PENDANAAN INVESTASI MEMORANDUM OF UNDERSTANDING INDONESIA-MALAYSIA TAHUN 2008

49 habis. 90 Penandatanganan MoU ini ditandatangani di Malaysia oleh menteri perdagangan RI, Mari Elka Pangestu dan menteri perdagngan Malaysia, Rafidah Aziz yang disaksikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yodhoyono dan Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi yang didampingi menteri dan pejabat masing-masing negara. 91 Dengan adanya penandatangan MoU ini membuktikan bahwa Indonesia dan Malaysia telah melakukan kerjasama untuk lebih mempererat hubungan kedua negara, selain itu MoU ini dimaksudkan untuk mencapai kepentingan massing-masing negara dalam hal menanamkan investasinya.

2.3.2.1. PENDANAAN INVESTASI

Industri kelapa sawit merupakan industri padat modal. Hal tersebut dikarenakan tingginya investasi untuk membangun satu unit perkebunan kelapa sawit yang lengkap. Tingginya harga CPO menjadikan para pelaku pasarinvestor dari dalam maupun luar negeri semakin tertarik terhadap produk kelapa sawit. Peluang investasi industri pengolahan kelapa sawit tersebut masih terbuka mengingat pangsa pasar CPO internasional mengalami peningkatan dari sisi konsumsi dan perdagangan. Konsumsi minyak kelapa sawit cenderung meningkat dibandingkan dengan konsumsi minyak nabati dan lemak lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 92 90 Kementrian luar negaeri Indonesia. Daftar perjanjian Internasional Indonesia-Malaysi. [online] dalam http:www.deplu.go.iddaftarperjanjianInternasionalmalaysia.htm diakses pada 21 maret 2014 91 Antara News. 2008. Indonesia-Malaysia Tandatangani JTIC. [online] dalam http:www.antaranews.com . Diakses pada 14 April 2014. 92 Ibid Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 50 Tabel 2.7: Pangsa Produksi dan Konsumsi Minyak Nabati Dunia 2003-2012 No Uraian 2003-2007 2008-2012 I Total Produksiton 95.624.000 108.512.000 1 Minyak Sawit 25.340.360 29.949.312 2 Minyak Kedelai 22.376.016 25.174.784 3 Minyak Kanola 12.526.744 15.517.216 4 Minyak Bunga Matahari 12.526.744 12.044.832 5 Minyak Lainya 22.854.136 25.825.856 II Total Konsumsiton 118.061.000 132.234.000 1 Minyak Sawit 25.973.420 29.752.650 2 Minyak Kedelai 22.313.529 25.124.460 3 Minyak Kanola 13.577.015 15.471.378 4 Minyak Bunga Matahari 10.861.612 12.033.294 5 Minyak Lainya 45.335.424 49.852.218 Sumber: Oil World Annual Berdasarkan tabel tersebut terjadi peningkatan pesat dalam konsumsi minyak nabati dunia dari 118 juta ton pada`tahun 2003-2007 menjadi 132 juta ton pada tahun 2008-2012, dimana penggunaan komoditi minyak kelapa sawit telah menduduki posisi tertinggi dalam pasar minyak nabati dunia, yaitu dengan total konsumsi 25 juta ton pada tahun 2003-2007 dan 29 juta ton pada tahun 2008- 2012. Komoditi selanjutnya adalah minyak kedelai dengan total konsumsi 22 juta ton 2003-2007 dan 25 juta ton 2008-2012. 93 Investasi pada komoditi kelapa sawit sangat potensial baik pada industri hulu, yaitu perkebunan kelapa sawit untuk menghasilkan CPO, PKO, kemudian pabrik nabati lainnya. Minyak sawit diperkirakan akan mampu memenuhi tuntutan pemenuhan kebutuhan global dan domestik. Tuntutan kebutuhan tersebut muncul sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pergeseran konsumsi dari minyak 93 Dirjen Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian. 2009. Roadmap Industri Pengolahan CPO. [online] dalam http:agro.kemenperin.go.ide-klasterfileroadmapKICSUMUT_1.pdf . Diakses pada 10 April 2014 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 51 jenuh hewan ke minyak nabati, pergeseran bahan bakar dari minyak fosil ke minyak nabati. Dengan melihat potensi dan peluang kelapa sawit tersebut mengindikasikan bahwa kelapa sawit masih mempunyai prospek pengembangan positif ke depan. 94 Selain sebagai komoditi ekspor non migas, kelapa sawit memiliki prospek yang baik sebagai sumber dalam perolehan devisa maupun pajak dan juga menjadi konsumsi dalam negeri yang potensial. Tingginya jumlah permintaan konsumsi dunia terhadap kelapa sawit dan produk turunannya mengakibatkan pasar minyak sawit dunia juga semakin terbuka. Dengan melihat prospek kebutuhan pasar dunia akan kebutuhan minyak sawit yang meningkat, maka memberikan peluang dan mendorong negara-negara penghasil kelapa sawit, khususnya Indonesia dan Malaysia untuk meningkatkan prosentase supply kelapa sawit mereka sebagai potensi alam strategis dan bernilai ekonomi tinggi. 95 Investasi asing merupakan kegiatan untuk upaya mentransformasikan sumber daya yang dimaksud adalah sumber daya potensial menjadi salah satu kekuatan ekonomi riil, Sumber daya yang dimaksud adalah sumber daya daerah yang diolah dan di manfaatkan untuk meningkatkan kemakmuran seluruh rakyat secara adil dan merata. Investasi asing dibagi kedalam dua komponen, pertama adalah investasi langsung Direct Investment yang melaluipara investor asing berpartisipasi dalam manajemen perusahaan untuk memperoleh imbalan manajemen perusahaan dari modal yang mereka tanamkan. Kedua adalah 94 Ibid 95 Ibid Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 52 investasi portofolio Portofolio Investment, yaitu pembelian saham dan obligasi yang semata-mata tujuanya untuk meraih hasil dari dana yang ditanamkan. 96 Banyak investor Malaysia yang mulai menanamkan investasinya di Indonesia melalui tiga sektor, yaitu: 1. Sektor primer: Meliputi tanaman pangan dan perkebunan, pertambangan. 2. Sektor Sekunder: Meliputi industri makanan, tekstil, kayu, kimia dan farmasi, karet dan plastik, logam, mesin dan elektronik. 3. Sektor tersier: Meliputi listrik, gas, dan air, konstruksi, perdagangan dan reparasi, perumahan, kawasan industri dan perkantoran, dan jasa lainya. 97 Untuk selanjutnya yang lebih difokuskan adalah investasi pada sektor primer, terutama pada perkebunan kelapa sawit. Budidaya kelapa sawit merupakan salah satu industri usaha perkebunan yang diminati oleh investor. Ttingginya produktivitas dan aspek pasar menjadi pendorong tingginya nilai investasi di sektor ini. Setelah itu untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit memerlukan dana investasi yang besar dan bersifat jangka panjang. 98 Guna pendirian perkebunan kelapa sawit tersebut memerlukan biaya investasi dan biaya operasional yang tidak sedikit. Hal ini merupakan salah satu faktor penghambat dalam upaya meningkatkan produksi minya sawit dunia karena biaya investasi 96 Ibid 97 KBRI Kuala Lumpur. 2009. Hubungan Ekonomi Indonesia-Malaysia. [online] dalam http:www.kbrikualalumpur.org . Diakses pada 12 April 2014. 98 Iyung Pahan.2006. Kelapa Sawit : Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir [online] dalam http:books.google.co.idbooks?id=XSptqDdEIcOCpg diakses pada 29 April 2014. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 53 untuk membangun kebun kelapa sawit perlu modal yang besar dan waktu pengembalian yang lama. 99 Dalam hal peningkatan produksi tentunya banyak faktor yang harus dipenuhi oleh produsen kelapa sawit, seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa lahan yang luas, iklim yang sesuai, pemenuhan tenaga kerja merupakan faktor operasional yang penting dan juga dukungan dari pemerintah juga sangat penting karena pemerintah yang akan mengawasi serta meregulasi segala proses yang ada guna kelancaran produksi. Kedua negara sangat fokus dalam hal peningkatan produksi kelapa sawit yang membuat keduanya saling ketergantungan dalam pemenuhan barang dan jasa. Indonesia membutuhkan investasi dan pembelian minyak kelapa sawit dari malaysia, sedangkan malaysia sendiri juga sangat membutuhkan investasi di Indonesia dan tentunya pemenuhan tenaga kerja dari Indonesia. Pada akhirnya Interdependensi antar kedua negara sangat terlihat pada fokus peningkatan produksi komoditi kelapa sawit kedua negara, dimana peningkatan produksi ini dapat membangun ekonomi kedua negara ditunjang dengan permintaan pasar yang sangat potensial yang membuat Indonesia dan Malaysia ingin terus meningkatkan tren positif ini. Setelah keberhasilan kedua negara dalam menjadi pemain kelapa sawit terbesar di pasar dunia bukan berarti tidak ada hambatan dalam proses produksi yang dilakukan antara kedua negara, setelah MoU 2006 dan 2008 disepakati antara Indonesia dan Malaysia ada beberapa LSM pecinta lingkungan 99 Ibid Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 54 internasional yang mengecam produksi kelapa sawit kedua negara, mereka menganggap dengan adanya MoU tentang pengembangan lahan dan investasi, industri kelapa sawit dianggap sebagai kontributor utama kerusakan hutandeforestasi, rusaknya keanekaragaman hayati dan habitat satwa langka, meningkatnya CO2 akibat dari pembukaan lahan dengan cara membakar, dan lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan lahan gambut yang tidak terkendali. Setelah itu muncul kampanye negatif tentang kelapa sawit yang ada di Indonesia dan Malaysia, dan hal ini membuat resah kedua negara karena bisa menghambat proses produksi sawit dan kekhawatiran yang paling penting adalah turunya kepercayaan dari para konsumenpara importir akan kelapa sawit dari Indonesia dan Malaysia, isu ini membuat kedua negara fokus untuk melakukan kerjasama dalam melakukan upaya menghadapi kampanye negatif kelapa sawit ini bersama. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 55

BAB III KAMPANYE NEGATIF DARI LSM SEBAGAI FAKTOR

TERBENTUKNYA MoU 2010 ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA Keberhasilan Indonesia dan Malaysia dalam mempertahankan tren positif sebagai pemain utama kelapa sawit terbesar di dunia sedang dihadapkan pada isu yang kurang baik, LSM pecinta lingkungan sedang gencar-gencarnya mengkampanyekan tentang isu negatif terkait komoditi kelapa sawit yang ada di Indonesia dan Malaysia. Beberapa LSM pecinta lingkungan melakukan aksi-aksi kampanye, karena mereka menganggap bahwa industri ini dapat merusak hutan dan mengganggu stabilitas habitat disekitarnya. Indonesia dan Malaysia mencoba untuk berupaya menghadapi isu-isu negatif yang dapat berpengaruh pada permintaan kelapa sawit, dan isu ini dapat merugikan kedua negara jika saja sampai ada negara konsumen kelapa sawit yang terpengaruh akan hal ini, dan dari isu ini kedua negara sepakat untuk bersama-sama mengghadapi kampanye negatif yang diwujudkan dalam memorandum of understanding yang akan dibahas di sub- bab berikutnya.

3.1. MEMORANDUM OF UNDERSTANDING INDONESIA-MALAYSIA TAHUN 2010

Sebagai negara produsen kelapa sawit terbesar, maka Indonesia dan Malaysia menyepakati MoU tentang kerjasama untuk menjamin usaha bersama atas produsen CPO. Hal tersebut terkait dengan upaya kedua negara dalam menghadapi kampanye negatif tentang kelapa sawit. MoU ditandatangani pada Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.