74 Tabel 10
Deskripsi data penelitian Variabel
N Min
Max Mean
SD Perfeksionisme
self oriented
101 58
97 78.02
10.163 Perfeksionisme
other
oriented
101 51
90 67.15
8.183 Perfeksionisme
socially prescribed
101 33
88 67.13
8.983
Manajemen konflik
cooperative
101 13
51 34.56
8.810
Manajemen konflik
controlling
101 30
8.58 5.990
Manajemen konflik
non confrontation
101 29
8.91 5.597
75 Tabel 11
Hasil Mean Teoritis dan Mean Empiris Skala
Mean Teoritis Mean Empiris SD
Sig. 2-tailed
Perfeksionisme
self oriented
60 78.02
10.163 0.000
Perfeksionisme other
oriented
60 67.15
8.183 0.000
Perfeksionisme
socially prescribed
60 67.13
8.983 0.000
Manajemen konflik
cooperative
30 34.56
8.810 0.000
Manajemen konflik
controlling
30 8.58
5.990 0.000
Manajemen konflik
non confrontation
30 8.91
5.597 0.000
Pada tabel tersebut diketahui bahwa masing-masing dari perfeksionisme dan manajemen konflik memiliki signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara mean teoritis dan mean empiris. Dapat dilihat pada ketiga tipe perfeksionisme, yaitu perfeksionisme
self oriented,
perfeksionisme
other oriented
, dan perfeksionisme
socially prescribed
memiliki mean empiris yang lebih besar dari mean teoritis. Hal ini mununjukan bahwa subjek
penelitian memiliki perfeksionisme perfeksionisme
self oriented,
perfeksionisme
other oriented
, dan perfeksionisme
socially prescribed
yang cenderung tinggi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76 Pada manjemen konflik juga dapat dilihat bahwa manajemen konflik
cooperative
memiliki mean empiris yang lebih besar dari mean teoritis. Hal ini berarti bahwa manajemen konflik
cooperative
cenderung tinggi
.
Sedangkan manajemen konflik
controlling,
manajemen konflik
non confrontation
memiliki mean empiris yang lebih rendah dari mean teoritis. Hal ini berarti bahwa manajemen konflik
controlling,
manajemen konflik
non confrontation
yang cenderung rendah.
C. HASIL PENELITIAN
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari variable penelitan terdistribusi dengan normal atau tidak. Jika taraf signifikansi lebih dari
0,05 p0.05 maka data yang diperoleh berdistribusi normal. Dalam analisis data ini peneliti menggunakan
Kolmogorov-Smirnov test
dengan menggunakan program SPSS 21.00
for windows.
77 Tabel 12
Hasil Uji Normalitas Skala Perfeksionisme dan Manajemen Konflik Kolmogorov Smirnov
Statistic Df
Sig
Self oriented
.078 101
.137
Other oriented
.050 101
.200
Socially prescribed
.084 101
.074
Cooperative
.074 101
.191
Controlling
.139 101
.000
Non confrontation
.139 101
.000
Dari hasil pengujian normalitas dengan teknik tersebut, didapatkan nilai
Kolmogoriv Smirnov
pada perfeksionis
self oriented
sebesar 0,137,
other oriented
sebesar 0.200, dan untuk
socially prescribed
sebesar 0,074. Selanjutnya pada manajemen konflik
cooperative
didapatkan nilai sebesar 0,191, sedangkan pada manajemen konflik
controlling
dan manajemen konflik
non confrontative
didapatkan nilai sebesar 0,000. Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bawa data yang
terdistribusi normal adalah pada skala perfeksionisme dan skala manajemen konflik
cooperative
. Sedangkan pada manajemen konflik
controlling
dan manajemen konflik
nonconfrontative
data yang didapat tidak terdistribusi normal.
78 b.
Uji Linieritas Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah korelasi antar
variabel bersifat linier atau tidak. Jika taraf signifikan lebih kecil dari 0,05 p0,05 maka dapat dikatakan bahwa variable bebas dan variable tergatung
memiliki hubungan linier sehingga dapat diuji dengan statistika parametik. Sebaliknya, jika taraf signifikan lebih besar dari 0.05 p0,05 maka harus
diuji dengan statistika nonparametrik. Tabel 13
Hasil Uji Lineritas ANOVA TABLE
F Sig.
cooperative self oriented
Between Groups
Combined 1.868
.014 Linearity
5.745 .020
Deviation from Linearity
1.763 .024
controlling other
oriented
Between Groups
Combined 2.007
.008 Linearity
6.929 .010
Deviation from Linearity
1.848 .018
Non confrontation
socially prescribed
Between Groups
Combined .848
.696 Linearity
7.610
.008
Deviation from Linearity
.643 .917
Dari hasil tersebut, maka dapat dilihat bahwa perfeksionisme memiliki hubungan linier dengan manajemen konflik. Hal ini tampak pada taraf
signifikansi p antara perfeksionisme
self oriented
dengan manajemen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79 konflik
cooperative
yang memiliki taraf sig p sebesar 0,020, perfeksionisme
other oriented
dengan manajemen konflik
controlling
sebesar 0,010, dan perfeksionisme
socially priscribed
dengan manajemen
konflik
nonconfrontative
sebesar 0,008. c.
Uji Hipotesis Pengujian hipotesis menggunakan Pearson apabila data terdistribusi
normal. Namun jika data yang diperoleh tidak normal maka digunakan pengujian menggunakan statistika nonparametric, yaitu Spearman dengan
SPSS 21.00 for windows. Tabel 14
Hasil skor korelasi antara perfeksionis
self oriented
dengan manajemen konflik
cooperative
Correlations Pearson
Perfeksionisme
Self oriented
dengan
Manajemen Konflik
Cooperative
Pearson Correlation
.208
Sig. 1-tailed .019
N 101
Correlation is significant at the 0.05 level 1-tailed. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80 Tabel 15
Hasil skor korelasi antara perfeksionis
other oriented, socially prescribed
dengan manajemen konflik
controlling, non confrontation
Correlations
Perfeksionis
Other oriented
dengan Manajemen
Konflik
Controlling
Correlation Coefficient
.185 Sig. 1-tailed
.032 N
101 Spearman’s rho
Perfeksionisme
socially presribed
dengan Manajemen
Konflik
Non confrontation
Correlation Coefficient
.304 Sig. 1-tailed
.001 N
101
Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara perfeksionis
self oriented
dengan manajemen konflik
cooperative
. Hal ini ditunjukan dengan skor korelasi antara perfeksionis
self oriented
dengan manajemen konflik
cooperative
yang menunjukan angka sebesar 0,208 dan skor signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 p0,05 yaitu
sebesar 0,019. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionis
self oriented
maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen konflik
cooperative
oleh individu dan sebaliknya. Pada hasil antara perfeksionis
other oriented
dengan manajemen konflik
controlling
diperoleh skor korelasi sebesar 0,185 dengan skor PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81 signifikansi sebesar 0,032. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan
positif signifikan antara perfeksionisme
other oriented
dengan manajemen konflik
controlling
. Dengan demikian, semakin tinggi perfeksionisme
other oriented
pada individu maka semakin tinggi pula tingkat penggunakan manajemen konflik
controlling
. Adanya hubungan positif yang signifikan juga tampak pada
perfeksionisme
socially precribed
dengan manajemen konflik
non confrontation
yang menunjukan angka korelasi sebesar 0,304 dan skor signifikansi sebesar 0,001. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi
perfeksionisme
socially precribed
maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen konflik
non confrontation.
D. PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil korelasi antara kedua variabel perfeksionisme dengan manajemen konflik pada
individu dewasa awal yang berpacaran. Pemilihan manajemen konflik dalam menangani konflik dalam hubungan pacaran pada dewasa awal dianggap
penting. Hal ini dikarenakan pada masa dewasa awal hubungan romantis merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perkembangan pada individu
82 dewasa awal. Baik atau buruknya kualitas hubungan yang dijalani oleh
individu dewasa awal sangat berpengaruh pada pencapaian pembentukan rasa identitas.
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa ada hubungan positif yang signifikan juga tampak pada perfeksionisme
socially precribed
dengan manajemen konflik
non confrontation
yang menunjukan angka korelasi sebesar 0,304 dan skor signifikansi sebesar 0,001. Hal tersebut menunjukan
bahwa semakin tinggi perfeksionisme
socially precribed
maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen konflik
non confrontation
pada individu. Sebaliknya semakin rendah perfeksionisme
socially prescribed
maka semakin rendah tingkat penggunaan manajemen konflik
non confrontation
. Burns 1983 mengungkapkan bahwa individu
socially prescribed perfectionism
memiliki kepercayaan untuk tidak boleh mengekspresikan perasaaan negatif atau perasaan cemas dan depresi karena mereka takut diejek
oleh orang lain, sehingga mereka cenderung untuk mengontrol emosi mereka dan memiliki pengungkapan emosi yang cenderung rendah Gordon, L. Flett.,
Paul, L. Hewitt., Tessa De Rosa, 1996. Hal ini akan membuat individu perfeksionisme
socially prescribed
cenderung untuk memanajemen konfliknya dengan gaya
non confrontation
. Orang yang menggunakan gaya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83 ini tidak pernah memperlihatkan kemarahan mereka dan cenderung untuk
mengendalikan emosi mereka sehingga terlihat tidak responsif dengan intensitas situasi, cepat setuju dengan orang lain untuk menghindari konflik,
dan mencoba untuk menghindari konfrontasi sebisa mungkin. Sebuah penelitian tentang kemampuan penyesuaiaan diri dan
kemampuan sosial pada perfeksionis menemukan bahwa
socially prescribed perfectionism
berasosiasi signifikan tinggi dengan perasaan sendiri, perasaan malusegan yang tinggi dan ketakutan akan evaluasi negatif, juga harga diri
sosial yang rendah. Hal ini membuat individu dengan
socially prescribed perfectionism
yang tinggi memiliki pola respon untuk mengantisipasi kritikan dari harapan orang lain yang tidak realistis dengan cara menarik diri
withdrawn
. Dalam hubungan pacaran mengekspresikan perasaan merupakan
bagian dari keintiman. Sebuah hubungan akan mencapai keintiman emosional manakala kedua pihak saling mengerti, terbuka, dan merasa bisa berbicara
mengenai apa pun juga tanpa merasa takut ditolak. Ketika individu tidak mampu untuk mengekspresikan perasaaannya maka hal tersebut akan
menimbulkan permasalahan pada hubungan pacaran mereka. Ketika individu yang menajalani hubungan pacaran memiliki manajemen konflik
non
84
confrontation
maka dimungkinkan hubungan yang dijalani menjadi kurang baik. Hal ini karena masalah yang terjadi tidak benar-benar terselesaikan. Hal
ini diperkuat oleh Beebe 1996 yang menyatakan bahwa individu dengan gaya manajemen konflik
non confrontation
ini selalu menyerah ketika berhadapan dengan konflik. Hal ini dikarenakan mereka merasa tidak nyaman
dengan adanya konflik sehingga mereka memilih untuk menyerah sebelum konflik meningkat Beebe, Steven A, dkk, 1996.
Pada hasil korelasi antara perfeksionisme
self oriented
dengan manajemen konflik
cooperative
menunjukan hasil korelasi sebesar 0,208 dan skor signifikansi sebesar 0,019 dengan p0,05. Hal tersebut menunjukan
bahwa semakin tinggi perfeksionisme
self oriented
maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen konflik
cooperative
oleh individu dan sebaliknya.
Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa perfeksionis
self oriented
yang dimiliki seseorang memiliki hubungan dengan manajemen konflik konstruktif yaitu manajemen konflik
cooperative
dalam menghadapi permasalahan di dalam hubungan pacaran mereka. Hal ini didukung oleh
Hewit dan Flett yang menyatakan bahwa perfeksionisme
self-oriented
memiliki potensi adaptif yang sehat, salah satunya adalah kemampuan sosial PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85 individu perfeksionis
self oriented
dalam hal mengerti pesan nonverbal orang lain dan kemampuan melibatkan orang lain dalam percakapan. Selain itu,
perfeksionisme
self oriented
juga memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri ketika menghadapi masalah. Hal ini dapat menjadi kemampuan yang
positif dalam penyelesaian konflik dengan pasangan. Konflik sesungguhnya dapat menguntungkan suatu hubungan ketika individu memanajemen konflik
yang ada dengan manajemen konflik konstruktif. Perfeksionisme
self oriented
juga memiliki kemampuan berfikir secara kostruktif dan memiliki kemampuan menyelesaikan masalah secara positif
Dunkley ,David. M., Kirk, R. Blankstein., Jennifer, Halsall., Meredith, Williams., Gary Winkworth, 2000. Hal ini membuat individu
perfeksionisme
self oriented
cenderung untuk menggunakan gaya
cooperative
dalam memanajemen konfliknya. Sehingga mereka cenderung berorientasi pada orang lain dalam menyelesaikan konflik yang ada dan tidak hanya
berfokus pada dirinya sendiri. Mereka juga cenderung berusaha untuk manjaga komunikasi tetap harmonis dan fokus pada kepentingan bersama
dalam menyelesaikan konflik dengan pasangannya. Hal ini dapat terjadi karena seseorang dengan perfeksionisme
self oriented
memiliki kemampuan menyesuaikan diri saat menghadapi masalah. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86 Selain itu, kamampuan belajar yang dimiliki oleh individu perfeksionisme
self oriented
membantu ia dalam membuat penilaian ketika menghadapi masalah sehingga dapat mencari solusi yang menguntungkan kedua belah pihak
dengan melihat berbagai pilihan solusi dalam memecahkan masalah. Hal ini juga juga diperkuat dengan pernyataan Pierce dkk 1997 bahwa individu
dengan perfeksionisme
self oriented
memiliki kemampuan dalam membangun dan mempertahankan hubungan Williams, Meredith, Gary W, 2000.
Dengan demikian, pengelolaan konflik dapat berjalan dengan baik sehingga dapat berpengaruh baik pada pengembangan pribadi dan membuat seseorang
lebih memahami diri sendiri dan orang lain Wood,2007. Hasil lain dari penelitian ini juga memperlihatkan bahwa ada
hubungan positif antara perfeksionisme interpersonal, yaitu
other oriented perfectionism
dengan manajemen konflik
controlling
. Penelitian ini menunjukan bahwa perfeksionisme interpersonal, yaitu perfeksionisme
other oriented
memiliki hubungan dengan manajemen konflik destruktif. Manajemen konflik yang destruktif dapat menyebabkan rusaknya suatu
hubungan Supratiknya, 1995. Hal ini juga didukung oleh sebuah penelitian yang menyatakan bahwa
other oriented perfectionism
juga berasosiasi dengan penyesuaian psikososial yang buruk Stoeber, Joachim, 2012.
87 Adanya penyesuaian psikososial yang buruk membuat individu
perfeksionis dikaitkan dengan berbagai perilaku interpersonal yang mungkin dapat mempengaruhi kualitas hubungan yang dibangun dan diperlihara oleh
individu perfeksionis Flett, Gordon L, 2003. Pada penelitian lainnya yang melibatkan 58 pasangan mahasiswa memberikan hasil bahwa individu yang
memiliki harapan-harapan perfeksionisme pada pasangan mereka memiliki kualitas hubungan yang rendah dibandingkan dengan individu yang tidak
memiliki harapan perfeksionis pada pasangannya Arcuri Anna, 2013. Adanya hubungan positif signifikan antara perfeksionisme
other oriented
dengan manajemen konflik
controlling
dengan skor signifikansi sebesar 0,032 dengan p0,05 menunjukan arti bahwa semakin tinggi
perfeksionis
other oriented
pada individu maka semakin tinggi pula tingkat penggunakan manajemen konflik
controlling
. Sebaliknya semakin rendah perfeksionis
other oriented
pada individu maka semakin rendah pula tingkat penggunakan manajemen konflik
controlling.
Individu dengan perfeksionisme
other oriented
akan cenderung untuk menuntut orang lain memenuhi standar-standarnya. Selain itu, ia juga
memiliki perhatian berlebihan terhadap kesalahan orang lain, dan mengevaluasi orang lain juga bereaksi berlebihan pada kegagalan orang lain
88 Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett., Wendy, Turnbull Donovan., Samuel, F.
Mikail, 1991. Hal ini membuat individu tersebut cenderung mengelola konflik mereka dengan gaya
controlling,
yaitu mendominasi orang lain dan membuat keputusan berdasarkan atas penilaiannya sendiri.
Keinginan untuk mengevaluasi orang lain dan bereaksi berlebihan pada kegagalan orang lain juga menyebabkan mereka umumnya
memanajemen konfliknya dengan berpatokan pada solusi yang membenarkan satu pihak dan membuat pihak lain salah
win-lose solution
. Hal ini akan membuat hubungan mereka menjadi bermasalah, seperti dinyatakan pada
sebuah penelitian yang melibatkan 116 mahasiswa ditemukan bahwa pacaran pada individu perfeksionisme memiliki tingkat kepuasan hubungan yang
rendah pada dirinya dan pasangannya. Hal ini juga menyebabkan tingkat komitmen yang rendah dalam hubungan pacaran mereka Stober, Joachim,
2012. Selain itu, adanya kekhawatiran terhadap evaluasi pada individu perfeksionis membuat dirinya memiliki masalah kepercayaan dan kepedulian,
Dunkley ,David.
M, 2000.
Other oriented
perfectionism
juga memperlihatkan tendensi yang stabil untuk menuntut orang lain dan
permusuhan pada orang lain. Hal ini membuat mereka memiliki keinginan untuk menang dalam suatu konflik dan hanya fokus pada dirinya sendiri
89 sehingga mereka mengabaikan perasaan ataupun pendapat dari orang lain
dalam menyelesaikan konflik yang ada. Orang dengan gaya manajemen konflik ini seringkali menyalahkan orang lain atau memilih mengabaikannya
daripada bertanggungjawab terhadap konflik Beebe, Steven A, dkk, 1996. Hal ini membuat tipe perfeksionisme
other oriented
memiliki banyak konflik dalam hubungan interpersonal Flett, Gordon. L., Paul, L. Hewitt., Brenley,
Shapiro., Jill Rayman, 2001. Adanya hal tersebut juga mempengaruhi penyesuaian diri dan dukungan yang rendah antar pasangan.
90
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dibahas tentang hubungan perfeksionisme dengan manajemen konflik pada dewasa awal yang menjalin
relasi romantis maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut : a.
Ada hubungan positif signifikan antara perfeksionisme
self oriented
dengan manajemen konflik
cooperative
. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionis
self oriented
maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen konflik
cooperative
oleh individu dan sebaliknya. b.
Adanya hubungan positif signifikan antara perfeksionisme
other oriented
dengan manajemen konflik
controlling.
Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionis
other oriented
pada individu maka semakin tinggi pula tingkat penggunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91 manajemen konflik
controlling
. Sebaliknya semakin rendah perfeksionis
other oriented
pada individu maka semakin rendah pula tingkat penggunakan manajemen konflik
controlling.
c. Adanya hubungan positif yang signifikan juga tampak pada
perfeksionisme
socially precribed
dengan manajemen konflik
non confrontation.
Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tinggi perfeksionisme
socially precribed
maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan manajemen konflik
non confrontation
pada individu. Sebaliknya semakin rendah perfeksionisme
socially prescribed
maka semakin rendah tingkat penggunaan manajemen konflik
non confrontation
.
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menyadari bahwa terdapat beberapa keterbatasan, yaitu dalam membuat skala manajemen konflik jumlah soal
yang diberikan terlalu banyak sehingga membuat subjek jenuh saat mengerjakannya. Hal ini juga menjadi hal yang sering kali dikeluhkan oleh
beberapa subjek dalam mengerjakan skala manajemen konflik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
C. Saran
1.
bagi penelitian yang akan datang :
a. Peneliti selanjutnya diharapkan untuk meneliti dengan berbagai
permasalahan yang
terkait dalam
hubungan pacaran
dengan perfeksionisme karena penelitian tentang perfeksionis dalam hubungan
pacaran di Indonesia masih sangat sedikit. b.
Dalam pembuatan skala sebaiknya para peneliti selanjutnya dapat memperhatikan jumlah item dalam pembuatan alat ukur supaya tidak
terlalu banyak. 2.
Bagi individu perfeksionis yang menjalin hubungan romantis a.
Individu yang memiliki kecenderungan perfeksionisme diharapkan untuk memperhatikan manajemen konflik yang digunakan dalam mengatasi
konflik yang ada dalam hubungannya dengan cara konstruktif sehingga hubungan tersebut dapat terjagaterjalin dengan baik.
93
DAFTAR PUSTAKA
Aditomo, Anindito., Sofia, Retnowati. 2004. Perfeksionisme, harga diri, dan kecenderungan depresi pada remaja akhir.
Jurnal Psikologi, 1,
1 – 14
A.M.P, Monks F.J., Knoers., Siti, Rahayu H. 1989.
Psikologi perkembangan : pengantar dalam berbagai bagiannya.
Yogyakarta, Gajah Mada University Press.
Arcuri, Anna. 2013. Dyadic perfectionism, communication patterns and relationship quality in couples.
Electronic Theses and Dissertations
. Aswar, Saifuddin. 2007. Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Chandra, Robby I. 1992.
Konflik dalam hidup sehari-hari.
Yogyakarta, Kanisius. Beebe, Steven. A., Susan J. Beebe., Mark V. Redmond. 1996. Interpersonal
communication : relating to others. Needham Height, Simon Schuster Company.
Braiker, H., Kelley, H. H. 1979. Conflict in the development of close relationships. In R. L. Burgess T. L. Huston Eds.,
Social exchange in developing relationships
. New York: Academic. Brandenberger, Amanda, J. 2001. Relationship conflict : the good and the ugly.
Advences in Communication Theory Research
. Cicchetti, Domenic V. 1994. Guidelines, Criteria, and Rules of Thumb for
Evaluating Normed and Standarduzed Assessment Instruments in Psychology.
Psychological Assessment, 6 4
, 284-290. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Detik news.
2011. Tingkat
Perceraian di
Indonesia Meningkat.
http:news.detik.comberita1696402tingkat-perceraian-di-indonesia- meningkat. Diakses 10 Februari 2017
. Dunkley, David M., Tobey, Mandel., Denise Ma. 2014. Perfectionism,
neuroticism, and daily stress reactivity and coping effectiveness 6 months and 3 years later.
Journal of Counseling Psychology
,
61
, 616 –633.
Dunkley ,David. M., Kirk, R. Blankstein., Jennifer, Halsall., Meredith, Williams., Gary Winkworth. 2000. The relation between perfectionism and distress :
daily stress. coping, and perceived social support as mediators and moderators.
Journal of Counseling Psychology. 47
, 437-453. Fellicia, F., Elvinawaty, R., Hartini, S. 2014. Kecenderungan pembelian
kompulsif: Peran perfeksionisme dan gaya hidup hedonisme.
Psikologia, 9
3, 103-112.
Flett, Gordon. L., Paul, L. Hewitt., Brenley, Shapiro., Jill Rayman. 2001. Perfectionism, beliefs, and adjustment in dating relationships.
Current Psychology : Development. 20
, 289-311. Fletcher, Garth, J., Geoff, Thomas., Jefry, A. Simpson. 2000. Ideals, perceptions,
and evaluatins in early relationship development.
Journal of Personality and Social Psychology, 79,
933-940. Fox, Anne. 2009.
Mengendalian konflik
. Surabaya, Selaras Surabaya Publishing. Gordon, L. Flett., Paul, L. Hewitt., Tessa De Rosa. 1996. Dimensions of
perfectionism, psychosocial adjustment, and social skills.
Personality Individual Differences, 20,
143-150. Ibrahim, Yuliani., Jamaluddin, Idris., Nasir, Usman. 2012. Manajemen konflik
dalam peningkatan Produktivitas di akademi kebidanan Muhammadiyah Banda aceh.
Jurnal Administrasi Pendidikan Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 1
, 70- 81. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95 John W Santrock. 2012.
Life-Span Development Perkembangan Masa-Hidup
. Jakarta, Erlangga.
John, W Santrock. 2003.
Adolescence Perkembangan Remaja
. Jakarta. Erlangga. Kurdek, Lawrence A. 1994. Conflict resolution styles in gay, lesbian, heterosexual
nonparent, and heterosexual perent couples.
Journal of Marriage and the Family
, 705-722. Mackinnon, Sean .P., Simon, B. Sherry., Martin, M. Antony., Sherry, H. Stewart.,
Dayna, L. Sherry., Nikola Hartling. 2012. Caught in a bad romance: perfectionism, conflict, and depression in romantic relationships.
Journal of Family Psychology. 26
, 215 –225.
Mee, Foo Fatt., Siti, Aishah Hassan., Maznah, Baba., Mansor, Abu Talib., Noor, Syamilah Zakaria. 2015. Relationship between Perfectionism and Marital
Satisfaction among Graduate Students.
International Journal of Education and Research.3.
Michelle, Haring., Paul, L. Hewitt. 2003. Perfectionism, coping, and quality of intimate relationships.
Journal of Marriage and Family, 65
, 143-158. Narimawati, Umi., Dan Munandar, Dadang. 2008. Teknik Sampling : Teori dan
prakik dengan SPSS 15. Yogyajakarta. Gava Media. Papalia, Diane, E., dkk. 2008.
Human Development Psikologi perkembangan.
Jakarta. Prenada Media group. Papilia, Diane. E., Sally Wendkos. O., Ruth, Duskin. F. 2009.
Human development : perkembangan manusia
. Jakarta, Salemba Humanika. Papalia, E. D. dan Feldman, R. T. 2014. Meyelami Perkembangan Manusia :
Experience Human Development
.
Jakarta. Salemba Humanika. Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett., Wendy, Turnbull Donovan., Samuel, F. Mikail.
1991. The multidimensional Perfectionism Scale : Reliability validity, and psychometric properties in psychiatric samples.
Journal of Consulting Clinical Psychology, 3,
464-468. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96 Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett. 1991. Perfectionism in the self and social
contexts: Conceptualization,
assessment, and
association with
psychopathology.
Journal of Personality and Social Psychology, 60
, 456-470. Paul, L. Hewitt., Goldon, L. Flett. 1991. Dimensions of perfectionism in unipolar
depression.
Journal of Abnormal Psychology
,
1,
98-101. Pranungsari, Dessy. 2010. Kecenderungan dan perfeksionisme pada anak gifted
dikelas ekselerasi.
Humanitas. 7
. Purwanto, E. A., dan Dyah, R. S. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif untuk
Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial. Gava Media. Yogyakarta. Santoso, Agung. 2010. Statistika untuk psikologi : dari blog menjadi buku.
Yogyakarta, Penerbit Universitas Sanata Dharma. Santrock, John W. 2011.
Perkembangan Anak Edisi 7 Jilid 2
. Terjemahan: Sarah Genis B Jakarta: Erlangga.
Sarwono Jonathan. 2006.
Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
. Yogyakarta, Graha Ilmu.
Sumanto. 2014.
Psikologi Perkembangan Fungsi dan Teori
. Jakarta, PT Buku Seru.
Supratiknya, A. 1995. Komunikasi antarprigooi. Yogyakarta, Kanisius. Supratiknya, A. 2014.
Pengukuran psikologi.
Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma
Stober, Joachim. 1998. The fost multidimensional perfectionism scale revisited : more perfectionism with four intead of six dimensions.
Personality and Individual Differences, 24 4
, 481-491. Stoeber, J. 2012. Dyadic perfectionism in romantic relationships: Predicting
relationship satisfaction and longterm commitment.
Personality and Individual Differences, 53
3, 300-305. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI