Kecerdasan Emosional KAJIAN TEORETIK

6

BAB II KAJIAN TEORETIK

A. Kecerdasan Emosional

Sejak dipublikasikannya buku Emotional Intelligence yang ditulis oleh Goleman pada tahun 1995, banyak kalangan masyarakat menjadi sangat terpengaruh dengan berbagai pandangan dan anggapan teoritis yang ada dalam buku tersebut. Di dalam sejumlah ulasan dikemukakan bahwa kecerdasan emosional mempengaruhi sukses hidup seseorang. Misalnya, meskipun seseorang mamiliki tingkat pendidikan tinggi namun jika tidak mampu mengendalikan emosinya dengan baik, cenderung mudah mengalami hambatan dalam interaksi sosial. Akibatnya, ia akan mengalami banyak kesulitan dalam pekerjaannya. Profesionalitas guru dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: cara pandang guru terhadap masyarakat dan orang lain terutama peserta didik, faktor personal atau pribadi, kualitas personal, lingkungan pembelajaran, dan keterlibatan personal atau pribadi. Bagi seorang guru, kecerdasan emosional akan membantu dalam menyikapi keadaan sekitar. 1. Definisi Kecerdasan Emosional Berdasarkan kajian sejumlah teori mengenai kecerdasan emosional, beberapa definisi kecerdasan emosional antara lain: a. Goleman 2006:135-178 mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulam sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. b. Sementara Cooper dan Sawaf 1998:XV mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. c. Patton 1998:1-3 mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, membangun hubungan yang produktif dan meraih keberhasilan di tempat kerja. Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional yaitu kemampuan mengenali perasaan diri sendiri, kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengolah emosi, kemampuan mengenali PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI perasaan orang lain dan berhubungan dengan orang lain, serta menggunakan kemampuan itu untuk mencapai tujuan, membangun hubungan yang produktif dan meraih keberhasilan di tempat kerja. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional terdiri dari beberapa aspek. Menurut Goleman, 1999:57-59 membedakan aspek-aspek kecerdasan emosional menjadi lima yaitu mengenali emosi diri sendiri, mengolah emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan. Goleman 1999 dalam membedakan aspek-aspek keceradasan emosi dan sosial, yaitu: a. Kesadaran diri Kesadaran diri adalah kemampuan mengenali perasaan pada saat perasaan itu terjadi. Menurut Goleman, kesadaran diri adalah inti dari kecerdasan emosional karena kemampuan ini dapat digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan dan menjadi tolak ukur yang realistis terhadap kemampuan dan kepercayaan pada diri sendiri. b. Pengaturan diri Pengaturan diri adalah kemampuan menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat serta dapat menghasilkan dampak positif bagi pemilihan diri dari tekanan emosi sebelum tercapainya suatu sasaran. Orang yang memiliki kemampuan ini dapat bangkit dari kegagalan dan kejatuhan diri. Pengaturan diri ini bergantung pada kesadaran diri, karena untuk mengatur emosi dengan tepat seseorang butuh kesadaran atau pemahaman diri. c. Motivasi diri Motivasi diri adalah kemampuan menguasai diri untuk mengendalikan dorongan atau hasrat terhadap suatu tujuan. Kemampuan ini akan memandu seseorang mengambil inisiatif untuk bertindak efektif dan mampu bertahan dalam menghadapi kegagalan dan frustasi. Kemampuan ini akan membuat orang lebih produktif dan efektif dalam mengerjakan sesuatu. d. Empati Empati adalah kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain, memahami perspektif mereka dalam upaya menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan berbagai macam karakteristik orang. Kemampuan empati akan membuat orang mampu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan kebutuhan dan kehendak orang lain. e. Keterampilan sosial Keterampilan sosial adalah kemampuan menangani emosi dengan baik saat berhubungan dengan orang lain, dan secara cermat membaca situasi jaringan sosial, mampu membina hubungan dan mengolah emosi orang lain. Orang yang terampil secara sosial akan sukses di bidang yang mengandalkan pergaulan dengan orang lain, bisa peka terhadap perasaan orang lain, mampu memimpin dan menangani perselisihan yang ada. 3. Komponen Kecerdasan Emosional Goleman 1999:57-59 mengungkapkan 5 lima wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu : a. Mengenali emosi diri Kemampuan untuk memahami emosi diri sendiri, menilai diri sendiri, dan percaya diri. Orang yang memiliki kesadaran diri tinggi menyadari dan memahami suasana hati, emosi, dan kebutuhan mereka. Mereka dapat mengantisipasi tindakan terhadap orang lain, bersemangat dan antusias dalam melakukan tanggung jawabnya. b. Mengelola emosi Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila : mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri. c. Memotivasi diri sendiri Kemampuan seseorang untuk memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut: a cara mengendalikan dorongan hati, b derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang, c kekuatan berpikir positif, d optimisme; dan d keadaan flow mengikuti aliran, yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek. Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya. d. Mengenali emosi orang lain Empati atau mengenal emosi orang lain dibangun berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain. e. Membina hubungan Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain. Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial. Sesungguhnya karena tidak dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam inilah yang menyebabkan seseroang seringkali dianggap angkuh, mengganggu atau tidak berperasaan. Kecerdasan emosional dibutuhkan oleh semua pihak untuk dapat hidup bermasyarakat termasuk di dalamnya menjaga keutuhan hubungan sosial, dan hubungan sosial yang baik akan mampu menuntun seseorang untuk memperoleh sukses di dalam hidup seperti yang diharapkan. Di samping itu, kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosinya dengan baik akan mempengaruhi proses berpikirnya secara positif pula. Seseorang dengan taraf kecerdasan emosional yang baik cenderung lebih mampu mengendalikan amarah dan bahkan mengarahakan energinya ke arah yang lebih positif.

B. Profesionalitas Guru

Dokumen yang terkait

oAnalisis Itompetensi Ciuru SMK PUSTEI( Serpong

1 5 243

PENGARUH BUDAYA SEKOLAH, KECERDASAN EMOSIONAL, DAN PENGELOLAAN STRES KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI KABUPATEN PADANG LAWAS.

0 2 39

HUBUNGAN BUDAYA SEKOLAH, KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PROFESIONALISME GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI KECAMATAN MARDINGDING KABUPATEN KARO.

1 4 46

PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS SWASTA NUR AZIZI TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG.

0 1 31

PENGARUH IKLIM SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA BANDUNG.

0 7 57

Hubungan supervisi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru sekolah menengah atas : survei guru-guru Sekolah Menengah Atas se-Kota Yogyakarta.

1 3 125

Pengaruh kecerdasan emosional terhadap profesionalisme guru ditinjau dari locus of control dan masa kerja : survei pada guru-guru sekolah menengah pertama negeri dan swasta di Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten.

1 3 172

Pengaruh lama mengajar pada hubungan kecerdasan emosional dengan profesionalitas guru survei pada guru guru Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan negeri dan swasta di Kecamatan Kroy

0 0 119

PENGARUH DESENTRALISASI PENDIDIKAN TERHADAP PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN.

0 0 187

PENGARUH BUDAYA KERJA TERHADAP KINERJA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN KEJURUAN DI KECAMATAN PRAMBANAN.

0 2 136