batasan mengenai anak yaitu Pasal 6 ayat 2 dan Pasal 7 ayat 1. Pasal 6 ayat 2 Undang- Undang No. 1 Tahun 1974 mengemukakan : “Untuk melangsungkan perkawinan, seorang yang
belum mencapai umur 21 dua puluh satu tahun harus mendapat izin kedua orangtua”. Pasal 7 ayat 1 Undang-
Undang No. 1 Tahun 1974 mengemukakan : “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 sembilan belas tahun dan pihak wanita sudah mencapai
umur 16 enam belas tahun”.
21
Dari kedua ketentuan pasal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum seseorang yang belum mencapai umur dua puluh satu tahun masih
dikatakan sebagai anak karena masih membutuhkan izin orangtua ketika akan melaksanakan perkawinan Pasal 6 ayat 2. Secara lebih khusus lagi terdapat perbedaan antara batasan anak
antara pria dan wanita, yaitu untuk pria batasan anak adalah seseorang yang berumur kurang dari sembilan belas tahun sedangkan untuk. Wanita batasan anak adalah seseorang yang belum
kurang dari enam belas tahun Pasal 7 ayat 1. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan akhir bahwa menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan terdapat batasan yang
berbeda mengenai anak untuk pria dan wanita. Batasan “anak” untuk pria yaitu seseorang yang berumur kurang dari sembilan belas tahun. Sedangkan batasan “anak” untuk wanita yaitu
seseorang yang berumur kurang dari enam belas tahun.
22
2.5 Tinjauan tentang Perlindungan Anak
Perlindungan anak adalah suatu kegiatan bersama yang bertujuan mengusahakan pengamanan, pengadaan, dan pemenuhan kesejahteraan rohaniah dan jasmaniah anak yang
sesuai dengan kepentingannya dan hak asasinya Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat yang dengan demikian harus diusahakan dalam
berbagai bidang kehidupan dan bermasyarakat. Perlindungan anak merupakan bidang
21
Ibid, h. 99
22
Otong, Rosadi, 2004, Hak Anak bagian dari HAM, Padang, Akademika.h.90
pembangunan nasional, melindungi anak berarti melindungi manusia, yaitu membangun manusia seutuhnya.
Hakekat dalam pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Dengan mengabaikan masalah perlindungan anak tidak akan memantapkan
pembangunan nasional, sehingga akibat dari tidak adanya perlindungan anak akan menimbulkan berbagai permasalahan sosial yang akan mengganggu ketertiban, keamanan, dan pembangunan
nasional, yang berarti bahwa perlindungan anak harus diusahakan apabila kita ingin mengusahakan pembangunan nasional yang memuaskan. Perlindungan anak dalam suatu
masyarakat dan bangsa merupakan tolak ukur peradaban masyarakat dan bangsa tertentu.
23
Jadi, demi pengembangan manusia seutuhnya dan beradab, maka kita wajib untuk mengusahakan perlindugan anak sesuai dengan kemampuan demi kepentingan nusa dan bangsa.
Dalam hal ini yang mengusahakan perlindungan anak adalah setiap anggota masyarakat sesuai dengan kemampunya dengan berbagai macam usaha dalam situasi dan kondisi tertentu.
Pelaksanaan perlindungan anak agar nantinya perlindungan terhadap anak dapat efektif, nasional positif, bertanggung jawab dan bermanfaat haruslah memenuhi beberapa persyaratan sebagai
berikut :
24
a. Para partisipan dalam terjadinya dan terlaksanakannya perlindungan anak harus
mempunyai pengertian-pengertian yang tepat berkaitan dengan masalah perlindungan anak agar dapat bersikap dan bertindak secara tepat dalam menghadapi dan mengatasi
permasalah yang berkaitan dengan pelaksanaan perlindungan anak.
25
23
Ibid, h.67
24
R,Sughandi, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Dan Penjelasannya. Surabaya, Usaha Nasional
.
h.35
25
Andi Hamzah, op.cit h.89
b. Perlindungan anak “harus dilakukan bersama” antara setiap warga negara, anggota masyarakat secara individual maupun kolektif dan pemerintah demi kepentingan bersama
dan kepentingan nasional. c.“Kerjasama dan kordinasi” diperlukan dalam melancarkan kegiatan perlindungan anak
yang rasional, bertanggung jawab, dan bermanfaat antara para partisipan yang bersangkutan.
d. Perlunya diusahakan inventarisasi faktor yang menghambat dan mendukung kegiatan perlindungan anak.
e. Harus dicegah adanya penyalahgunaan kekuasaan, mencari kesempatan yang menguntungkan dirinya sendiri dalam membuat ketentuan yang mengatur masalah
perlindungan anak. f. Perlindungan anak harus tercermin dan diwujudkan dalam berbagai bidang kehidupan
bernegara dan bermasyarakat. g. Pelaksanaan kegiatan perlindungan anak, pihak anak harus diberikan kemampuan dan
kesempatan untuk ikut serta melindungi diri sendiri dan kelak dikemudian hari dapat menjadi orang tua yang berperan aktif dalam kegiatan perlindungan anak.
h. Pelaksanaan kegiatan perlindungan anak tidak boleh menimbulkan rasa tidak dilindungi pada pihak yang bersangkutan dan oleh karena adanya penimbulkan penderitaan,
kerugian pada para pertisipan tertentu. i. Perlindungan anak harus didasarkan antara lain atas pengembangan hak dan kewajiban
asasinya.