Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010

(1)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.

PROYEKSI PRODUKSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA

PADA TAHUN 2006-2010

TUGAS AKHIR

CHRISTINE NATALIA MANURUNG

062407080

PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

PROYEKSI PRODUKSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA

PADA TAHUN 2006-2010

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

CHRISTINE NATALIA MANURUNG

062407080

PROGRAM STUDI DIPLOMA III STATISTIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

(4)

PERNYATAAN

PROYEKSI KELAPA SAWIT DI INDONESIA PADA TAHUN 2006-2010

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2009

CHRISTINE NATALIA M. 062407080


(5)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010. PENGHARGAAN

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia- Nya, penulis diberi kekuatan dan kesehatan dapat menyelesaikan Tugas Akhir tersebut.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Drs. R. Johannes Mataniari, M.Si selaku pembimbing pada penyelesaian Tugas Akhir ini yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada saya untuk penyempurnaan kajian tersebut. Panduan ringkas dan padat dan profesional telah diberikan kepada saya agar penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Dr. Saib Suwilo, M.Sc dan Drs. Henri Rani Sitepu, M.Si., Dekan dan Pembabntu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen pada Departemen Matematika FMIPA USU, pegawai di FMIPA USU serta seluruh mahasiswa Statistika. Akhirnya, tidak terlupakan juga ucapan terima kasih yang mendalam untuk orangtua tercinta, Bapak Hasiholan Manurung dan Ibu Rosdiana Marpaung serta semua saudara saya yang selama ini sudah banyak memberikan bantuan dan dorongnan yang sangat saya butuhkan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikannya.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Daftar Isi v

Daftar Tabel vii

Daftar Gambar viii

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 3

1.4 Manfaat Penelitian 3

1.5 Metodologi Penelitian 4

1.6 Sistematika Penulisan 5

Bab 2 Tinjauan Teoritis 6

2.1 Pengertian Proyeksi 6

2.1.1 Peranan Proyeksi 7

2.2 Produksi 7

2.2.1 Tandan Buah Segar (TBS) 7

2.2.2 Faktor-faktor Produktivitas Tandan Buah Segar (TBS) 9

2.2.3 Upaya Peningkatan Produktivitas TBS 10

2.3 Metode Analisa Data 10

Bab 3 Sejarah Singkat Badan Pusat Statistik (BPS) 12

3.1 Sejarah BPS di Indonesia 12

3.1.1 Masa Pemerintahan Hindia Belanda 12

3.1.2 Masa Pemerintahan Jepang 13

3.1.3 Masa Kemerdekaan Republik 13

3.1.4 Masa Orde Baru sampai Sekarang 14

3.1.5 Program Pengembangan Statistik 15

3.2 Kegiatan BPS 16

3.2.1 Kedudukan, Tugas dan Fungsi BPS 16

3.2.2 Tata Kerja BPS 17

3.3 Struktur Organisasi 17

Bab 4 Analisa dan Pembahasan 21

4.1 Pengumpulan Data 21

4.1.1 Produksi Perkebunan Rakyat (PR) 22

4.1.2 Produksi Perkebunan Besar Negara (PBN) 25

4.1.3 Produksi Perkebunan Besar Swasta (PBS) 28


(7)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.

4.2.1 Luas Area Perkebunan Rakyat (PR) 33

4.2.2 Luas Area Perkebunan Besar Negara (PBN) 34

4.2.3 Luas Area Perkebunan Besar Swasta (PBS) 35

4.3 Perkebunan Rakyat 36

4.4 Perkebunan Besar Negara (PBN) 38

4.5 Perkebunan Besar Swasta (PBS) 39

Bab 5 Implementasi Sistem 41

5.1 Tahap Implementasi 41

5.2 Pengaktifan Excel 41

5.3 Jendela Lembar Kerja Excel 42

5.4 Pengisian Data 43

5.5 Pembuatan Grafik 44

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 45

6.1 Kesimpulan 45

6.2 Saran 46

6.2.1 Pemerintah 46

6.2.2 Pengusaha 46

Daftar Pustaka Lampiran


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Produksi Kelapa Sawit Indonesia Pada Tahun 1999-2005 (Ton) 21

Tabel 4.2 Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Pada Perkebunan Rakyat 24

Pada Periode 2006-2010

Tabel 4.3 Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Pada Perkebunan Negara 27

Pada Periode 2006-2010

Tabel 4.4 Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Pada Perkebunan Swasta 31

Pada Periode 2006-2010


(9)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010. DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Pertumbuhan Produksi Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat 25

Gambar 4.2 Pertumbuhan Produksi Kelapa Sawit Perkebunan 28

Besar Negara

Gambar 4.3 Pertumbuhan Produksi Kelapa Sawit Perkebunan 32

Besar Swasta

Gambar 5.1 Tampilan Cara Pengaktifan Excel 42


(10)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Salah satu sub sektor yang cukup besar potensinya adalah sub sektor perkebunan. Produksi hasil perkebunan merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang dapat meningkatkan devisa negara. Salah satunya kelapa sawit menjadi komoditas primadona karena merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi yang dapat menghasilkan minyak nabati. Sub sektor ini juga mampu bertindak sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri sekaligus sebagai penyerap tenaga kerja.

Oleh sebab itu, penulis ingin mengetahui seberapa besar pertambahan dan peningkatan produksi kelapa sawit di Indonesia baik dari skala perkebunan rakyat, perkebunan besar negara ataupun perkebunan besar swasta setiap tahunnya. Untuk melihat berapa besar peningkatan produksi kelapa sawit tersebut diperlukan teknik peramalan dan analisa yang lengkap. Dalam hal ini, penulis menggunakan Teknik Proyeksi. Teknik tersebut menghasilkan perkiraan-perkiraan hasil produksi berapa tahun ke depan. Tujuannya adalah sebagai indikator atau bahan pertimbangan bagi pemerintah khususnya juga pengambilan keputusan bagi manajemen perkebunan skala kecil atau besar untuk meningkatkan penambahan luas lahan kelapa sawit. Sehingga keputusan yang diambil sebagai kebijakan lebih profesional lagi demi menjaga keeksistensian perkebunan-perkebunan yang ada di Indonesia bahkan Indonesia


(11)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.

beberapa tahun ke depan akan menjadi produsen Minyak Kelapa Sawit (MKS) terbesar di dunia dan mengungguli Malaysia. Maka dari itu, penulis merasa terdorong untuk menganalisa dan melakukan proyeksi terhadap produksi kelapa sawit yang merupakan objek penelitian yang berjudul : “PROYEKSI PRODUKSI KELAPA

SAWIT DI INDONESIA PADA TAHUN 2006-2010”.

1.2Identifikasi Masalah

Sektor perkebunan merupakan sub sektor pertanian yang menjadi salah satu faktor yang dapat mendukung kegiatan perekonomian. Dan kelapa sawit menjadi komoditas perkebunan yang terbaik. Namun, yang menjadi bahan analisis adalah apakah dari Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) atau Perkebunan Besar Swasta (PBS) yang memberikan sumbangsi terbesar dari hasil produksinya. Untuk menentukan berapa besar produksi kelapa sawit dari masing-masing skala perkebunan tersebut dan perkebunan mana yang menghasilkan kelapa sawit terbesar diperlukan data dasar yang menggambarkan hasil produksi kelapa sawit beberapa tahun terakhir.

Dari masalah diatas, penulis ingin mengetahui berapa besar kenaikan produksi kelapa sawit ketiga perkebunan tersebut untuk beberapa tahun ke depan dengan menggunakan rata-rata geometri berdasarkan data produksi kelapa sawit Indonesia tahun 1999-2005. Sehingga pemerintah khususnya pihak manajemen perkebunan skala kecil dan besar dapat mengambil langkah-langkah yang bijaksana dalam merencanakan.


(12)

Adapun tujuan penelitian tersebut adalah :

1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program D-3 Statistika FMIPA USU Medan.

2. Untuk mengetahui besarnya produksi kelapa sawit dari tiga skala perkebunan yang ada di Indonesia, yaitu : Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) dan perkebunan yang mana yang menghasilkan produksi kelapa sawit terbesar.

3. Penulis ingin mengetahui seberapa pentingnya ilmu Statistika dan

kegunaannya berkaitan dengan perkembangan produksi kelapa sawit di Indonesia.

4. Dengan adanya penelitian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi

pemerintah Indonesia ataupun pihak manajemen perkebunan skala besar dan kecil sebagai bahan pertimbangan ataupun perbandingan dalam mengambil tindakan yang diarahkan untuk tahun yang akan datang.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian tersebut adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat produksi kelapa sawit di Indonesia.

2. Untuk mengetahui informasi yang sangat diperlukan, terutama dalam

hubungan dengan perencanaan baik pemerintah, perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta, dan perkebunan besar negara.


(13)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Dalam hal ini penulis mengadakan penelitian langsung ke BPS (Badan Pusat Statistik) dengan melihat data yang dibutuhkan dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang didapat seperti : buku-buku, tulisan ilmiah, internet dan catatan selama perkuliahan yang berhubungan dengan Judul Tugas Akhir ini.

Untuk mengetahui perkembangan produksi kelapa sawit untuk beberapa tahun ke depan, maka metode yang digunakan ialah rumus Pertumbuhan Geometri, yaitu :

Pn = Po (1 + r)n

Dimana :

Pn = jumlah produksi pada tahun n Po = jumlah produksi pada tahun awal r = tingkat pertumbuhan produksi n = jangka waktu antara Po dan Pn


(14)

Adapun sistematika penulisan penyelesaian tugas akhir ini adalah : BAB 1 : PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis menguraikan latar belakang, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penulisan, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN TEORITIS

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang proyeksi dan produksi. BAB 3 : SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS)

Bagian tersebut menguraikan secara ringkas mengenai sejarah BPS yang meliputi sejarah BPS masa pemerintahan Hindia Belanda, Jepang, masa kemerdekaan Republik, masa Orde Baru sampai sekarang, tata kerja, kegiatan, program pengembangan dan struktur organisasi BPS.

BAB 4 : ANALISA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis menguraikan analisa perkembangan produksi dan analisa produksi perkebunan rakyat, perkebunan besar negara, dan produksi besar swasta.

BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM

Pada bab ini dijelaskan cara penggunaan program aplikasi excel. BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN


(15)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010. BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Proyeksi

Proyeksi secara umum adalah untuk mengetahui perkembangan di masa yang akan datang berdasarkan data yang telah ada. Proyeksi pada dasarnya merupakan suatu perkiraan atau taksiran mengenai terjadinya suatu kejadian (nilai dari suatu variabel) untuk waktu yang akan datang seperti proyeksi bibit kelapa sawit untuk lima tahun yang akan datang.

Hasil proyeksi menggambarkan tingkat kemampuan untuk masa yang akan datang, untuk menghindari atau mengurangi tingkat resiko dari kesalahan. Maka diperlukan asumsi-asumsi yang dibuat oleh pihak pengambil keputusan, yang didukung oleh proyeksi tentang tingkat kemampuan perkebunan di masa depan secara objektif.

Proyeksi yang baik adalah proyeksi yang menghasilkan penyimpangan antara hasil ramalan dan kenyataan sekecil mungkin. Dirumuskan :

error = hasil ramalan – kenyataan

Jadi, bila errornya kecil bisa mendekati nol, maka ramalan ini dapat dikatakan ramalan yang baik.


(16)

Jika dikaitkan dengan masalah manajemen, maka proyeksi dapat digunakan sebagai berikut :

1. Dasar evaluasi, agar realisasi hasil kerja di lapangan sesuai dengan proyeksi yang telah ditetapkan.

2. Alat pengendalian terhadap pelaksanaan atau implementasi tersebut agar bisa diketahui seluruh kesalahan atau penyimpangan yang terjadi untuk dapat dilakukan perbaikan atau koreksi.

3. Dasar suatu perencanaan, agar suatu perencanaan sesuai dengan kemampuan yang ada sehingga dapat dicegah terjadi suatu perencanaan yang ambisius dan sulit untuk dilaksanakan. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan personil, kemampuan pembiayaan (keuangan) serta kemampuan material.

2.2 Produksi

Produktivitas kelapa sawit akan meningkat secara tajam dari umur 3-7 tahun (periode tanaman muda, young), mencapai tingkat produksi maksimal pada umur sekitar 15 tahun (periode tanaman remaja, prime) dan mulai menurun pada periode tanaman tua sampai menjelang masa peremajaan pada umur > 16 tahun.

2.2.1 Tandan Buah Segar (TBS)

Tandan Buah Segar (TBS) adalah suatu bagian dari produksi kelapa sawit yang merupakan produk awal yang kelak akan diolah menjadi minyak kasar CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit (karnel) sebagai produk utama disamping produk-produk sampingan lainnya.


(17)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.

Lamanya proses pembentukan Tandan Buah Segar (TBS), dari saat ini terjadinya penyerbukan sampai dengan matangnya tergantung pada keadaan iklim dan faktor-faktro yang mempengaruhi pertumbuhan. Lamanya proses pemasakan buah di beberapa daerah berbeda-beda.

Masaknya buah dalam satu tandan tidak sekaligus tetapi berangsur-angsur dimulai dari bagian atas dan bagian samping yang terkena sinar matahari menuju ke arah pangkal. Buah kelapa sawit pada saat waktu mudah berwarna hitam, kemudian setelah berumur lebih dari 5 bulan berangsur-angsur menjadi merah kekuning-kuningan. Tandan buah dinyatakan matang jika brondolannya telah lepas dan jatuh secara alami dari tandannya.

Proses pembentukan minyak pada daging buah (mesocarp) berlangsung selama 3-4 minggu, yaitu sampai tingkat matang morfologis. Yang dimaksud matang morfologis adalah buah telah matang dan kandungan minyaknya sudah optimal.

Buah kelapa sawit terdiri dari tiga bagian, yaitu : 1. Lapisan luar (Epicarpium) disebut kulit luar.

2. Lapisan tengah (Mesocarpium) disebut daging luar mengandung minyak sawit. 3. Lapisan dalam (Endocarpium) disebut inti mengandung minyak inti.

Diantara inti dan daging buah terdapat lapisan tempurung (cangkang) yang keras.


(18)

Tinggi rendahnya produktivitas Tandan Buah Segar (TBS) per hektar suatu kebun tergantung dari komposisi umur tanaman yang ada dikebun tersebut semakin luas dan komposisi tanaman remaja dan tua semakin rendah produktivitas per hektarnya. Semakin banyak tanaman dewasa dan teruna semakin tinggi pula produktivitas per hektarnya. Komposisi umur tanaman ini setiap tahun berupa sehingga juga berpengaruh terhadap pencapaian produktivitas per hektarnya per tahun.

Kelapa sawit umur ekonominya 25 tahun, setelah umur 26 tahun sebaiknya diremajakan kembali karena pohon sudah tua dan terlalu tinggi atau lebih dari 13 meter sehingga menyulitkan untuk dipanen.

Untuk mempertahankan produktivitas per hektar yang tinggi sebaiknya tidak menunda-nunda peremajaan. Dasar pertimbangan yang umum dilakukan untuk peremajaan tanaman kelapa sawit antara lain adalah :

- Kerapatan pohon per hektar - Umur tanaman

- Jenis persilangan - Produksi per tahun

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas Tandan Buah Segar (TBS) dapat dikelompokkan ke dalam tiga faktor, yaitu :

- Faktor lingkungan : iklim, tanah, kemampuan lahan

- Faktor bahan tanaman : botani dan perbanyakan bahan tanaman - Faktor kultur jaringan


(19)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.

Pn Pn

Pn

Upaya yang dapat dilakukan untuk peningkatan produktivitas TBS, yaitu : - Mengupayakan sistem pengolahan tanah yang efektif

- Pada musim kering sebelum datang hujan, tidak melakukan pemupukan

- Melakukan sistem pemeliharaan antara lain dengan melukakan penyiraman di dalam atau antar polybag, pemupukan secara intensif, pengendalian hama atau penyakit dengan penggunaan insektisida.

- Mengawasi pembakaran pada areal pembukaan lahan baru agar tidak

merambat keluar.

2.3Metode Analisa Data

Data akan diproyeksikan untuk beberapa tahun kedepan dengan menggunakan Metode Matematika, yaitu Metode Geometri (Prathama, Dasar-dasar Demografi, 2004)

Rumus :

Pn = Po (1 + r)n ( 1 + r )n =

log ( 1 + r )n = log

n log ( 1 + r ) = log

Po Po

log Pn Po


(20)

n log ( 1 + r ) =

Dimana :

Pn = jumlah produksi pada tahun n Po = jumlah produksi pada tahun awal r = tingkat pertumbuhan produksi n = jangka waktu antara Po dan Pn

r =

n

Pn Po antilog

n

antilog Pn Po

( 1 + r ) =


(21)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010. BAB 3

SEJARAH SINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK (BPS)

3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia

Badan Pusat Statisik (BPS) merupakan badan milik pemerintah yang berfungsi sebagai sumber informasi baik perkembangan kegiatan perekonomian Indonesia ataupun aspek kesejahteraan sosial. Sebelum perkembangan berdirinya Badan Pusat Statistik, BPS terlebih dahulu melalui empat masa pemerintahan di Indonesia antara lain :

3.1.1 Masa Pemerintahan Hindia Belanda

Pada masa Hindia Belanda tahun 1920, Kantor Statistik pertama didirikan oleh direktur Pertanian, Kerajinan, dan Perdagangan (Directur Van Landbouw Nijeverheid en Handle), dan berkedudukan di Bogor. Kantor ini diserahi tugas untuk mengolah dan mempublikasikan data statistik.

Pada bulan Maret tahun 1923, dibentuk suatu komisi untuk statistik yang merupakan anggotanya tiap-tiap wakil departemen. Komisi tersebut diberi tugas merencanakan tindakan yang mengarah sejauh mungkin untuk mencapai kesatuan dalam kegiatan dibidang statistik di Indonesia.

Pada tanggal 24 September 1924, nama lembaga tersebut diganti dengan nama Center Kantoor Voor de Statistiek (CKS) atau Kantor Statistik dan dipindahkan ke


(22)

Jakarta. Bersama dengan itu beralih juga pekerjaan Mekanisme Statistik perdagangan yang semula dilakukan oleh Kantor Invoer Uitvoer en Accijnsen (IUA) yang disebut sekarang Kantor Bea dan Cukai.

3.1.2 Masa Pemerintahan Jepang

Pada Bulan Juni 1944, pemerintahan Jepang baru mengaktifkan kembali kegiatan statistik yang utamanya untuk memenuhi kebutuhan perang atau militer. Pada masa ini, CKS juga diganti namanya menjadi Shomubu Chosasitsu Gunseikanbu.

3.1.3 Masa Kemerdekaan Republik

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, kegiatan statistik ditangani oleh lembaga atau instansi baru sesuai dengan suasana kemerdekaan yaitu KPPURI (Kantor Penyelidikan Perangkatan Umum Republik Indonesia). Tahun 1946, kantor KPPURI dipindahkan ke Yogyakarta sebagai sekuens dari perjanjian Linggarjati. Sementara ini pemerintahan Belanda (NICA) di Jakarta mengaktifkan kembali : CKS.

Berdasarkan edaran kementrian kemakmuran, tanggal 12 Juni 1950 No. 219/S.C, KPPURI dan CKS dilebur menjadi Kantor Pusat Statistik (KPS) berada dibawah dan bertanggung jawab kepada menteri kemakmuran. Dengan surat menteri perekonomian tanggal 1 Maret 1952 No. P/44, lembaga KPS dibawah dan bertanggung jawab kepada menteri perekonomian, selanjutnya keputusan menteri perekonomian tanggal 24 September 1953 No. 18.099/m KPS dibagi menjadi 2 (dua)


(23)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.

bagian, yaitu bagian research yang disebut Afdeling A dan bagian penyelenggaraan tata usaha yang disebut Afdeling B.

Dengan keputusan presiden RI No. 131 tahun 1957, kementrian perekonomian dipecah menjadi kementrian perdagangan dan kementrian perindustrian. Untuk selanjutnya keputusan presiden RI No. 172 tahun 1957, terhitung mulai tanggal 1 Juni 1957 KPS diubah menjadi Biro Pusat Statistik dan Urusan Statistik yang semula menjadi tanggung jawab dan wewenang berada dibawah perdana menteri.

3.1.4 Masa Orde Baru Sampai Sekarang

Pada Pemerintahan orde baru, khususnya untuk memenuhi kebutuhan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan, maka untuk mendapatkan statistik yang handal, lengkap, tepat, akurat, dan terpercaya mulai diadakan pembenahan Organisasi Biro Pusat Statistik.

Dalam masa orde baru ini BPS telah mengalami empat kali perubahan Struktur Organisasi :

1. Peraturan Pemerintahan No. 16 tahun 1968 tentang Organisasi BPS. 2. Peraturan Pemerintahan No. 6 tahun 1980 tentang Organisasi BPS.

3. Peraturan Pemerintahan No. 2 tahun 1992 tentang kedudukan, tugas, fungsi, suasana dan tata kerja Biro Pusat Statistik.

4. Undang-Undang No. 16 tahun 1997 tentang statistik. 5. Keputusan Presiden RI No. 86 tahun 1998 tentang BPS.

6. Keputusan Kepala BPS No. 100 tahun 1998 tentang organisasi dan tata kerja BPS. 7. PP 51 tahun 1998 tentang penyelenggaraan statistik.


(24)

Tahun 1968, ditetapkan peraturan pemerintahan No. 16 tahun 1968 yaitu yang mengatur organisasi dan tata kerja di pusat dan di daerah. Tahun 1980, peraturan pemerintahan No. 6 tahun 1980 tentang organisasi sebagai pengganti peraturan pemerintahan No. 6 tahun 1968, berdasarkan peraturan pemerintahan No. 6 tahun 1980 ditiap provinsi terdapat perwakilan BPS dengan nama kantor statistik kabupaten atau kotamadya. Pada tanggal 19 Mei 1997 menetapkan tentang statistik sebagai pengganti UU No. 6 dan 7 tentang sensus dan statistik. Pada tanggal 17 Juli 1998 dengan keputusan presiden Republik Indonesia No. 86 tahun 1998 ditetapkan Badan Pusat Statistik sekaligus mengatur tata kerja dan struktur organisasi BPS yang baru.

3.1.5 Program Pengembangan Statistik

Untuk mewujudkan pembangunan statistik, Badan Pusat Statistik dibagi dalam 4 (empat) program yaitu :

a. Program Penyempurnaan dan Pengembangan Statistik. b. Program Penyempurnaan Sistem Informasi.

c. Program Pendidikan dan Aparatur Negara.

d. Program Peningkatan Saran dan Prasarana Aparatur Negara.

Adapun visi dari Badan Pusat Statistik adalah menjadi informasi statistik sebagai tulang punggung informasi pembangunan nasional dan regional, didukung sumber daya manusia yang berkualitas, ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang mutakhir. Sedangkan misi Badan Pusat Statistik adalah untuk menjunjung pembangunan nasional Badan Pusat Statistik mengembangkan misi mengarahkan pembangunan statistik pada penyediaan data statistik yang bermutu handal, efektif,


(25)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.

dan efisien, peningkatan kesadaran masyarakat akan arti dan kegunaan statistik dan pembangunan ilmu pengetahuan statistik.

3.2 Kegiatan Badan Pusat Statistik

3.2.1 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik sebagai lembaga pemerintahan non departemen yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada presiden (Kepres No. 86 tahun 1998), dalam melaksanakan tugas berdasarkan beberapa ketentuan perundangan :

1. UU No. 16 tentang Statistik

2. Keputusan Presiden No. 86 tahun 1998 tentang Badan Pusat Statistik 3. Peraturan Pemerintahan No. 15 1999 tentang penyelenggaraan Statistik

Berdasarkan keputusan presiden No. 86 tahun 1998, dalam menyelenggarakan statistik dasar melaksanakan koordinasi dan kerjasama, serta mengembangkan dan membina statistik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Fungsi yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik yaitu :

1. Perumusan kebijakan nasional di bidang statistik.

2. Menyusun rencana dan program nasional di bidang statistik. 3. Penyelenggaraan statistik dasar.

4. Koordinasi dan kerjasama statistik dengan instansi pemerintahan lembaga, organisasi, perseorangan, dan unsur masyarakat lainnya.

5. Penyusunan dan pengembangan pembakuan konsep defenisi, klasifikasi dan ukuran-ukuran serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendukung penyelenggaraan statistik.


(26)

6. Pelayanan data dan Informasi serta hasil Statistik kepada pemerintah dan masyarakat secara berkala dan sewaktu-waktu baik dari hasil penyelenggaraan sendiri maupun hasil kompilasi produk administrasi.

7. Penyebarluasan statistik melalui berbagai cara, baik langsung maupun tidak langsunng serta pelaksanaan upaya peningkatan dasar statistik bagi masyarakat. 8. Pembinaan penyelenggaraan statistik, responden dan penggunaan statistik.

9. Pembinaan sumber daya manusia di lingkungan BPS, pembinaan pengendalian dan pengawasan administrasi di lingkungan BPS.

3.2.2 Tata Kerja Badan Pusat Statistik

Para deputi wajib melaksanakan koordinasi dan kerjasama teknis statistik didalam dan di luar negeri sesuai dengan bidang masing-masing dan harus melaporkan kepada Kepala BPS. Dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sibronisasi dan sinlifikasi baik dalam lingkungan masing-masing antara satuan unit organisasi di lingkungan BPS. Maupun dengan Instansi lainnya di luar BPS sesuai dengan bidang masing-masing.

Struktur Organisasi Badan Pusat Statistik

Sebagaimana dibuat dalam lampiran struktur organisasi kantor BPS Provinsi Sumatera Utara, dipimpin oleh seorang kepala dibantu oleh bagian tata usaha. Bagian tata usaha terdiri dari :

1. Sub bagian urusan dalam

2. Sub bagian perlengkapan dan perbekalan 3. Sub bagian keuangan


(27)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.

Uraian tugas bagian Tata Usaha : 1. Menyusun program kerja tahunan bagian.

2. Mengatur dan melaksanakan perhimpunan dan penyusunan program kerja

tahunan, baik rutin maupun proyek kantor BPS propinsi dan menyimpannya ke BPS.

3. Mengatur dan melaksanakan urusan dalam yang meliputi surat menyurat,

pengadaan atau percetakan ke arsip, rumah tangga, pemeliharaan gedung, keamanan dan ketertiban lingkungan serta perjalanan dinas dalam dan luar negeri. 4. Mengatur dan melaksanakan urusan perlengkapan dan perbekalan yang meliputi

penyusunan rencana kebutuhan, penyaluran dan pengemasan penyimpanan pergudangan, inventaris, penghapusan serta pemeliharaan peralatan dan perlengkapan.

5. Mengatur dan melaksanakan urusan keuangan yang meliputi tata usaha keuangan, pembendaharaan, vertifikasi dan pembukuan.

Sedang bidang penunjang BPS ada 3 (tiga) bidang yaitu : 1. Bidang Statistik Produksi

Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan BPS pertanian, industri serta BPS kontraksi pertambangan dan energi.

Uraian tugas Bidang Statistik Produksi : a. Menyusun program tahunan bidang.

b. Yang termasuk ruang lingkup tugas bidang BPS Produksi adalah meliputi pelaksanaan kegiatan statistik pertanian, industri, kontruksi, pertambangan, energi, dan statistik produksi lainnya yang ditentukan.


(28)

c. Mengatur keikutsertaan program latihan yang diselenggarakan oleh pusat di bidang statistik produksi.

d. Membantu Kepala kantor BPS atau pimpinan proyek atau bagian proyek untuk menyiapkan program petugas bagian lapangan.

e. Mengatur dan mengkoordinasi penyelenggaraan pelatihan petugas lapangan di pusat pelatihan serta mengatur penjatahan pelatihan.

f. Mengatur dan melaksanakan penjatahan dokumen yang diperlukan untuk

pelaksanaan lapangan.

2. Bidang Statistik Distribusi

Bidang Statistik distribusi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan BPS harga konsumen, dan perdagangan besar, BPS keuangan dan harga produsen serta BPS niaga dan jasa.

Uraian tugas Bidang Statistik Distribusi : a. Menyusun program kerja tahunan bidang.

b. Yang termasuk ruang lingkup tugas bidang BPS distribusi adalah meliputi harga konsumen dan perdagangan besar, keuangan harga produsen, niaga dan jasa, serta statistik distribusi lainnya.

c. Mengatur keikutsertaan program pelatihan yang diselenggarakan oleh pusat di bidang statistik distribusi.

d. Membantu Kepala kantor BPS provinsi atau pimpinan proyek untuk

menyiapkan program tugas lapangan.

e. Mengatur dan mengkoordinasi penyelenggaraan pelatihan petugas lapangan di pusat pelatihan serta mengatur penjatahan pelatihannya.


(29)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.

f. Mengatur dan melaksanakan penjatahan dokumen yang diperlukan untuk pelaksanaan lapangan.

3. Bidang Statistik Kependudukan

Bidang BPS kependudukan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan BPS Demografi, dan rumah tangga, BPS tenaga kerja, serta BPS kesejahteraan.

Uraian tugas Bidang Statistik Kependudukan : a. Menyusun program tahunan bidang

b. Yang termasuk ruang lingkup bidang BPS Statistik Kependudukan adalah meliputi pelaksanaan kegiatan statistik demografi dan rumah tangga, ketenaga kerjaan, kesejahteraan rakyat dan statistik kependudukan

c. Mengatur keikutsertaan program pelatihan yang diselenggarakan oleh pusat dibidang statistik kependudukan

d. Membantu kepala kantor BPS provinsi atau pimpinan proyeksi atau pimpinan bagian proyek untuk menyiapkan program petugas lapangan

e. Mengatur dan mengkoordinasi penyelenggaraan pelatihan petugas lapangan di pusat serta mengatur penjatahan pelatihnya


(30)

BAB 4

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Badan Statistik (BPS) dan bukan melalui survei pusat.

Tabel 4.1 Produksi Kelapa Sawit Indonesia Pada Tahun 1999-2005 (Ton)

Sumber : Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2005 (BPS)

Pertumbuhan produksi kelapa sawit terus mengalami peningkatan yang mengakibatkan adanya penambahan lahan di masing-masing perkebunan baik Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) maupun Perkebunan Besar Swasta (PBS). Jumlah produksi kelapa sawit tersebut dari tahun 1999-2005 pada masing-masing perkebunan itu dapat terlihat pada tabel 3.1 meningkat jumlahnya.

Tahun Perkebunan Rakyat

Perkebunan Besar Negara

Perkebunan Besar Swasta 1999 1.547.811 1.468.949 3.438.830 2000 1.905.653 1.460.954 3.633.901 2001 2.798.032 1.519.289 4.079.151 2002 3.426.739 1.607.734 4.587.871 2003 3.517.324 1.750.651 5.172.859 2004 3.745.264 2.013.130 6.466.132 2005 3.873.677 2.158.684 7.079.579


(31)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010. 4.1.1. Produksi Perkebunan Rakyat (PR)

Jumlah produksi kelapa sawit dari segi Perkebunan Rakyat (PR) pada tahun 1999 sebesar 1.547.811 ton, dan pada tahun 2005 meningkat sebesar 3.873.677 ton. Maka dapat dihitung besarnya laju peningkatan produksi kelapa sawit tersebut periode 1999-2005, dengan menggunakan metode geometri.

Pn = Po (1 + r)n Po = P1999 = 1.547.811

Pn = P2005 = 3.873.677

n = 6 r = ?

Jadi : Pn = Po (1 + r)n P2005 = P1999 (1+r)6

3.873.677 = 1.547.811 (1+r)6 (1+r)6 = 3.873.677

1.547.811 log (1+r)6 = log 3.873.677

1.547.811 6 log (1+r) = log 3.873.677 1.547.811 log (1+r) = log 2.5027 log (1+r) = 0.3984

6 log (1+r) = 0.0664

(1+r) = 1.1652 (antilog dari 0.0664) r = 1.1652 – 1

r = 0.1652 r = 16,52%


(32)

Maka, hasil produksi kelapa sawit tahun 2006-2010 adalah : a. P2006 = P2005(1+r)

= 3.873.677 (1+0.1652) = 3.873.677 (1.1652) = 4.513.608 ton b. P2007 = P2005 (1+r)2

= 3.873.677 (1+0.1652)2 = 3.873.677 (1.3577) = 5.259.291 ton c. P2008 = P2005 (1+r)3

= 3.873.677 (1+0.1652)3 = 3.873.677 (1.5820) = 6.128.157 ton

d. P2009 = P2005 (1+r)4

= 3.873.677 (1+0.1652)4 = 3.873.677 (1.8433) = 7.140.349 ton e. P2010 = P2005 (1+r)5

= 3.873.677.(1+0.1652)5 = 3.873.677 (2.1478) = 8.319.883 ton


(33)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010. Keterangan : * adalah hasil proyeksi produksi kelapa sawit Tabel 4.2 Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Pada Perkebunan Rakyat Pada Periode 2006-20010

Dengan menggunakan tabel pada proyeksi produksi kelapa sawit tersebut dapat dibuat dalam suatu diagram batang dari tahun 1999-2010, dimana diagram tersebut akan memberikan suatu gambaran tentang peningkatan produksi kelapa sawit pada tahun-tahun yang akan datang.

Tahun Perkebunan Rakyat

1999 1.547.811

2000 1.905.653

2001 2.798.032

2002 3.426.739

2003 3.517.324

2004 3.745.264

2005 3.873.677

2006* 4.513.608

2007* 5.259.291

2008* 6.128.157

2009* 7.140.349


(34)

Laju Pertumbuhan Produksi Kelapa Sawit Pada Tahun 1999-2010

0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006* 2007* 2008* 2009* 2010*

Tahun

J

lh.

P

roduk

Perkebunan Rakyat

Gambar 4.1 Pertumbuhan Produksi Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat

Gambar grafik diatas memperlihatkan bahwa Perkebunan Rakyat (PR) setiap tahunnya mengalami peningkatan sebesar 16,52%.

4.1.2. Produksi Perkebunan Besar Negara (PBN)

Jumlah produksi kelapa sawit dari segi Perkebunan Besar Negara (PBN) pada tahun 1999 sebesar 1.468.949 ton pada tahun 2005 meningkat sebesar 2.158.684 ton. Maka dapat dihitung besarnya laju peningkatan produksi kelapa sawit tersebut periode 1999-2005, dengan menggunakan metode geometri.

Pn = Po (1 + r)n

Po = P1999 = 1.468.949

Pn = P2005 = 2.158.684

n = 6 r = ?


(35)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.

Jadi : Pn = Po (1 + r)n P2005 = P1999 (1+r)6

2.158.684 = 1.468.949 (1+r)6 (1+r)6 = 2.158.684

1.468.949 log (1+r)6 = log 2.158.684

1.468.949 6 log (1+r) = log 2.158.684

1.468.949 6 log (1+r) = log 1.4695

log (1+r) = 0.1672 6 log (1+r) = 0.0279

(1+r) = 1.0664 (antilog dari 0.0279) r = 1.0664 – 1

r = 0.0664 r = 6,64%

Maka, hasil produksi kelapa sawit tahun 2006-2010 adalah : a. P2006 = P2005 (1+r)

= 2.158.684 (1+0.0664) = 2.158.684 (1.0664) = 2.302.021 ton b. P2007 = P2005 (1+r)2

= 2.158.684 (1+0.0664)2 = 2.158.684 (1.1372) = 2.454.855 ton c. P2008 = P2005 (1+r)3

=2.158.684 (1+0.0664)3 = 2.158.684 (1.2127) = 2.617.836 ton


(36)

d. P2009 = P2005 (1+r)4

= 2.158.684 (1+0.0664) 4 = 2.158.684 (1.2932) = 2.791.610 ton e. P2010 = P2005 (1+r)5

= 2.158.684.(1+0.0664)5 = 2.158.684 (1.3791) = 2.977.041 ton

Tabel 4.3 Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Pada Perkebunan Negara Pada Periode 2006 -2010

Keterangan : * adalah hasil proyeksi produksi kelapa sawit Tahun Perkebunan Besar Negara

1999 1.468.949

2000 1.460.954

2001 1.519.289

2002 1.607.734

2003 1.750.651

2004 2.013.130

2005 2.158.684

2006* 2.302.021

2007* 2.454.855

2008* 2.617.836

2009* 2.791.610


(37)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010. Perkebunan Besar Negara

0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 3500000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006* 2007* 2008* 2009* 2010*

Tahun P ro d u k s

Perkebunan Besar Negara

Gambar 4.2 Pertumbuhan Produksi Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara

Laju pertumbuhan produksi kelapa sawit untuk Perkebunan Besar Negara (PBN) tidak begitu besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan produksi kelapa sawit pada Perkebunan Rakyat (PR) hanya mengalami peningkatan sebesar 6,64% atau sedikit lebih rendah dari tingkat produksi Perkebunan Rakyat.

4.1.3 Produksi Perkebunan Besar Swasta (PBS)

Jumlah produksi kelapa sawit dari segi Perkebunan Besar Swasta (PBS) pada tahun 1999 sebesar 3.438.830 ton pada tahun 2005 meningkat sebesar 7.079.579 ton. Maka dapat dihitung besarnya laju peningkatan produksi kelapa sawit tersebut periode 1999-2005, dengan menggunakan metode geometri.

Pn = Po (1 + r)n Po = P1999 = 3.438.830


(38)

n = 6 r = ?

Jadi : Pn = Po (1 + r)n P2005 = P1999 (1+r)6

7.079.579 = 3.438.830 (1+r)6 (1+r)6 = 7.079.579

3.438.830 log (1+r)6 = log 7.079.579

3.438.830 6 log (1+r) = log 7.079.579

3.438.830 6 log (1+r) = log 2.0587 log (1+r) = 0.3136

6 log (1+r) = 0.0523

(1+r) = 1.1280 (antilog dari 0.0523) r = 1.1280 – 1

r = 0.1280 r = 12,80%

Maka, hasil produksi kelapa sawit tahun 2006-2010 adalah :

a. P2006 = P2005(1+r)

= 7.079.579 (1+0.1280) = 7.079.579 (1.1280) = 7.985.765 ton b. P2007 = P2005 (1+r)2

= 7.079.579 (1+0.1280)2 = 7.079.579 (1.2724) = 7.985.765 ton


(39)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.

c. P2008 = P2005 (1+r)3

= 7.079.579 (1+0.1280)3 = 7.079.579 (1.4352) = 10.160.611 ton d. P2009 = P2005 (1+r)4

= 7.079.579 (1+0.1280) 4 = 7.079.579 (1.6190) = 11.461.838 ton e. P2010 = P2005 (1+r)5

= 7.079.579 (1+0.1280)5 = 7.079.579 (1.8262) = 12.928.727 ton


(40)

Keterangan : * adalah hasil proyeksi produksi kelapa sawit Tabel 4.4 Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Pada Perkebunan Swasta Pada Periode 2006-2010

Dari tabel 3.3 dapat dilihat laju pertumbuhannya dalam diagram batang mulai dari 1999-2010 dimana dengan adanya diagram tersebut dapat memberikan suatu gambaran tentang pertumbuhan produksi kelapa sawit pada tahun-tahun yang akan datang.

Tahun Perkebunan Besar Swasta

1999 3.438.830

2000 3.633.901

2001 4.079.151

2002 4.587.871

2003 5.172.859

2004 6.466.132

2005 7.079.579

2006* 7.985.765

2007* 7.985.765

2008* 10.160.611

2009* 11.461.838


(41)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010. Perkebunan Besar Swasta

0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 14000000

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006* 2007* 2008* 2009* 2010*

Tahun P ro d u k s

Perkebunan Besar Swasta

Gambar 4.3 Pertumbuhan Produksi Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta

Dari grafik diatas terlihat bahwa laju peningkatan produksi yang dicapai oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS) jauh lebih besar dibandingkan dengan lainnya. Peningkatan tersebut tiap tahunnya sebesar 12,80% sedikit lebih rendah dari tingkat produksi Perkebunan Rakyat dan lebih tinggi daripadaPerkebunan Besar Negara.

Namun secara garis besarnya, dapat dilihat bahwa produksi kelapa sawit dari ketiga perkebunan tersebut mengalami peningkatan tiap tahunnya. Dengan demikian, pemasukan dari sektor pertanian akan menambah jumlah kas negara. Dan seiring dengan peningkatan terhadap jumlah produksinya, maka luas lahan kelapa sawit juga akan ditambah atau diperluas lagi untuk masing-masing perkebunan.


(42)

Sumber : Ditjenbun, 2008 4.2 Luas Lahan

Tabel 4.5 Luas Area Perkebunan Berdasarkan Kepemilikan (Ha)

TAHUN RAKYAT NEGARA SWASTA

2005 2.356.895 529.854 2.567.068

2006 2.549.572 687.428 3.357.914

2007 2.565.135 687.847 3.358.632

Luas area untuk tahun 2008-2010 dapat diketahui dengan mencari tingkat penambahan areanya per tahunnya (r).

4.2.1. Luas Area Perkebunan Rakyat (PR)

P2007 = P2005 (1+r)2

2.565.135 = 2.356.895 (1+r)2 (1+r)2 = 2.565.135

2.356.895 log (1+r)2 = log 2.565.135

2.356.895 2 log (1+r) = log 2.565.135

2.356.895 2 log (1+r) = log 1.0884 log (1+r) = 0.0368

2 log (1+r) = 0.0184

(1+r) = 1.0433 (antilog dari 0.0184) r = 1.0433– 1

r = 0.0433


(43)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.

Maka, luas area tahun 2008-2010 adalah sebagai berikut :

a. P2008 = P2007 (1+r)

= 2.565.135 (1+0.0433) = 2.565.135 (1.0433) = 2.676.205 ha b. P2009 = P2007 (1+r)2

= 2.565.135 (1+0.0433)2 = 2.565.135 (1.0885) = 2.792.149 ha c. P2010 = P2007 (1+r)3

= 2.565.135 (1+0.0433)3 = 2.565.135 (1.1356) = 2.912.967 ha

4.2.2 Luas AreaPerkebunan Besar Negara (PBN)

P2007 = P2005 (1+r)2

687.847 = 529.854 (1+r)2 (1+r)2 = 687.847

529.854 log (1+r)2 = log 687.847

529.854 2 log (1+r) = log 687.847

529.854 2 log (1+r) = log 1.2982

log (1+r) = 0.1133 2 log (1+r) = 0.0566

(1+r) = 1.1392 (antilog dari 0.0566) r = 1.1392– 1

r = 0.1392 r = 13,92%


(44)

Maka, luas area tahun 2008-2010 adalah sebagai berikut :

a. P2008 = P2007 (1+r)

= 687.847 (1+0.1392) = 687.847 (1.1392) = 783.595 ha b. P2009 = P2007 (1+r)2

= 687.847 (1+0.1392)2 = 687.847 (1.2978) = 892.688 ha c. P2010 = P2007 (1+r)3

= 687.847 (1+0.1392)3 = 687.847 (1.4784) = 1.016.913 ha

4.2.3 Luas AreaPerkebunan Besar Swasta (PBS)

P2007 = P2005 (1+r)2

3.358.632 = 2.567.068 (1+r)2 (1+r)2 = 3.358.632

2.567.068 log (1+r)2 = log 3.358.632

2.567.068 2 log (1+r) = log 3.358.632

2.567.068 2 log (1+r) = log 1.3084 log (1+r) = 0.1167

2 log (1+r) = 0.0584

(1+r) = 1.1439 (antilog dari 0.0584) r = 1.1439– 1

r = 0.1439 r = 14,39%


(45)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.

Maka, luas area tahun 2008-2010 adalah sebagai berikut :

a. P2008 = P2007 (1+r)

= 3.358.632 (1+0.1439) = 3.358.632 (1.1439) = 3.841.939 ha

b. P2009 = P2007 (1+r)2

= 3.358.632 (1+0.1439)2 = 3.358.632 (1.3085) = 4.394.770 ha c. P2010 = P2007 (1+r)3

= 3.358.632 (1+0.1439)3 = 3.358.632 (1.4968) = 5.027.200 ha

Dengan melihat luas area dari tiga perkebunan diatas bahwa tampak yang memiliki luas area yang besar menunjuk pada Perkebunan Besar Swasta sampai mencapai perkiraan 5.027.200 ha pada tahun 2010. Berarti untuk peningkatan terhadap penanaman kelapa sawit juga mengalami penambahan. Ini berakibat bahwa pemasukan terbesar pembangunan negara lebih banyak berasal dari Perkebunan Besar Swasta. Di perkirakan akan banyak lahan Indonesia dimiliki oleh pihak swasta.

Perkebunan Rakyat

Perkebunan Rakyat terdiri dari kebun-kebun yang berstatuskan milik petani dan umumnya diusahakan oleh pemilik beserta keluarganya. Di Pulau Jawa lahan telah menjadi sangat langka, luas tiap kebun sering berkurang 0,5 ha. Bila petani pemilik meninggal, kebunnya dibagi di antara para pewarisnya, sehingga ukuran kebun


(46)

menjadi berkurang.Ukuran kebun yang sangat kecil tersebut berada jauh di bawah skala ekonomi sehingga menghambat pencapaian keberhasilan usaha tani.

Di kebun yang berukuran kecil ini, petani memilih sendiri jenis komoditas yang ingin mereka usahakan. Dengan demikian, di suatu hamparan yang luasnya agak besar, misalnya 1.000 ha, di samping pemiliknya banyak, hamparan tersebut ditanami dengan berbagai jenis komoditas. Untuk tiap jenis komoditas dalam areal tersebut, lokasi tanamannya berpencaran, kebijakan pengolahannya, cara pemeliharaannya, dan pengelolaan hasilnya dapat berbeda-beda. Dalam kondisi seperti ini, sulit sekali mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dalam upaya-upaya penyediaan sarana produksi, pemeliharaan, pengumpulan hasil, pengolahan hasil, maupun pemasarannya.

Dalam memilih jenis komoditas, petani cenderung menjatuhkan pilihan pada jenis-jenis yang harganya sedang naik/tinggi pada saat mereka memulai usahanya tanpa menelaah prospek harga di masa mendatang. Kecenderungan ini berlaku umum bagi jenis apapun, termasuk usaha-usaha industri. Tetapi, karena kebanyakan tanaman perkebunan adalah tanaman yang menghasilkan setelah 2 sampai 5 tahun, petani baru memulai untuk memungut hasil kebunnya harganya sudah turun kembali. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya faktor-faktor pendukung antara lain penyediaan informasi dan bimbingan.

Tingkat pendidikan rata-rata petani kebun Indonesia masih sanngat rendah. Kondisi tersebut menyulitkan usaha-usaha untuk memajukan petani karena rendahnya kemampuan untuk menyerap jenis-jenis teknologi yang lebih maju, tidak mudah memahami dan memanfaatkan berbagai bantuan maupun kemudahan yang disediakan pemerintah, dan kurang mampu memahami informasi pasar. Dengan demikian, tingkat


(47)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.

keterampilan dan kemampuan pengelolaan yang dimiliki petani Perkebunan Rakyat tersebut masih rendah.

Sebagian besar petani pekebun tersebut sangat lemah di bidang permodalan. Pendapatan yang mereka peroleh masih rendah dan tidak memungkinkan untuk digunakan sebagian pendapatan mereka sebagai sumber modal untuk upaya pengembangan usaha. Dengan demikian, mereka meminjam dana yang berbentuk kredit perbankan.

Dengan berbagai kelemahan di atas, dapat dijelaskan bahwa tingkat produktivitas maupun mutu hasil yang dicapai petani sangat rendah dan petani sulit diharapkan untuk mampu mengembangkan usahanya dengan cepat. Oleh karena itu, diperlukan uluran tangan pemerintah maupun pihak lain.

Perkebunan Besar Negara (PBN)

Di antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang pertanian yang terbanyak adalah yang bergerak di bidang perkebunan. Perkebunan Besar Negara tersebut memiliki prestasi yang lebih baik daripada PBS, karena PBN tersebut memiliki keunggulan dalam banyak hal, seperti pada pengembangan teknologi, lembaga pendidikan dan pelatihan. Di sisi lain juga, PBN yang merupakan milik negara, pemerintah dapat memilih sumber daya manusia yang memiliki potensial yang baik.

Dalam rangka penciptaan teknologi baru, termasuk penciptaan varietas unggul, PBN memiliki sejumlah lembaga penelitian. Di samping itu juga, terdapat beberapa lembaga penelitian perkebunan milik negara yang bukan milik PBN. Jenis teknologi


(48)

baru yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga tersebut diupayakan agar dapat dimanfaatkan oleh seluruh lingkup perkebunan, baik PBN maupun PR serta PBS.

Dalam rangka pengembangan sumber daya manusia, PBN mempunyai lembaga pendidikan dan latihan yanng terutama memperhatikan bidang manajemen, yaitu Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) dengan dua kampus utama di Yogyakarta dan Medan dan sejumlah pusat latihan yang tersebar di beberapa tempat. Secara periodik pimpinan dan staff PBN diharuskan mengikuti kursus-kursus keterampilan, baik dalam bidang manajemen maupun bidang teknis. Sekarang LPP dimanfaatkan juga oleh pimpinan dan staff PBS. Selain itu juga, mereka dapat mengikuti kursus-kursus yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan di luar lingkup PBN baik dalam ataupun luar negeri.

Areal tanam PBN umumnya berskala besar. Upaya perluasan areal tanaman dalam rangka pengembangan perusahaan diadakan di provinsi-provinsi . Hal tersebut dalam rangka upaya pemerataan pembangunan di daerah-daerah.

Dalam hal kegiatan pemasaran, PBN membuka kantor-kantor Pemasaran Bersama (KPB) di Medan, Jakarta dan Surabaya. Sekarang KPB dipusatkan di Jakarta. Dengan adanya KPB diharapkan bahwa pemasaran produk PBN di dalam dan luar negeri dapat terlaksana secara efisien.

Perkebunan Besar Swasta (PBS)

Perkebunan Besar Swasta sudah merupakan perusahaan yang berbadan hukum. Lahan usaha tani pada umumnya merupakan tanah milik negara, yang diusahakan dengan


(49)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.

fasilitas Hak Guna Usaha (HGU). Luas lahannya mulai dari puluhan hektar (sekurang-kurangnya 25 ha) sampai puluhan ribu ha.

Karena berbentuk badan hukum, maka PBS mempunyai peluang yang lebih besar dari pada PR untuk memperoleh kredit dalam jumlah yang lebih besar dengna syarat-syarat yang relatif ringan. Salah satu manfaat dari peluang tersebut adalah PBS dapat membangun sarana pengolahan (pabrik), baik untuk pengolahan-pengolahan tahap awal maupun pengolahan tahap lanjutan (industri hilir), sampai mencapai bentuk barang jadi. Dengan demikian, PBS sudah merupakan perusahaan agroindustri.

Perkebunan Besar Swasta lebih mengarah kepada penanaman monokultur dalam skala besar, sehingga pekerjaan lapangan maupun pemasaran dapat dilaksanakan secara efisien. Dalam menghindari bahaya yang mengancam usaha tani monokultur, tiap PBS mengusahakan lebih dari satu jenis komoditas perkebunan, dengan penanaman secara terpisah sehingga luas tanam tiap jenis komoditas tetap berskala besar.

Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki dan kemudian yang dapat diperoleh, secara umum PBS menunjukkan prestasi yang jauh lebih baik daripada PR, baik dalam produktivitas, mutu produk maupun tingkat keuntungan yang diraihnya. Pada gilirannya, hal ini memberi peluang bagi PBS untuk mengembangkan dirinya sebagai suatu perusahaan.


(50)

BAB 5

IMPLEMENTASI SISTEM

5.1. Tahap Implementasi

Tahap implementasi adalah tahapan penerapan hasil desain yang tertulis ke dalam programming. Pada tahapan inilah, seluruh hasil desain dituangkan ke dalam bahasa pemrograman tertentu untuk menghasilkan sebuah sistem informasi yang sesuai dengan hasil desain tertulis.

Tahapan implementasi harus dapat menentukan basis apa yang akan diterapkan dalam menuangkan hasil desain tertulis sehingga sistem yang dibentuk memiliki kelebihan-kelebihan tersendiri (contoh dalam efisien, baik itu efisien si pemakai memori maupun dalam waktu proses mengakses data). Implementasi yang sudah selesai harus diuji coba kehandalannya sehingga dapat diketahui kehandalan dari sistem yang ada dan telah sesuai dengan apa yang diinginkan. Dalam pengolahan data proyeksi kelapa sawit pada tahun 1999-2005, implementasi yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan software excel.

5.2 Pengaktifan Excel

Tahap pertama yang harus dilakukan adalah mengaktifkan windows, pastikan microsofot excel berada pada jaringan microsoft windows, lalu lanjutkan dengan langkah-langkah sebagai berikut :


(51)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.

1. Dari windows klik start pada taskbar lalu pilih program. Tampil item menu program aplikasi yang telah diinstal.

2. Klik microsoft excel, secara otomatis akan tampil lembar kerja excel dan selanjutnya dapat digunakan langsung dengan memasukkan data angka atau data lainnya.

Gambar 5.1 Tampilan Cara Pengaktifan Excel

5.3 Jendela Lembar Kerja Excel

Setelah pengaktifan, akan tampil lembar kerja excel yang siasp digunakan. Lembar excel adalah berupa kolom dan baris. Lembar kerja excel memiliki 256 kolom dan 65.536 baris pada setiap lembar kerjanya.


(52)

Pada setiap kolom dan baris terdapat sel. Sel ini diidentifikasi dengan alamat yang berupa kombinasi antara abjad untuk kolom dan angka untuk baris. Pada lembar kerja excel terdapat banyak elemen yang memiliki fungsi tersendiri.

Gambar 5.2 Tampilan Jendela Microsoft Excel

5.4Pengisian Data

Melakukan pengisian data ke dalam lembar kerja excel adalah sama dengan pemasukan atau pengetikan data ke dalam lembar kerjanya. Ada 2 alternatif pengisian data, yakni dengan menggunakan keyboard atau melalui sub menu yang terdapat pada menu excel.

Dalam mengisi data ke dalam lembar kerja dengan keyboard, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Letakkan pointer pada sel yang ingin diisi data. 2. Ketik data yang diinginkan.


(53)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010.

3. Tekan enter atau klik tombol mouse pada sel yang lain untuk konfirmasi atau mengakhirinya.

Alternatif lain untuk mengisi data adalah dengan cara menggunakan sub menu pada menu edit pada excel. Dengan alternatif ini maka memiliki banyak pilihan yakni: down, up, right, left, dan series (autofill).

5.5Pembuatan Grafik

Grafik pada excel menjadi satu dengan data terpisah pada lembar grafik tersendiri, tetapi masih berada di file yang sama. Untuk membuat grafik pada lembar kerja excel, biasanya menggunakan icon chart wizard yang terdapat pada toolbar.

Adapun langkah-langkah yang diperlukan adalah : 1. Sorot sel atau range sel yang ingin dibuat grafik.

2. Klik icon chart wizard, maka tampil kotak dialog chart type.

3. Klik tipe grafik yang diinginkan, lalu klik next. Maka akan tampil kotak dialog chart source data.

4. Pada tampilan akan terlihat range data yang disorot dan klik radio button rows atau coloums yang diinginkan, lalu klik next. Maka akan tampil kotak dialog chart option.

5. Pada chart option, ketik judul grafik. Lalu klik next, maka akan tampil kotak dialog chart location.

6. Lalu Anda bisa memilih tempat untuk meletakkan grafik, kemudian klik finish. Maka grafik akan diletakkan di tempat kerja.


(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Produksi kelapa sawit di Indonesia tiap tahunnya mengalami peningkatan baik dari segi Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS), yaitu sebesar 16,52% untuk Perkebunan Rakyat (PR), dan 6,64% untuk Perkebunan Besar Negara (PBN) serta 12,80% untuk Perkebunan Besar Swasta (PBS).

2. Peningkatan produksi terbesar dikaitkan dengan luas area menunjuk pada Perkebunan Besar Swasta (PBS) dimana pertambahan luas area yang dimaksud tiap tahunnya adalah 4,33% untuk Perkebunan Rakyat dan 13,92% untuk Perkebunan Besar Negara serta 14,39% untuk Perkebunan Besar Swasta.

3. Terjadinya peningkatan produksi kelapa sawit di tiga perkebunan baik Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) secara umum diikuti juga dengan adanya penambahan luas area perkebunan.


(55)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010. 6.2Saran

6.2.1 Pemerintah

1. Pemerintah harus lebih lagi memperhatikan Perkebunan Rakyat dan Negara dengan memberikan dukungan baik modal dan infrastruktur yang modern ataupun bimbingan serta penyuluhan.

2. Pemerintah harus mengeluarkan kebijakan yang dapat menghindarkan adanya sistem yang mendominasi kepada pihak swasta atau ekonomi komando.

6.2.2 Pengusaha

1. Pelaksanaan kebijakan harus diupayakan pada pengembangan pemerataan pembangunan negara agar memiliki potensial negara yang maju.

2. Pengusaha swasta harus membuka lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi, seiring dengan pemasukan produksi terbesar dari Perkebunan Besar Swasta (PBS)


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Mustafa. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Yogyakarta : Adicita.

Mangoensoekarjo, Soepadiyo. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta : Penebar Swadaya. Rahardja, Prathama. 2004. Dasar-dasar Demografi. Jakarta : Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Risza, Suyatno. 1994. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Yogyakarta : Kanisius.


(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010. Tabel 4.1 Produksi Kelapa Sawit Indonesia Pada Tahun 1999-2005 (Ton)

TAHUN

RAKYAT

NEGARA

SWASTA

TOTAL

2005

2.356.895

529.854 2.567.068 5.453.817

2006

2.549.572

687.428 3.357.914 6.594.914

2007

2.565.135

687.847 3.358.632 6.611.614

2008*

2.565.172

687.847 3.358.792 6.811.811

2009*

3.300.481

760.010 3.064.840 7.125.331


(1)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010. DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Mustafa. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Yogyakarta : Adicita.

Mangoensoekarjo, Soepadiyo. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta : Penebar Swadaya. Rahardja, Prathama. 2004. Dasar-dasar Demografi. Jakarta : Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia.

Risza, Suyatno. 1994. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Yogyakarta : Kanisius.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Christine Natalia Manurung : Proyeksi Produksi Kelapa Sawit Di Indonesia Pada Tahun 2006-2010, 2010. Tabel 4.1 Produksi Kelapa Sawit Indonesia Pada Tahun 1999-2005 (Ton)

TAHUN

RAKYAT

NEGARA

SWASTA

TOTAL

2005

2.356.895

529.854 2.567.068 5.453.817

2006

2.549.572

687.428 3.357.914 6.594.914

2007

2.565.135

687.847 3.358.632 6.611.614

2008*

2.565.172

687.847 3.358.792 6.811.811

2009*

3.300.481

760.010 3.064.840 7.125.331

Sumber : Ditjenbun, 2008