Implementasi Hari Kedua Implementasi

4.2.3.2 Implementasi Hari Kedua

Implementasi hari kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 4 Januari 2017. Kegiatan implementasi dilaksanakan pukul 09.30 WIB. Dalam kegiatan pembelajaran hari kedua aturan tempat duduk siswa sama seperti yang telah dilaksanakan pada pembelajaran hari pertama. Kegiatan pembelajaran hari kedua peneliti mengawali dengan melakukan presensi kehadiran siswa dan mengecek alat dan bahan yang dibawa oleh siswa. Peneliti mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan pembelajaran sebelumnya untuk mengingatkan kembali dan bertanya mengenai kesamaan atau tidak tempat menyimpan cadangan makanan dalam tanaman. Kemudian menyanyikan lagu yang berjudul “Belajar Bertanam” dengan menggunakan nada lagu “Du Di Dam”. Peneliti menyampaikan materi yang akan dipelajari. Kegiatan tanya jawab peneliti dengan siswa mengenai materi yang sudah dipelajari sebelumnya selain untuk mengingatkan kembali kepada siswa, juga sebagai salah satu wujud terlaksananya pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR yaitu konteks yang digunakan untuk menghubungkan materi awal siswa dan materi pembelajaran yang akan dipelajari. Peneliti kemudian menjelaskan mengenai langkah kegiatan yang akan dipelajari. Kemudian setiap siswa melihat gambar teknik bertanam secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sederhana yang sudah mereka bawa. Peneliti mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai informasi dan gambar teknik bertanam secara sederhana. Beberapa siswa sudah melihat dan ada salah satu siswa yang sudah melakukan bertanam seperti gambar yang mereka bawa. Siswa yang berinisial S, adalah siswa yang sudah melakukan teknik bertanam vertikultur. Peneliti kemudian bertanya kepada S, “coba ceritakan bagaimana kamu melakukan bertanam secara vertikultur?”, kemudian S menjawab, “caranya bertanam itu menggunakan pralon yang bertingkat, terus tidak menggunakan tanah yang begitu banyak, dan tanaman yang saya tanam itu seledri, daun bawang, dan cabai. Selanjutnya tanaman tersebut bermanfaat bagi saya bu, bisa buat masak”, jawab S dengan lantang dan sambil senyum. S mengatakan bahwa hasil panen dari tanaman yang ditanam bukan hanya bermanfaat bagi dirinya saja, melainkan hasil panennya juga dibagikan kepada tetangga dan teman-teman. Peneliti memberi penguatan kepada siswa untuk melakukan bertanam seperti yang dilakukan oleh siswa S, agar tidak memanfaatkan hasil tanaman saja, melainkan juga merawat dan menjaga dengan baik. Siswa bersama peneliti melakukan kegiatan demonstrasi teknik menanam vertikultur. Setiap siswa dibagikan panduan kebun k onservasi “Teknik Menanam Vertikultur”. Kemudian siswa mempelajari panduan selama 5 menit. Peneliti dan siswa kemudian mendemonstrasikan membuat pot untuk menanam. Setiap kelompok mendapatkan tiga buah botol yang akan digunakan untuk membuat pot. Botol yang sudah jadi bentuk pot, pot tersebut kemudian dihias menggunakan cat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sesuai dengan kreativitas masing-masing. Peneliti mengarahkan kegiatan yang dilakukan selanjutnya yakni melakukan kegiatan bertanam di luar kelas. Setiap kelompok kemudian pergi ke luar kelas secara bergantian, kelompok yang akan ke luar kelas terlebih dahulu yakni kelompok yang pertama selesai dalam membuat pot. Siswa yang berinisial Y yang membacakan panduan kebun konservasi “Teknik Menanam Vertikultur” selama kegiatan demonstarsi, kemudian dilaksanakan oleh siswa berinisial Z, H, dan A. Kebun k onservasi “Teknik Menanam Vertikultur” kemudian dilaksanakan oleh setiap siswa dalam kelompok. Setiap kelompok melakukan kebun konservasi dengan menggunakan panduan kebun konservasi. Waktu yang digunakan dalam melakukan kebun konservasi yaitu 35 menit. Setiap siswa dalam kelompok saat melakukan kegiatan kebun konservasi saling bekerja sama dengan cara membagi tugas, ada siswa membacakan langkah- langkah kerja terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan kebun konservasi dan ada siswa yang melaksanakan langkah kegiatan. Bibit tanaman yang disiapkan ada tiga jenis yaitu sawi, daun bawang, dan tomat. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk memilih jenis bibit tanaman yang akan ditanam secara bebas. Peneliti juga melakukan validasi panduan kebun konservasi kembali kepada siswa saat kebun konservasi berlangsung. Kegiatan validasi ini dilakukan dengan kegiatan tanya jawab singkat kepada siswa secara acak di dalam kelompok yang digunakan untuk mengetahui apakah panduan kebun konservasi “Teknik Menanam Vertikultur” sudah layak digunakan oleh siswa. Setiap siswa mengatakan bahwa mereka dapat melakukan kebun konservasi berdasarkan panduan kebun konservasi “Teknik Menanam Vertikultur”. Panduan yang dikembangkan oleh teman peneliti, baik bahasa dan maksud dari setiap langkah kerja dapat dipahami dengan mudah oleh siswa. Kemudian tanaman yang sudah selesai ditanam oleh setiap kelompok ditata dengan cara digantungkan pada dinding yang ada di sekolah. Dalam menata tanaman yang digantungkan di dinding peneliti dibantu oleh teman peneliti yang berinisial A, P, T serta penjaga SD N Jetis 1 Yogyakarta. Kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil menanam tanaman yang telah dilaksanakan. Siswa memperoleh pengalaman melalui kegiatan kebun konservasi “Teknik Menanam Vertikultur”. Kegiatan kebun konservasi merupakan terwujudnya pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif PPR yaitu pengalaman. Pengalaman yang diperoleh siswa digunakan untuk memahami materi pembelajaran. Setiap siswa dibagikan LKS untuk dikerjakan. Siswa yang sudah selesai mengerjakan LKS, kemudian dikumpulkan kepada peneliti. Siswa yang sudah selesai mengerjakaan LKS, dilanjutkan untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh peneliti dengan membuat peraturan mengenai merawat tanaman yang sudah ditanam. Peraturan yang telah dibuat disampaikan kepada teman yang berbeda kelompoknya. Kegiatan menyampaikan peraturan kepada teman yang berbeda kelompoknya disebut dengan peer tutoring . Hal ini dilaksanakan agar teman yang lain juga saling menjaga dan memiliki tanggung jawab dalam merawat tanaman. Tugas ini diberikan kepada siswa untuk membiasakan bersikap baik terhadap lingkungan dan juga mengingatkan agar tidak memetik tanaman dengan sembarangan sebelum waktu panen tiba. Selain dengan teman beda kelompok, siswa juga mendapatkan tugas untuk menyampaikan pengalaman yang didapatkan selama melakukan pembelajaran dan menyampaikan pesan kepada orang lain yang ada disekitar sekolah dan mengajak untuk memanfaatkan lahan sempit yang ada disekitar dengan melakukan bertanam. Kegiatan peer tutoring berjalan lancar. Peer tutoring merupakan teknik yang digunakan dalam model Conservation Scout . Kesimpulan dari pembelajaran hari kedua menurut siswa kelas V B yaitu belajar kebun konservasi “Teknik Menanam Vertikultur” itu menyenangkan, dikarenakan mereka dapat melaksanakan bertanam secara sederhana. Selain itu, hasil tanaman yang ditanam dapat bermanfaat bagi dirinya dan orang lain, bermain sambil belajar. Mereka juga mengatakan bahwa dalam melakukan kebun konservasi mudah, dikarenakan menggunakan panduan dengan tata bahasa yang mudah dipahami. Siswa melakukan kegiatan refleksi mengenai pengalaman yang didapatkan pada pembelajaran hari kedua dengan menuliskan hal-hal yang telah dipelajari dan kesulitan yang dihadapi, serta cara mengatasi kesulitan menggunakan kertas yang berbentuk daun yang sudah disediakan oleh peneliti dan ditancapkan di sterofoem . Refleksi yang dilaksanakan oleh siswa bersama dengan peneliti merupakan kegiatan untuk mengupayakan siswa dalam pembelajaran yang sudah di pelajari. Kemudian siswa bersama peneliti melakukan kegiatan evaluasi dengan bermain tebak kata. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam pengalaman atau pembelajaran yang sudah dipelajari Pertanyaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang diajukan oleh peneliti yaitu tentang aksi yang akan dilakukan oleh setiap siswa setelah mendapatkan pembelajaran tentang teknik menanam vertikultur. Kegiatan aksi merupakan salah satu bentuk terwujudnya tahapan dalam pendekatan PPR yang merupakan wujud dari hasil refleksi pengalaman. Peneliti memberikan motivasi dengan mengajak siswa untuk merawat tanaman yang ada disekitar. Pembelajaran ditutup dengan berdoa bersama yang dipimpin oleh siswa berinisial H. Berikut ini merupakan gambar proses implementasi hari kedua: Gambar 4.22 Proses Implementasi hari kedua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP pertemuan hari pertama dan kedua yang disusun oleh peneliti dan teman peneliti menggunakan model Conservation Scout berjalan sesuai dengan pandangan Jean Piaget bahwa dalam melaksanakan kegiatan eksperimen “Uji Amilum” dan kegiatan kebun konservasi “Teknik Menanam Vertikultur” merupakan sarana yang digunakan untuk siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI memahami pembelajaran melalui pengalaman yang nyatakonkret. Ketika siswa melaksanakan kegiatan eksperimen dan kebun konservasi dengan kelompok mereka, setiap siswa saling membantu dalam memahami materi pembelajaran sesuai dengan pandangan Lev Semionovich Vygotsky. Ketika siswa melaksanakan kegiatan eksperimen dan kebun konservasi dengan bermain sambil belajar diharapkan dapat menumbuhkan kebahagian yang ada didalam diri siswa sesuai dengan pandangan Maria Montessori yaitu anak diberikan kebebasan dalam belajar sesuai dengan bakat, minat serta kemampuan siswa Montessori, 2002: 28-30. Berdasarkan implementasi pertemuan hari pertama dan kedua menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP bahwa peneliti sudah menjalankan Pendidikan Emansipatoris. Hal ini dapat dilihat ketika peneliti bersama siswa melakukan dialog tanya jawab untuk menemukan masalah dan solusi dalam proses implementasi, sesuai dengan pendapat Giroux dalam Winarti dan Anggadewi, 2015: 53 yaitu mempertanyakan sistem merupakan menjadi pemikir yang kritis, perlu adanya dialog dalam bentuk mempertanyakan sistem untuk menemukan realitas. Kegiatan tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan siswa, siswa dengan siswa untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman. Ini menunjukkan bahwa adanya dialog tanya jawab yang terjalin antara peneliti dan siswa terwujudnya berpikir kritis. Kegiatan berpikir kritis akan membangun guru dengan siswa, siswa dengan siswa menjadi kesadaran kritis dalam menghadapi permasalahan dan solusi lingkungan. Hal ini terlihat ketika adanya dialog dalam proses membentuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kelompok beberapa siswa ada yang tidak bersedia siswa AP menjadi salah satu anggota kelompoknya dengan adanya dialog antara peneliti dengan siswa, siswa dengan siswa menjadikan AP mendapatkan kelompok. Adanya dialog antara siswa dengan siswa ketika bersedia untuk membawa alat dan bahan sesuai dengan kesepakatan yang diperlukan untuk melakukan eksperimen, serta adanya tanggung jawab dalam menjalankan tugas yang sudah disepakati oleh kelompok. Hal tersebut, sudah terlaksana pendidikan emansipatoris menurut Giroux dalam Winarti dan Anggadewi, 2015: 53 yaitu kesadaran kritis merupakan belajar menerima keadaan sosial, ekonomi, dan melawan penindasan realitas. Ketika keduanya dapat menemukan solusi dari permasalahan dan dapat menghargai akan hak setiap manusia berarti menunjukkan humanisasi sesuai dengan pendapat Giroux dalam Winarti dan Anggadewi, 2015: 53 adanya pemberdayaan dari pemahaman kritis antara guru dan siswa dapat menciptakan pemikiran kritis. Hal ini dapat dilihat saat memberikan kebebasan kepada siswa AP dalam memilih kelompok, kebebasan dalam membawa alat dan bahan sesuai dengan kesepakatan dengan anggota kelompok, peneliti memberikan kebebasan terhadap siswa AP untuk melakukan sesuatu yang diinginkan tanpa menggangu proses pembelajaran selama peneliti dapat mengawasi perilaku AP didalam kelas, dan memberikan kebebasan kepada siswa dalam membagi tugas tiap anggota kelompok sesuai dengan kesepakatan anggota kelompok. Materi disusun dapat dikatakan memenuhi 10 prinsip pengembangan materi menurut Tomlinson berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada saat kegiatan implementasi hari pertama dan hari kedua yaitu: ketika siswa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI mengatakan sudah membaca panduan eksperimen “Uji Amilum” dan kebun konservasi “Teknik Menanam Vertikultur” serta panduan yang sudah dibaca mudah untuk dipelajari. Siswa merasa tertarik, senang dan nyaman, karena panduan yang sudah dibaca berisi gambar, penjelasan, dan petunjuk kerja dengan bahasa yang digunakan tidak rumit dan mudah untuk dipahami. Rasa kepercayaan diri siswa muncul saat melakukan kegiatan eksperimen dan kebun konservasi secara mandiri dengan menggunakan panduan dan mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Materi yang diberikan berisi sesuai dengan latar belakang siswa dan berguna dalam kehidupan sehari-hari untuk memahami tanaman melalui merawat serta melestarikan yang terdapat di lingkungan sekitar. Materi yang diberikan memberikan perkembangan seluruh kemampuan siswa dapat dilihat ketika siswa melakukan kegiatan eksperimen dan kebun konservasi siswa harus membaca petunjuk kerja untuk dapat melakukan kegiatan tersebut, hal ini menunjukkan kemampuan kognitif. Selain itu, saat siswa melakukan uji amilum dan teknik menanam vertikultur menunjukkan kemampuan psikomotor. Materi mengupayakan perkembangan kemampuan intektual dan estetika yang dilakukan melalui aktivitas individu dan kelompok yang ditunjukkan dengan kegiatan belajar dan membuat karya kata mutiara maupun peraturan dapat melatih siswa untuk melatih otak kanan dan kiri. Setelah siswa mendapatkan informasi mengenai yang sudah dipelajari kemudian siswa dapat melakukan suatu karya bagi dirinya, orang lain, dan lingkungan sekitar maka siswa akan termotivasi untuk memberikan respon yang positif dan ketika siswa dapat menyampaikan penjelasan mengenai pembelajaran yang sudah dipelajari kepada orang lain dan peneliti merupakan terwujudnya feedback . Ketika siswa menyampaikan karya yang disudah dibuat kepada orang disekitarnya berarti peduli terhadap lingkungan menunjukkan bahwa materi memberikan sikap afektif terhadap masing-masing siswa.

4.2.4 Evaluasi