hal itulah masalah keselamatan dan kesehatan bukan lagi menjadi masalah bagi perusahaan ini.
Selain masalah keselamatan dan kesehatan, perusahaan ini juga aktif dalam bidang koperasi. Pada tahun 1976, koperasi karyawan dibuka.
Koperasi yang memiliki anggota sebanyak 51 ribuan orang ini memiliki kas hingga 75 ribu miliaran hingga Januari 2008 ini. Karena
ketekunannyalah, koperasi ini juga memperoleh penghargaan sebagai Koperasi Teladan dari tahun 1993 sampai dengan 1996. Selain itu,
perusahaan ini juga memiliki kinerja yang sesuai dengan standar ISO ISO tahun 9001-1994. Pada tahun 2001 mendapatkan penghargaan dan ISO
diperbaiki menjadi ISO 9001-2000.
4.1.6. Analisis Strategis
PT. Djarum mengeluarkan beberapa produk diantaranya Djarum Super, Djarum Coklat, Djarum 76, Djarum Istimewa. Kesemuanya
merupakan rokok berjenis kretek. Akan tetapi djrum melihat pangsa pasar ini stagnan sehingga PT.Djarum merambah pasar rokok mild, diantaranya
adalah L.A Light, L.A Menthol, Djarum Super Mezzo, Djarum Black dan Djarum Black Menthol. Selain itu djarum menciptakan rasa yang lebih
varian dengan mengkombinasikan cita rasa cappuccino dan the dengan nama brand yang di kenal Djarum Black Tea Djarum Black cappuccino.
Produk dalam kategori mild di luncurkan oleh PT.Djarum di akhir tahun
2005, perusahaan ini meluncurkan rokok mild dengan merk Djarum Super Mezzo untuk melengkapi portofolio produk Djarum Super dan merambah
segmen premium serta menjadi alternatif pilihan rokok mild baru dengan cita rasa tinggi. Khusus untuk peluncuran PT. Djarum membuat program
promosi modern dengan menggunakan balon mini zeppelin yang berputar-putar wilayah Jakarta sekitar 3 minggu. program tersebut juga
diiringi oleh iklan televisi yang menampilkan visual yang luar biasa, iklan televisi mezzo versi “Leap” dan “Race”.
4.2. Analisis Tampilan Visual dalam Scene Iklan Rokok LA Lights Indiefest di televisi dengan Pendekatan Semiologi John Fiske
Tampilan visual dalam scene iklan Rokok LA Lights Indiefest di televisi ini dianalisis dengan menggunakan semiologi Barthes yang
mengkaji tanda-tanda dalam dua tahap pemaknaan yaitu denotasi dan konotasi. Namun untuk menentukan penggalan-penggalan dari satu
squence menjadi beberapa scene yang kemudian terbagi lagi
menjadi
beberapa shot. Peneliti menggunakan kerangka analisis semiotik dalam film iklan yang di kemukakan oleh John Fiske yang membaginya dalam
dua level yaitu level realitas reality, pada level ini realitas dapat dilihat dari kolstum pemain wardrobe, tata rias, setting, gesture, ekspresi, suara
perilaku, dan ucapan. Level representasi representation, meliputi kerja kamera, pencahayaan, editing dan cassting.
4.2.1 Tampilan Visual dalam Scene 1