1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap negara selalu dituntut untuk dapat dinamis dalam mengikuti perkembangan globalisasi. Salah satu perkembangan yang terjadi di arus
global ini ialah perkembangan trend dengan konsep budaya pop. Dunia seakan menjadi tempat untuk menampung derasnya aliran budaya pop yang
hadir melalui ruang dan waktu. Secara disadari atau tidak, jenis budaya ini telah mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Menurut McQual, 1996 dalam Mahar, 2012 wujud budaya pop beraneka
macam, misalnya bahasa, teknologi, busana, tata cara, dan musik.
Musik merupakan gambaran kehidupan manusia yang dinyatakan dalam bentuk bunyi yang berirama sebagai penyaluran pikiran dan perasaan.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia 2011, musik adalah nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu dan
keharmonisan. Secara umum, musik dikelompokkan menurut kegunaannya menjadi tiga ranah besar, yaitu musik seni, musik tradisional dan musik
populer Wikipedia, 2013.
Musik pop merupakan salah satu aliran musik yang dapat dinikmati oleh semua kalangan usia, akan tetapi musik ini lebih berpengaruh pada
kalangan anak muda dikarenakan musik pop merupakan jenis musik yang memperlihatkan realitas emosional lelaki dan perempuan muda. Seperti yang
diungkapkan oleh Storey, John 2008, “Budaya musik pop seperti lagu, majalah, konser, festival, film dan sebagainya membantu memperlihatkan
pemahaman akan identitas di kalangan muda.” Fenomena budaya pop menyebabkan para produser musik di Indonesia saling berlomba-lomba
menciptakan lagu dengan aliran pop yang khususnya ditujukan untuk kalangan muda dan mulai meninggalkan lagu anak-anak, sehingga secara
perlahan anak mulai disuguhi oleh lagu dewasa.
Pada dasarnya anak suka mendengarkan semua jenis lagu karena lagu dapat dijadikan sarana hiburan untuk anak-anak. Lagu merupakan sarana
hiburan yang paling mudah ditemui, ekonomis, dan dapat didengar bersamaan dengan melakukan aktivitas lain. Oleh sebab itu, lagu dapat
didengar dimana saja dengan bersamaan melakukan aktivitas lain, seperti saat bermain dan di dalam mobil saat menuju perjalanan. Mendengarkan musik
dan lagu juga merupakan hiburan yang populer di kalangan anak-anak. Mendengarkan musik dan berbicara tentang lagu yang disukai dengan teman
sebayanya dapat berfungsi sebagai pengikat yang mendukung penerimaan sosial Hurlock, 1990
.
Gardner dalam Sheppard, 2007, membuktikan bahwa alunan musik mampu mempengaruhi perkembangan intelektual anak dan kemampuannya
dalam bersosialisasi. Melalui musik dan lagu, anak mampu mengendalikan emosi, perasaan sedih ataupun senang. Lewat syair lagu, imajinasi anak dapat
berkembang.
Lagu nyanyian anak adalah lagu yang pantas didengarkan dan dinyayikan untuk anak-anak yang terkandung unsur hiburan maupun unsur
pendidikan juga Ibu balita, 2013. Namun sangat disayangkan lagu anak di era sekarang semakin langka di dengar. Secara perlahan musik anak di
Indonesia tidak mendapatkan tempat seperti era-era sebelumnya. Sepinya lagu anak tersebut juga tidak terlepas dari masalah industri musik di
Indonesia, dimana lagu anak adalah salah satu industri musik yang tidak
menguntungkan untuk era ini.
Berdasarkan dari segi keuntungan dan pendapatan, para produser musik di Indonesia lebih berminat pada lagu-lagu dewasa yang komersial
sehingga menyebabkan jumlah lagu anak lebih sedikit dibandingkan dengan lagu dewasa. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya program musik di
televisi dengan konten lagu-lagu dewasa yang berlomba-lomba dalam mencapai rating yang tinggi Utari, 2013. Oleh karena itu, banyak dari anak-
anak yang akhirnya mendengarkan lagu dengan lirik dewasa yang tidak sesuai dengan perkembangannya sehingga sangatlah wajar apabila sebagian
besar anak jaman sekarang lebih mudah menyanyikan lagu dengan lirik cinta
dewasa dibandingkan menyanyi lagu anak.
Dalam hari an Republika Rabu, 21 Juli 2010 dengan tajuk “Lagu
anak- anak kian tak punya identitas” disebutkan juga bahwa anak-anak hari ini
sudah tidak memiliki identitas lagi dalam menyanyikan sebuah lagu. Sebab, lagu yang anak-anak nyanyikan bukan lagi lagu untuk anak-anak yang sesuai
dengan umurnya, melainkan lagu orang dewasa. Hal serupa pun juga di
ungkapkan oleh Direktur Utama Pembangunan Jaya Ancol Tbk, Sumadi, mengatakan, sepuluh tahun belakangan ini, lagu-lagu anak hampir tidak ada
sama sekali. Bahkan penyanyi cilik saat ini cenderung menyanyikan lagu orang-orang dewasa. Anak-anak seakan-akan tidak diberikan pilihan untuk
mendengarkan lagu yang sesuai dengan umurnya melainkan di sodorkan
lagu-lagu orang dewasa.
Lagu orang dewasa merupakan lagu yang layak dikonsumsi oleh tingkat dewasa yaitu diatas usia dua puluh tahun ke atas, sedangkan lagu
anak-anak merupakan lagu yang dikhususkan untuk dikonsumsi oleh anak yang berusia 4 hingga 16 tahun. Berdasarkan lirik dan tema, lagu anak-anak
dan lagu orang dewasa juga sangat berbeda. Lirik lagu pada lagu anak-anak memiliki lirik yang ringan, seperti adanya pengulangan nada dan kata yang
sama, sedangkan lirik pada lagu orang dewasa biasanya memiliki makna yang lebih mendalam. Begitupun dari segi tema lagu, lagu anak-anak lebih
bertemakan kepada kehidupan anak-anak itu sendiri, seperti sekolah, orangtua, guru, teman, dan binatang peliharaan. Lagu orang dewasa biasanya
bertemakan hubungan antara pria dan wanita dalam percintaan Ibu balita,
2013.
Pemaparan lagu dengan lirik dewasa secara intensif dikhawatirkan dapat berdampak pada psikologis perkembangan anak khususnya perilaku
seksual yang terjadi pada masa akhir anak. Secara disadari atau tidak lagu dewasa akan memaksa mereka untuk menjadi lebih dewasa dari umur yang
seharusnya, seperti yang ditunjukkan oleh fenomena pacaran yang sudah
terjadi di kalangan anak SD. Hal ini dikarenakan permasalahan kehidupan orang dewasa disampaikan melalui lirik-lirik lagu yang dapat mengakibatkan
anak-anak menelan mentah-mentah lirik pada lagu tersebut.
Fenomena ini juga menjadi salah satu sorotan keprihatinan Dr. Seto Mulyadi yang merupakan ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak. Beliau
sempat menyampaikan pendapatnya bahwa anak-anak zaman sekarang disuguhi dengan lagu-lagu dewasa yang bukan untuk mereka Lampost,
2013. Kenyataannya lagu dewasa yang sering dinyanyikan anak-anak dapat
memberikan dampak negatif terhadap perkembangan anak. Hal ini
dikarenakan isi lagu dewasa penuh dengan tema percintaan, kisah asmara,
jatuh cinta antara kedua insan, dan cenderung berbau porno Faldana, 2011.
Anak-anak akan dengan mudah untuk mengimitasi atau meniru segala informasi yang mereka dapatkan. Salah satunya informasi melalui proses
belajar simbolik dengan bentuk instruksi verbal. Bandura menjelaskan bahwa manusia belajar meniru bukan hanya melalui model hidup namun dari banyak
model, seperti model simbolik. Bentuk lain pemodelan simbolik ini adalah instruksi verbal dari lagu dewasa dengan lirik percintaan. Instruksi verbal dari
lagu dewasa ini semakin besar ditiru dikarenakan karakteristik perkembangan anak usia 8 hingga 10 tahun. Pada usia ini, anak memiliki karakteristik
kognitif operasional konkrit, yang mana anak dapat berpikir lebih logis serta dapat memahami konsep percakapan. Anak juga memiliki ingatan dengan
intensitas paling kuat dan paling besar serta dapat mengembangkan
ingatannya dengan baik melalui belajar menggunakan bantuan-bantuan memori seperti pengulangan verbal secara terus-menerus.
Pada usia 8 hingga 10 tahun, karakteristik sosial emosi anak juga berada pada tahap pengenalan gender dengan ruang gerak hubungan sosial
yang semakin luas. Reaksi emosional pada anak juga lebih bervariasi, seperti rasa takut, rasa marah, cemburu, kegembiraan dan kasih sayang
Hurlock,1990. Pemahaman emosional anak juga semakin tinggi bila dibandingkan
masa sebelumnya.
Sehubungan dengan
karakteristik perkembangan anak usia 8 hingga 10 tahun tersebut, maka sungguh mudah
bagi seorang anak untuk menerima dan mengingat suatu lagu termasuk lagu dengan lirik dewasa. Oleh karena itu, anak yang terbiasa terpapar lagu dengan
lirik tersebut dikhawatirkan akan ditiru ke dalam kehidupan kesehariannya
khususnya dalam perilaku seksualnya.
Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis.
Dalam hal ini perilaku seksual bisa bermacam-macam, seperti munculnya perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu hingga
bersenggama Sarwono,2007. Bila dilihat berdasarkan perkembangan karakteristik seksual anak secara garis besar dikatakan bahwa pada masa
akhir anak merupakan masa dimana individu belum matang secara seksual. Akan tetapi anak akan mulai mengembangkan konsep yang jelas tentang
peran seks yang sesuai untuk anak laki-laki dan perempuan. Selain itu, anak ingin mengetahui lebih mendalam mengenai hubungan antara kedua jenis
seks tersebut. Oleh karena itu pada umumnya anak akan berusaha memperoleh informasi dari buku atau bertukar cerita maupun lelucon dengan
teman-temannya Hurlock, Elizabeth B. 1990.
Dalam beberapa kasus, perilaku seksual anak pada saat ini cukup memprihatinkan seperti halnya penelitian yang pernah dilakukan oleh komnas
anak tahun 2009 yang mendapatkan angka 97 anak SD pernah mengakses pornografi melalui internet Rahmawati, 2012. Berdasarkan data
Depkominfo 2007, ada 25 juta pengakses internet di Indonesia konsumen terbesar 90 adalah anak usia 8-16 tahun, 30 pelaku sekaligus korban
pornografi adalah anak. Survey UNICEF 2003 dalam Rahmawati 2012 memperoleh informasi yang sangat buruk terhadap perilaku anak dan remaja
di Inggris, diantaranya generasi muda di Inggris sangat memprihatinkan dikarenakan anak-anak telah terbiasa melakukan hubungan seksual. Menurut
Observasi di Provinsi Nanggro Aceh Darussalam yang dilakukan oleh Lembaga Centra Muda Putro Phang LCMPP 2007 dalam Rahmawati 2012
yang bekerjasama dengan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia PKBI di dapatkan bahwa 115 anak yang bermasalah tentang perilaku
seksual terungkap telah melakukan pacaran dan seks sebanyak 51,30. Berdasarkan penelitian yang pernah dilaksanakan di SD Negeri 16 Banda
Aceh dengan jumlah subjek 390 siswa, ditemukan informasi bahwa siswa mengaku pernah memegang tangan teman lawan jenisnya. Adapun wali kelas
yang menyatakan bahwa terdapat siswa yang sering mengganggu teman
lawan jenisnya dengan mencium kawan sebangkunya.
Dengan dilatarbelakangi keprihatinan penulis akan fenomena pemaparan lagu dewasa lirik percintaan terhadap anak-anak dan
meningkatnya perilaku seksual pada anak-anak, maka timbul ketertarikan khusus bagi penulis untuk membuat penelitian mengenai hubungan
pemaparan lagu dewasa lirik percintaan dengan perilaku seksual khususnya pada akhir masa anak-anak. Peneliti memiliki dugaan bahwa semakin tinggi
keterpaparan lagu dewasa dengan lirik percintaan maka semakin mempengaruhi perilaku seksual pada anak, khususnya akhir masa anak-anak
yang berusia 8-10 tahun. Penelitian ini diharapkan dapat mengurangi dampak negatif dari fenomena tersebut yang di dikhawatirkan nantinya dapat menjadi
“bom waktu” bagi penyimpangan perilaku anak-anak ke depannya khususnya
dalam perilaku seksualnya.
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan positif antara tingkat keterpaparan lagu dewasa lirik
percintaan dan tingkat perilaku seksual anak?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan positif antara tingkat keterpaparan lagu dewasa lirik percintaan dan tingkat perilaku
seksual anak.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat di ambil dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoretis
a. Bagi Ilmuwan Psikologi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu psikologi perkembangan pada anak, khususnya
tentang hubungan pemaparan lagu dewasa lirik percintaan dengan perilaku seksual pada akhir masa anak-anak.
b. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi pada penelitian berikutnya yang ada kaitannya dengan perilaku seksual anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Orangtua
Memberikan masukan bagi orang tua untuk memberikan pendampingan bagi anak-anaknya untuk mendengarkan lagu yang
sesuai dengan umurnya sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan umurnya baik secara psikologi maupun bahasa serta pembentukan
karakter anak.
b. Bagi Prosedur Musik Indonesia
Penelitian ini dapat memberikan masukan, khususnya bagi produser musik di Indonesia untuk bisa memproduksi kembali lagu
anak, sehingga diharapkan anak memperoleh haknya untuk mendapatkan pengalaman yang sesuai dengan usianya sehingga mereka
dapat menikmati waktu bermainnya tanpa harus dipengaruhi oleh lagu dewasa saat ini.
11
BAB II LANDASAN TEORI