Teori Perlindungan Hukum Teori pemidanaan

a. Pencegahan timbulnya pencabulan dan dapat pula dimaksudkan sebagai pencegahan timbulnya masalah seksual di kemudian hari. Untuk menghindari terjadinya tindak pidana pencabulan maka disarankan agar para wanita untuk tidak bepergian seorang diri terutama pada waktu malam hari dan ke tempat yang lenggang dan sunyi. Ada baiknya kalau wanita belajar juga olahraga beladiri, sekedar untuk melindungi diri dari orang-orang yang berbuat jahat. Hindari membawa senjata tajam pada waktu bepergian, bila terjadi usaha pencabulan maka bertindaklah wajar, sedapat mungkin tidak panik atau ketakutan. b. Terapi pada korban tindak pidana pencabulan memerlukan perhatian yang tidak hanya terfokus pada korban saja. Selain keluhan dari para korban, perlu pula didengar keluhan dari keluarga, keterangan orang yang menolongnya pertama kali dan informasi dari lingkungannya. Kebutuhan akan terapi justru sering ditimbulkan oleh adanya gangguan keluarga atau lingkungannya. Tujuan terapi pada korban tindak pidana pencabulan adalah untuk mengurangi bahkan dimungkinkan untuk menghilangkan penderitaannya. Disamping itu juga untuk memperbaiki perilakunya, meningkatkan kemampuannya untuk membuat dan mempertahankan pergaulan sosialnya. Hal ini berarti bahwa terapi yang diberikan harus dapat mengembalikan si korban pada pekerjaan atau kesibukannya dalam batas-batas kemampuannya dan kebiasaan peran sosialnya. Terapi harus dapat memberi motivasi dan rangsangan agar korban tindak pidana pencabulan dapat melakukan hal-hal yang bersifat produktif dan kreatif. c. Rehabilitasi korban tindak pidana pencabulan adalah tindakan fisik dan psikososial sebagai usaha untuk memperoleh fungsi dan penyesuaian diri secara maksimal dan untuk mempersiapkan korban secara fisik, mental dan sosial dalam kehidupannya dimasa mendatang. Tujuan rehabilitasi meliputi aspek medik, psikologik dan sosial. Aspek medik bertujuan mengurangi invaliditas, dan aspek psikologik serta sosial bertujuan kearah tercapainya penyesuaian diri, harga diri dan juga tercapainya pandangan dan sikap yang sehat dari keluarga dan masyarakat terhadap para korban tindak pidana pencabulan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka para korban tindak pidana pencabulan selalu mendapatkan pelayanan medik psikiatrik yang intensif. Perlindungan terhadap korban tindak pidana pencabulan tidak lepas dari akibat yang dialami korban setelah pencabulan. Korban tidak saja mengalami penderitaan secara fisik tetapi juga mengalami penderitaan secara psikis. Adapun penderitaan yang diderita korban sebagai dampak dari pencabulan dapat dibedakan menjadi: 1. Dampak secara fisik 2. Dampak secara mental 3. Dampak dalam kehidupan pribadi dan sosial Efektivitas hukum artinya efektivitas hukum akan disoroti dari tujuan yang ingin dicapai, yakni efektivitas hukum. Salah satu upaya yang biasanya dilakukan agar supaya masyarakat mematuhi kaidah hukum adalah dengan mencantumkan sanksi-sanksinya. Sanksi-sanksi tersebut bisa berupa sanksi negatif atau sanksi positif, yang maksudnya adalah menimbulkan rangsangan agar manusia tidak melakukan tindakan tercela atau melakukan tindakan yang terpuji. Diperlukan kondisi-kondisi tertentu yang harus dipenuhi agar hukum mempunyai pengaruh terhadap sikap tindak atau perilaku manusia. Kondisi-kondisi yang harus ada adalah antara lain bahwa hukum harus dapat dikomunikasikan.

1.7.3 Teori-teori Efektivitas Hukum

Hukum sebagai kaidah merupakan patokan mengenai sikap tindak atau perilaku yang pantas. Metode berpikir yang dipergunakan adalah metode deduktif-rasional, sehingga menimbulkan jalan pikiran yang dogmatis. Di lain pihak ada yang memandang hukum sebagai sikap tindak atau perilaku yang teratur ajeg. Metode berpikir yang digunakan adalah induktif-empiris, sehingga hukum itu dilihatnya sebagai tindak yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama, yang mempunyai tujuan tertentu Efektivitas hukum dalam tindakan atau realita hukum dapat diketahui apabila seseorang menyatakan bahwa suatu kaidah hukum berhasil atau gagal mencapai tujuanya, maka hal itu biasanya diketahui apakah pengaruhnya berhasil mengatur sikap tindak atau perilaku tertentu sehingga sesuai dengan tujuannya atau tidak. Efektivitas hukum artinya efektivitas hukum akan disoroti dari tujuan yang ingin dicapai, yakni efektivitas hukum. Salah satu upaya yang biasanya dilakukan agar supaya masyarakat mematuhi kaidah hukum adalah dengan mencantumkan sanksi- sanksinya. Sanksi-sanksi tersebut bisa berupa sanksi negatif atau sanksi positif, yang maksudnya adalah menimbulkan rangsangan agar manusia tidak melakukan tindakan tercela atau melakukan tindakan yang terpuji.

1.8 Metode Penelitian

Agar dapat suatu karya tulis dikatakan sebagai suatu karya yang bersifat ilmiah hendaknya menggunakan metode antara lainnya; 1.8.1 Jenis penelitian Jenis penelitian hukum yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto ada 2 yaitu jenis penelitian hukum normatif dan jenis penelitian hukum empiris atau sosiologis 12 . Penelitian empiris adalah suatu metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian nyata dan meneliti bagaimana bekerjanya hukum di lingkungan masyarakat. Dikarenakan dalam penelitian ini meneliti orang dalam hubungan hidup di masyarakat maka metode penelitian hukum empiris dapat dikatakan sebagai penelitian hukum sosiologis. Dapat dikatakan bahwa penelitian hukum yang diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam suatu masyarakat, badan hukum atau badan pemerintah . Penelitian kaitannya dengan penulisan skripsi ini termasuk jenis penelitian empiris. 1.8.2 Jenis Pendekatan Dalam penulisan ilmiah ini digunakan pendekatan empiris sosiologis dengan menggunakan pendekatan masalah bagaiman peranaan yang berhubungan dengan 12 Soerjono Soekanto, 1998, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, PT. Grafindo Persada, Jakarta, h.15. perlindungan hukum terhadap anak korban pencabulan menurut undang-undang nomor 23 tahun 2002. 1.8.3 Teknik Pengumpulan Data Guna memperoleh data yang sesuai dan mencakup permasalahan yang penulis teliti, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu : 1. Studi Lapangan Studi lapangan adalah teknik pengumpulan data dengan jalan terjun langsung ke tempat obyek penelitian untuk memperoleh data yang dikehendaki mengenai perilaku pada saat itu juga. Hal tersebut dilakukan dengan wawancara interview yaitu pengumpulan data melalui tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian. Dalam wawancara interview ini penulis menggunakan wawancara terarah dengan mempergunakan daftar pertanyaan yang telah diper siapkan secara garis besar. 2. Studi Kepustakaan Pengumpulan data dengan mempelajari, mengkaji buku-buku ilmiah, literature-literatur, dan peraturan-peraturan yang ada kaitannya atau berhubungan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data diperlukan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah dengan cara menggunakan teknik wawancara dan teknik studi dokumen teknik wawancara yaitu tehnik pengumpulan data dengan menajukan pertayaan kepada informan yaitu kepada polisi di Polresta Denpasar yang berkompeten dalam hal perlindungan hukum terhadap anak korban pencabulan menurut undang-undang nomor 23 tahun 2002. Tehik studi dokumen dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen yang terkait per masalah penelitian. Tujuan dari tehik dokumen ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat atau pun penemuan- penemuan yang berhubungan erat dengan permasalahan dalam penelitian ini. 1.8.4 Teknik Analisis Data Pengolahan data adalah kegiatan merapikan data yang dikumpulkan, sehinga siap untuk di analisis dalam hal ini data tersebut terlebih dahulu disusun secara sistematis, kemudian diolah dan di analisis secara kualitatif, sehingga dapat memberi jawaban atas permasalahan penelitian. Dalam mengolah dan menganalisis data-data yang telah terkumpul baik data primer dan sekunder ini peneliti menggunakan tehnik analisis deskriptiv kualitatif yaitu menguraikan semua data dan peristiwa hukum yang ada di lapangan yang kemudian di hubungkan dengan teori-teori yang ada.Setelah itu, kemudian di ambil kesimpulan tertentu dari hasil pemahaman dan pengertiannya.

Dokumen yang terkait

Analisis Hukum Terhadap Tabanni (Pengangkatan Anak) Menurut Fikih Islam dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

2 78 131

Perlindungan Hukum Anak Angkat Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Ditinjau Dari Hukum Islam

1 39 137

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA KEKERASAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK (Studi Pada Pengadilan Negeri Kelas 1A Tanjung Karang)

1 11 52

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK

1 20 55

Tinjauan tentang pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak korban kekerasan pencabulan menurut undang undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak

0 7 62

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN PENDAMPING TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN KEKERASAN FISIK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK.

0 3 12

PENDAHULUAN PERAN PENDAMPING TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN KEKERASAN FISIK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK.

0 3 13

PENUTUP PERAN PENDAMPING TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN KEKERASAN FISIK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK.

0 4 6

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

0 2 122

ADVOKASI BP3AKB TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK JO UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

0 0 12