza seperempat lingkaran yang dibagi menjadi dua
bagian. c. Sudut yang saling bertolak belakang
Sudut yang saling bertolak belakang dibentuk dari dua ruas garis yang saling berpotongan. Dari kedua ruas garis yang berpotongan
itu akan terbentuk empat sudut yang saling berpasangan bertolak belakang. Setiap pasang sudut yang saling bertolak belakang akan
A D
105 memiliki ukuran sudut yang sama. Sehingga jika keselurhan sudut
itu dijumlahkan akan membentuk satu putaran yaitu 360°
Berdasarkan gambar di atas, bertolak belakang dengan
. Sedangkan besar sudut keduanya sama yaitu yaitu
. Maka kedua sudut tersebut saling berpenyiku. Besar sudut yang saling berpenyiku dapat ditentukan
dengan hanya mengetaui salah satu sudutnya.
Konsep sudut yang saling bertolak belakang dapat dikaitkan dengan konteks nyata berupa sumpit yang disilangkan.
I. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Fase Deskripsi Kegiatan
Waktu Pembukaan
1. Siswa mempersiapkan diri untuk memulai pelajaran. 2. Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam
dan menanyakan kehadiran siswa. 10
menit
106
Fase Deskripsi Kegiatan
Waktu
3. Mengawali pelajaran dengan berdoa. 4. Guru memberikan motivasi pada siswa.
Apersepsi 5. Setelah siswa menyebutkan beberapa contoh, guru
memberikan apersepsi jenis-jenis sudut yaitu sudut lancip, sudut tumpul, dan berupa cara mengukur
besar sudut menggunakan busur. 6 menit
Relating Mengaitkan
6. Pembelajaran diawali dengan mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan konteks kehidupan siswa
yaitu: Pernahkah kalian mengamati benda-benda di sekitar dan memperkirakan besar sudutnya? Nah
coba kalian sebutkan kira-kira benda apa sajakah yang bisa membentuk sudut
, , dan sudut yang saling bertolak belakang atau yang dihasilkan
oleh persilangan dua garis. 5 menit
Kegiatan Inti
1. Siswa diarahkan untuk membentuk kelompok belajar sebanyak 4 orang setiap kelompok. Kelompok dibagi
oleh guru. 2. Siswa diminta duduk berkelompok.
3. Guru membagikan LKS berbasis kontekstual yang dilengkapi dengan petunjuk kegiatan.
5 menit
Kegiatan 1
Eksplorasi Relating
4. Pada soal nomor 1 siswa mengamati kipas yang terbuka penuh dan terbuka sebagian, kipas yang
terbuka sebagian tersebut merupakan dua sudut yang saling berpelurus. Siswa memiliki pengetahuan
bahwa konsep sudut berpelurus dapat diterapkan pada kipas.
Experiencing
5. Siswa menentukan bahwa kipas yang terbuka penuh 8 menit
107
Fase Deskripsi Kegiatan
Waktu
membentuk sudut lurus yaitu 180
o
. 6. Siswa menggambarkan sudut lurus pada soal nomor
2.
Elaborasi Applying
7. Siswa mengaplikasikan pengamatan yang telah dilakukan dengan gambar kipas yang terbuka
sebagian dengan
menggambarkan sudutnya
menggunakan ruas garis pada soal nomor 3. 8. Mengidentifikasi hubungan antar sudut berpelurus
dari gambar pada nomor 3 dengan menjawab pertanyaan pada nomor 4. Pada langkah ini siswa
akan memahami bahwa jumlah kedua sudut yang dibentuk oleh kipas yang terbuka sebagian akan
menghasilkan 180
o
yang berarti sudut lurus.
Cooperating
9. Siswa mengerjakan LKS bersama dengan teman satu kelompoknya.
Transferring
10. Siswa mentransfer konsep yang mereka temukan dalam kesimpulan 1.1
11. Siswa menguji konsep dengan mengerjakan soal dalam konteks matematika pada uji kesimpulan 1.2
Kegiatan 2 1.
Eksplorasi Relating
2. Pada soal nomor 1 siswa mengamati potongan pizza seperempat lingkaran. Siswa memiliki
pengetahuan bahwa konsep sudut berpenyiku merupakan sudut 90
o
.
Experiencing
3. Siswa menentukan bahwa potongan pizza
8 menit
108
Fase Deskripsi Kegiatan
Waktu
seperempat lingkaran memiliki ukuran sudut sebesar 90
o
. 4. Siswa menggambarkan sudut siku-siku pada soal
nomor 2.
Elaborasi Applying
5. Siswa mengaplikasikan pengamatan yang telah dilakukan dengan gambar pizza yang dipotong
dengan menggambarkan sudutnya menggunakan ruas garis pada soal nomor 3.
6. Mengidentifikasi hubungan antar dua sudut yang saling berpelurus dari gambar pada nomor 3
dengan menjawab pertanyaan pada nomor 4. Pada langkah ini siswa akan memahami bahwa jumlah
kedua sudut yang dibentuk oleh potongan- potongan pizza akan menghasilkan 90
o
yang berarti sudut siku-siku.
Cooperating
7. Siswa mengerjakan LKS bersama dengan teman satu kelompoknya.
Transferring
8. Siswa mentransfer konsep yang mereka temukan dalam kesimpulan 1.2
9. Siswa menguji konsep dengan mengerjakan soal dalam konteks matematika pada uji kesimpulan
1.2 Kegiatan 3
10. Eksplorasi
Relating
11. Pada soal nomor 1 siswa mengamati sumpit yang bersilangan. Siswa memiliki pengetahuan bahwa
konsep sudut berpenyiku merupakan sudut 90
o
. 8 menit
109
Fase Deskripsi Kegiatan
Waktu Experiencing
12. Siswa menggambarkan sumpit yang bersilangan menggunakan ruas garis pada soal nomor 3.
Elaborasi Applying
13. Siswa menggunakan gambar pada nomor 3 untuk menjawab pertanyaan pada soal nomor 4.
14. Pada soal nomor 4 siswa mengidentifikasi besar keempat sudut yang terbentuk dan menemukan
bahwa besar sudut yang saling bertolak belakang adalah sama.
Cooperating
15. Siswa mengerjakan LKS bersama dengan teman satu kelompoknya.
Transferring
16. Siswa mentransfer konsep yang mereka temukan dalam kesimpulan 1.3
17. Siswa menguji konsep dengan mengerjakan soal dalam konteks matematika pada uji kesimpulan
1.3
Konfirmasi
1. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil dari kegiatan yang dilakukan yaitu pada kesimpulan dan
uji kesimpulan. 2. Siswa dari kelompok lain memberikan pertanyaan
atau tanggapan. 3. Guru mengonfirmasi jika ada kesimpulan maupun
informasi yang kurang tepat yang ditemukan oleh siswa
15
Penutup 1. Guru memberikan latihan soal untuk siswa
2. Siswa mengumpulkan hasil latihan soal 3. Siswa bersama dengan guru menyimpulkan kembali
15
110
Fase Deskripsi Kegiatan
Waktu
materi yang telah dipelajari. 4. Guru memberikan PR.
5. Guru menutup pelajaran dengan ucapan syukur dan salam.
Sleman, Maret 2016
Mengetahui, Peneliti
Guru Mata Pelajaran
Suharno, S.Pd Dian Puspita
111
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL 2
Sekolah : SMP Negeri 2 Depok
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas Semester : VII Kelas Eksperimen Genap
Bab : Garis dan Sudut
Sub Bab : Kedudukan dua garis
Waktu : 2 x 40 menit
A. Standar Kompetensi
5. Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, sudut dengan sudut, serta menentukan ukurannya
B. Kompetensi Dasar
5.2 Memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain
C. Indikator
5.2.2 Menjelaskan kedudukan dua garis sejajar, berimpit, berpotongan, bersilangan, garis vertikal dan garis horizontal melalui benda konkrit.
D. Tujuan Pembelajaran
5.2.1.1 Siswa dapat mengidentifikasi dua garis sejajar 5.2.1.2 Siswa dapat mengidentifikasi dua garis berpotongan
5.2.1.3 Siswa dapat mengidentifikasi dua garis berimpit 5.2.2.4 Siswa dapat mengidentifikasi dua garis vertikal dan horizontal
E. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pembelajaran kontekstual dengan langkah-langkah sebagi berikut,
1. Relating mengaitkan : guru memberikan apersepsi dan motivasi pada siswa
2. Experiencing mengalami : siswa melakukan berbagai macam kegiatan untuk menemukan konsep yang dipelajari pada hari itu
3. Applying menerapkan : siswa menerapkan konsep yang ditemukan untuk memecahkan masalah
112 4. Cooperating kerjasama : siswa belajar secara berkelompok
5. Transferring mentransfer : siswa menggunakan konsep dan pengetahuan yang dicapainya dalam situasi dan konteks baru.
F. Alat, Media, dan Sumber Belajar
1. Media : Lembar Kegiatan Siswa.
2. Alat : Pensil, Penggaris, Busur
3. Sumber : Cholik Adinawa dan Sugijono. 2009. Matematika untuk
SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga
G. Skema Pencapaian Kompetensi
H. Materi Pembelajaran
a. Garis sejajar Ciri-ciri garis sejajar :
i. Terletak pada satu bidang datar ii. Memiliki jarakyang selalu sama antar garis yang sejajar
Kompetensi awal
Menggambar sudut lurus 180
o
atau ruas garis Menamai ruas garis
Kedudukan garis pada bidang Menentukan titik potong
Kompetensi hari ini
Pasangan garis sejajar Pasangan garis berpotongan
Garis horizontal dan vertikal
Kompetensi lanjutan
Dua garis sejajar yang di potong dengan garis lain
Sifat-sifatsudut yang terbentuk
113 iii. Tidak pernah berpotongan
Misalkan pada gambar di bawah ini. Kita dapat membentukk gari sejajar dengan menghuubungkan tiitik-titik tertentu pada gambar di
bawah ini.
1. ̅̅̅̅
̅̅̅ ̅̅̅̅
̅̅̅̅ 2.
̅̅̅̅ ̅̅̅̅
Konsep garis sejajar dapat dikaitakan dengan konteks kehidupan siswa melalui rel kereta api. Rel kereta selalu saling sejajar dan
memiliki bantalan rel dengan panjang yang selalu sama. Rel kereta api yang sejajar juga tidak akan berpotongan.
b. Garis berpotongan Ciri-ciri garis berpotongan
114 i.
Terletak pada satu bidang datar ii.
Berpotongan pada satu titik potong Konsep garis berpotongan dalam konteks kehidupan sangat banyak
ditemui. Misalkan sumpit yang bersilangan, persimpangan jalan, perpotongan meja dengan kaki meja dan lain-lain.
c. Garis berimpit Dikatakan garis berimpit ika dan hanya jika kedua garis terebut
memiliki minimal dua titik potong. Garis tersebut teretak pada satu garis lurus sehingga yang terlihat hanya ada satu garis saja.
d. Garis vertikal dan horizontal Garis vertikal adalah garis yang menuju ke atas atau tegak.
Sedangakan garis horizontal adalah garis yang menuju ke samping atau mendatar. Garis vertikal dapat digambarkan seperti kaki meja,
sedangakan garis horizontal adalah kayu pada mejanya.
115 Selain meja ,garis vertikal dan horizontal dapat dilihat dari gawang
sepak bola di lapangan dan juga susu kemasan.
I. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Fase Deskripsi Kegiatan
Waktu Pembukaan
1. Siswa mempersiapkan diri untuk memulai pelajaran.
2. Guru membuka
pelajaran dengan
mengucap salam
dan menanyakan
kehadiran siswa. 3. Mengawali pelajaran dengan berdoa.
4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada hari itu.
5. Guru memberikan motivasi pada siswa. 10
menit
Apersepsi 6. Mengingatkan kembali siswa tentang
kedudukan garis pada bidang 7. Cara menamai ruas garis dan juga titik
potong 6 menit
Kegiatan Inti 8. Siswa
diarahkan untuk
membentuk kelompok belajar sebanyak 4 orang setiap
kelompok. Kelompok dibagi oleh guru. 9. Siswa diminta duduk berkelompok.
10. Guru membagikan
LKS berbasis
kontekstual yang
dilengkapi dengan
petunjuk kegiatan. 5 menit
116
Fase Deskripsi Kegiatan
Waktu
Kegiatan 1 Relating
11. Pada soal nomor 1 siswa mengamati dua gambar dan menentukan gambar mana
yang merupakan contoh gambar dua garis sejajar dan dua garis berpotongan.
Experiencing
12. Siswa mencoba menemukan sifat dua garis sejajar yang pertama yaitu memanjangkan
kedua garis. Siswa menemukan bahwa dua garis sejajar tidak akan berpotongan jika
dipanjangkan. 13. Siswa menentukan sendiri titik potong dari
du garis yang berpotongan.
Applying
14. Siswa mengaplikasikan
konsep garis
sejajar pada soal nomor 4 dan menemukan sifat yang ke 3 yaitu dua garis sejajar
terletak pada satu bidang. 15. Siswa akan mengunakan konsep garis
berpotongan dan gambar pada nomor 4 untuk menjawab soal nomor 7 dan
menentukan bahwa garis berpotongan berada pada satu bidang.
Colaborating
16. Siswa mengerjakan LKS bersama dengan teman satu kelompoknya.
Transferring
17. Siswa mentransfer konsep yang mereka temukan berdasarkan ciri-ciri dua garis
sejajar dalam kesimpulan 2.1.1 18. Siswa mentransfer konsep yang mereka
10 menit
117
Fase Deskripsi Kegiatan
Waktu
temukan berdasarkan ciri-ciri dua garis berpotongan dalam kesimpulan 2.1.2
19. Siswa menguji
konsep dengan
mengerjakan soal
dalam konteks
matematika pada uji kesimpulan 1.2 Kegiatan 2
Experiencing
20. Siswa mencoba menggambar dua buah ruas garis yang memiliki panjang yang berbeda.
21. Siswa menamai ruas garis sesuai yang ada pada soal.
Applying
22. Siswa mengaplikasikan dua garis yang ditumpukkan atau dihimpitkan sehingga
didapatkan yang terlihat hanya ada satu garis.
23. Pada tahap ini siswa akan menemukan
bahwa dua garis yang berimpit akan
menyatu atau hanya terlihat satu garis saja. Colaborating
24. Siswa mengerjakan LKS bersama dengan teman satu kelompoknya.
Transferring
25. Siswa mentransfer konsep yang mereka temukan berdasarkan ciri-ciri dua garis
berimpit dalam kesimpulan 2.2 11
menit
Kegiatan 3 Relating
26. Pada soal nomor 1 gambar yang sudah biasa mereka temukan yaitu susu kotak
atau susu kemasan. Susu kotak ini dapat menggambarkan adanya garis vertikal dan
horizontal. 11
menit
118
Fase Deskripsi Kegiatan
Waktu Experiencing
27. Siswa menalar arah dari rusuk-rusuk yang ada pada susu kotak tersebut.
28. Siswa mengidentifikasi bahwa rusuk AD adalah ruas garis mendatar yang juga
merupakan garis
horizontal sesuai
keterangan pada gambar. 29. Siswa mengidentifikasi bahwa rusuk HG
adalah ruas garis mendatar yang juga merupakan garis vertikal sesuai keterangan
pada gambar.
Applying
30. Setelah siswa memahami bahwa garis horizontal adalah garis yang serupa garis
AD dengan arah mendatar, siswa mencari contoh lain dari garis horizontal yang
terdapat pada susu kotak. 31. Setelah siswa memahami bahwa garis
vertikal adalah garis yang serupa garis HG dengan arah tegak, siswa mencari contoh
lain dari garis vertikal yang terdapat pada susu kotak.
Colaborating
32. Siswa mengerjakan LKS bersama dengan teman satu kelompoknya.
Transferring
33. Siswa mentransfer konsep definisi garis horizontal ke dalam kesimpulan 2.3.1
34. Siswa mentransfer konsep definisi garis vertikal ke dalam kesimpulan 2.3.1
119
Fase Deskripsi Kegiatan
Waktu Konfirmasi
35. Salah satu kelompok mempresentasikan hasil dari kegiatan yang dilakukan yaitu
pada kesimpulan dan uji kesimpulan. 36. Sisa dari kelompok lain memberikan
pertanyaan atau tanggapan. 37. Guru mengonfirmasi jika ada kesimpulan
maupun informasi yang kurang tepat yang ditemukan oleh siswa
15 menit
Penutup Siswa bersama dengan guru menyimpulkan
kembali materi yang telah dipelajari. Guru memberikan PR. Guru menutup pelajaran
dengan ucapan syukur dan salam. 5 menit
Sleman, Maret 2016 Mengetahui,
Peneliti Guru Mata Pelajaran
Suharno, S.Pd Dian Puspita
120
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL 3, 4
Sekolah : SMP Negeri 2 Depok
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas Semester : VII Kelas Eksperimen Genap
Bab : Garis dan Sudut
Sub Bab : Garis-garis sejajar
Waktu : 2 x 40 menit
A. Standar Kompetensi
5. Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, sudut dengan sudut, serta menentukan ukurannya
B. Kompetensi Dasar
5.2 Memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain
C. Indikator
5.2.3 Menentukan hubungan antar sudut jika dua garis sejajar dipotong garis lain.
5.2.4 Menemukan sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis lain. 5.2.5 Menggunakan sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis lain
dalam pemecahan masalah
D. Tujuan Pembelajaran
5.2.3.1 Siswa dapat mengidentifikasi sudut sehadap yang terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong garis lain
5.2.3.2 Siswa dapat mengidentifikasi sudut dalam berseberangan yang terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong garis lain
5.2.3.3 Siswa dapat mengidentifikasi sudut luar berseberangan yang terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong garis lain
5.2.3.4 Siswa dapat mengidentifikasi sudut dalam sepihak yang terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong garis lain
5.2.3.5 Siswa dapat mengidentifikasi sudut luar sepihak yang terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong garis lain
121 5.2.3.1 Siswa dapat mengidentifikasi sifat sudut sehadap yang terbentuk
dari dua garis sejajar yang dipotong garis lain 5.2.3.2 Siswa dapat mengidentifikasi sifat sudut dalam berseberangan yang
terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong garis lain 5.2.3.3 Siswa dapat mengidentifikasi sifat sudut luar berseberangan yang
terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong garis lain 5.2.3.4 Siswa dapat mengidentifikasi sifat sudut dalam sepihak yang
terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong garis lain 5.2.3.5 Siswa dapat mengidentifikasi sifat sudut luar sepihak yang
terbentuk dari dua garis sejajar yang dipotong garis lain
E. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pembelajaran kontekstual dengan langkah-langkah sebagi berikut,
1. Relating mengaitkan : guru memberikan apersepsi dan motivasi pada siswa
2. Experiencing mengalami : siswa melakukan berbagai macam kegiatan untuk menemukan konsep yang dipelajari pada hari itu
3. Applying menerapkan : siswa menerapkan konsep yang ditemukan untuk memecahkan masalah
4. Cooperating kerjasama : siswa belajar secara berkelompok 5. Transferring mentransfer : siswa menggunakan konsep dan
pengetahuan yang dicapainya dalam situasi dan konteks baru.
F. Alat, Media, dan Sumber Belajar
1. Media : Lembar Kegiatan Siswa.
2. Alat : Pensil, Penggaris, Busur
3. Sumber : Cholik Adinawa dan Sugijono. 2009. Matematika untuk
SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga