Sikap Wanita Dewasa Dini Menikah Terhadap Wanita Lajang

27 bersama tanpa ada hubungan pernikahan atau biasa disebut kumpul kebo termasuk ke dalam tipe ini. b. Wishhful Individu yang masuk ke dalam tipe ini adalah individu yang aktif mencari pasangan tetapi belum berhasil. Mereka masih mempunyai kesadaran untuk menikah. c. Resolved Tipe ini adalah tipe untuk individu yang melajang karena pilihan hidupnya. Sebagian besar adalah pastur atau romo, biarawanbiarawati. d. Regretful Merupakan tipe individu yang sebenarnya memilih untuk menikah, tetapi karena menyerah pada nasib mereka tidak bisa menikah. Menyerah bisa diakibatkan karena jumlah wanita dan laki-laki tidak seimbang, penampilan sex tidak menarik, cacat secara fisik atau psikis, kaum lesbian bisa masuk ke dalam tipe ini. Atau karena mereka menemukan kekurangan dalam lembaga pernikahan.

D. Sikap Wanita Dewasa Dini Menikah Terhadap Wanita Lajang

Fenomena wanita lajang memang sedang populer saat ini, sering dibicarakan dalam obrolan-obrolan di masyarakat maupun di dalam media massa. Dikatakan pula bahwa wanita yang melajang ini ternyata semakin pesat peningkatannya Zainuddin, 1998, bahkan ada yang menjadikannya sebagai trend, seperti di lingkungan wanita karier dan di lingkungan selebritis Lis, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 2002. Wanita yang belum menikah atau tidak menikah, atau tidak memiliki status pernikahanlah yang akan disebut sebagai wanita lajang Barkas, 2002. Alasan mereka untuk melajang pun beragam, ada yang karena belum dapat pasangan yang cocok, homoseksual, trauma masa lalu, atau karena masih ingin mengejar jenjang karier setinggi-tingginya Santrock, 1995. Seorang wanita pada masa dewasa dini memang cenderung dituntut untuk mencari pasangan hidup, menikah, berkeluarga, dan memiliki anak. Hal tersebut memang tidak boleh dipungkiri karena merupakan suatu tugas perkembangan pada masa dewasa dini. Masa dimana menurut Havinghurts dalam Mappiare, 1997 seorang dewasa dini ditugaskan untuk mencari dan menemukan pasangan hidup, membina kehidupan rumah tangga, meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Tak hanya tugas perkembangan saja yang menuntut seorang wanita dewasa dini untuk memilih pasangan hidup kemudian menikah, budaya tradisional di Indonesia pun juga menuntut demikian. Budaya tradisional yang menganggap pernikahan adalah suatu yang sangat penting dalam masyarakat tentu akan menuntut wanita untuk menikah. Di saat ada seorang wanita yang tidak menikah maka akan menimbulkan berbagai macam kritikan dari masyarakat. Terkadang kita akan melihat ketimpangan gender disini, dimana seorang wanita lajang akan lebih disorot dibandingkan pria lajang Prisanti, 1997. Paham patriarkat pun turut mendukung hal itu, salah satu bentuk dukungannya adalah akan lebih menyorot kaum wanita yang lajang 29 dibandingkan dengan kaum laki-laki, karena pada paham ini dikenal sebagai paham yang menganggap seorang laki-laki yang memegang kuasa atas peran- peran penting dalam sebagian besar kehidupan manusia Tukiran, 2001. Jadi disaat seorang dewasa dini, khususnya wanita yang berusia 28-33 tahun belum atau tidak menikah, maka akan timbul opini-opini yang positif maupun yang negatif. Menurut Levinson dalam Monks, 2002, usia 28-33 tahun ini merupakan usia dimana seseorang akan membentuk kehidupan berkeluarga. Kehidupan yang diawali dengan pernikahan, yaitu peristiwa dimana sepasang mempelai atau calon suami-istri dipertemukan secara formal di hadapan pemuka agama, para saksi, dan sejumlah hadirin, kemudian disyahkan secara resmi sebagai suami-istri dengan upacara keagamaan dan ritual-ritual tertentu, lalu hidup sebagai keluarga kecil yang kemudian dilengkapi oleh lahirnya seorang anak Kartono, 1992. Sedangkan wanita yang sudah menikah akan sedikit merasa lega karena sudah tidak ada lagi tuntutan untuk menikah. Dan apakah mereka yang sudah menikah ini akan memberikan sikap yang positif terhadap teman sesama jenisnya yang memilih atau memutuskan untuk melajang, atau malah sebaliknya. Melihat beberapa opini-opini yang beragam muncul di situs-situs internet mengenai wanita lajang, kemungkinan sikap yang muncul pun akan beragam pula, ada yang mendukung wanita lajang dan ada yang tidak mendukung wanita lajang. 30

E. Kerangka Penelitian