b. Perlindungan anak “harus dilakukan bersama” antara setiap warga negara, anggota masyarakat secara individual maupun kolektif dan pemerintah demi kepentingan bersama
dan kepentingan nasional. c.“Kerjasama dan kordinasi” diperlukan dalam melancarkan kegiatan perlindungan anak
yang rasional, bertanggung jawab, dan bermanfaat antara para partisipan yang bersangkutan.
d. Perlunya diusahakan inventarisasi faktor yang menghambat dan mendukung kegiatan perlindungan anak.
e. Harus dicegah adanya penyalahgunaan kekuasaan, mencari kesempatan yang menguntungkan dirinya sendiri dalam membuat ketentuan yang mengatur masalah
perlindungan anak. f. Perlindungan anak harus tercermin dan diwujudkan dalam berbagai bidang kehidupan
bernegara dan bermasyarakat. g. Pelaksanaan kegiatan perlindungan anak, pihak anak harus diberikan kemampuan dan
kesempatan untuk ikut serta melindungi diri sendiri dan kelak dikemudian hari dapat menjadi orang tua yang berperan aktif dalam kegiatan perlindungan anak.
h. Pelaksanaan kegiatan perlindungan anak tidak boleh menimbulkan rasa tidak dilindungi pada pihak yang bersangkutan dan oleh karena adanya penimbulkan penderitaan,
kerugian pada para pertisipan tertentu. i. Perlindungan anak harus didasarkan antara lain atas pengembangan hak dan kewajiban
asasinya.
2.6 Tinjauan Tindak Pidana Pencabulan
Menurut Simon ”ontuchtige handelingen” atau cabul adalah tindakan yang berkenaan dengan kehidupan di bidang seksual, yang dilakukan dengan maksud-maksud untuk memperoleh
kenikmatan dengan cara yang sifatnya bertentangan dengan pandangan umum untuk kesusilaan.Definisi pencabulan menurut The National Center on Child Abuse and Neglect US,
’sexual assault’ adalah “Kontak atau interaksi antara anak dan orang dewasa dimana anak tersebut dipergunakan untuk stimulasi seksual oleh pelaku atau orang lain yang berada dalam
posisi memiliki kekuatan atau kendali atas k orban’
26
. Termasuk kontak fisik yang tidak pantas, membuat anak melihat tindakan seksual atau
pornografi, menggunakan seorang anak untuk membuat pornografi atau memperlihatkan alat genital orang dewasa kepada anak. Sedangkan di Belanda memberikan pengertian yang lebih
umum untuk pencabulan, yaitu persetubuhan di luar perkawinan yang dilarang yang diancam pidana. Indonesia sendiri tidak memiliki pengertian kata ’pencabulan’ yang cukup jelas. Bila
mengambil definisi dari buku Kejahatan Seks dan Aspek Medikolegal Gangguan Psikoseksual, maka definisi pencabulan adalah semua perbuatan yang dilakukan untuk mendapatkan
kenikmatan seksual sekaligus mengganggu kehormatan kesusilaan. Namun, tidak ada definisi hukum yang jelas yang menjelaskan arti kata pencabulan itu sendiri, baik dalam KUHP, UU
Perlindungan Anak maupun UU anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga KDRT. KUHP menggolongkan tindak pidana pencabulan ke dalam tindak pidana kesusilaan. KUHP belum
mendefinisikan dengan jelas maksud daripada pencabulan itu sendiri dan terkesan mencampur adukkan pengertiannya dengan perkosaan ataupun persetubuhan. Sedangkan dalam rencana
KUHP yang baru ditambahkan kata ”persetubuhan” disamping pencabulan dan persetubuhan
26
J.E Sahetapy, 1987, Viktimologi Sampai Bung Rampai, cet.I, Pustaka Sinar Harapan. Jakarta,h. 68.