35 Antar kertas diikat dengan tali atau dijilid, sehingga cara membuka katalog
dengan cara disisir perlembar. Yang kedua adalah katalog buku. Katalog ini biasa disebut katalog tercetak. Setiap lembar berisi uraian beberapa judul
buku dan tersedia kolom keterangan buku yang menunjukkan informasi buku.. Yang ketiga adalah katalog kartu, katalog ini banyak digunakan di
perpustakaan sekolah dan perguruan tinggi. Kelebihannya adalah mudah diperbaiki, tidak membutuhkan ruang penyimpanan yang besar, mudah
diakses, dan pembuatan yang mudah. Katalog kartu dibuat berdasakan sistem klasifikasi. Apabila sistem klasifikasi yang digunakan adalah subjek buku,
maka katalog yang digunakan adalah katalog subjek. Katalog kartu disusun berdasarkan subjeknya.
Terakhir adalah katalog online atau biasa disebut online public access catalogues. Kelebihan dari katalog ini adalah semua orang bisa mengakses
katalog dari manapun secara cepat, ringkas, dan tepat. Informasi buku didapatkan secata akurat, seperti ketersediaan, peminjaman dan informasi
buku. Inilah peran teknologi bagi perpustakaan. Dengan katalog komputer, pengunjung perpustakaan tidak perlu berlama-lama mencari cukup ketik
kalimatkata sesuai dengan keyword kalimatkata yang dimaksud. Katalog komputer OPAC dapat mempermudah pekerjaan, mempersingkat waktu dan
tepat.
4. Kartu dan Label Buku
Kartu buku terletak di belakang buku yang menjelaskan tentang data peminjaman dan pengembalian buku. Pawit M Yusup dan Yaya Suhendar
36 2013: 57 menjelaskan kartu buku dibuat dengan kertas manila karton
supaya kuat. Ukurannya 9 x 6 cm. Kartu buku biasa ditempelkan dengan perekat atau dibuatkan kantong buku. Di dalam kartu buku terdapat tanggal
peminjaman dan tanggal pengembalian. Kartu buku sebagai kontrol buku bagi peminjam juga bagi pustakawan untuk menentukan denda
keterlambatan. Pawit M Yusup dan Yaya Suhendar 2013: 58 menjelaskan label buku
adalah nomor buku yang ditulis pada kertas dengan ukuran 3,5 x 2,5 cm dan ditempelkan pada punggung buku berfungsi untuk nomor panggil yang
terdapat di katalog perpustakaan. Pada label buku terdapat penyandian buku yang terdiri dari nomor klasifikasi, tiga huruf pertama nama pengarang dan
satu huruf pertama judul buku.
5. Penyusunan Buku dalam Rak
Langkah terakhir yang dilakukan dalam proses pepengolahan bahan pustaka adalah penyususnan buku di dalam rak. Buku yang beratribut lengkap
mempunyai label, nomor klasifikasi, kartu buku, dan sudah diinventariskan. Buku sudah siap untuk disusun dalam rak. Pawit M Yusup dan Yaya
Suhendar 2013: 62 menjelaskan cara menyusun buku di perpustakaan adalah sebagai berikut.
a. Buku-buku fiksi sebaiknya disimpan dalam rak tersendiri.
b. Buku nonfiksi dikelompokkan ke dalam buku yang bisa dipinjam dan tidak
bisa dipinjam. Buku yang tidak bisa dipinjam harus terpisah dari buku yang lain.
c. Penyusunan buku harus berdiri dengan punggung buku menghadap ke
depan, sehingga label buku terlihat pengguna perpustakaan. Diperlukan siku-siku standar agar buku bisa tegak apabila kolom rak tidak terisi
penuh.
37 Ibrahim Bafadal 2008: 117 menjelaskan bahwa penyusunan buku-buku
di perpustakaan sekolah merupakan kegiatan yang tidak kalah penting dengan kegiatan lain. Apabila buku disusun dengan baik akan mempermudah siswa
mencari buku tertentu yang dibutuhkan. Buku perpustakaan sekolah sebaiknya disusun di rak buku khusus. Jumlah rak dan kapasitas harus
menyesuaikan dengan jumlah buku. Penyusunan bahan pustaka harus sesuai dengan klasifikasi yang telah ditentukan. Untuk mempermudah pencarian
buku, seharusnya rak buku diberikan petunjuk. Fungsi dari pelabelan rak adalah menginformasikan kepada siswa tentang letak buku.
Khusus buku referensi harus terpisah dari buku lain, misalnya ensiklopedia, skripsi, tesis, atlas, dan kamus. Sebab buku referensi tidak
diperkenankan dibawa pulang. Apabila ingin dipinjam buku tersebut harus difotokopi.
6. Peran Teknologi Perpustakaan dalam Pengolahan Bahan Pustaka