Baik, kita mulai dengan topik yang pertama tentang kesalahan wanita yang tak termaafkan. Ada nasihat seperti
ini, prajurit itu sama dengan istri, jika bersalah tidak termaafkan, memberi maaf pada istri itu merupakan
sesuatu yang keliru, hal itu akan menjadi preseden, dimana anak istri akan mengulang perbuatan yang
keliru itu. Jadi wanita harus selalu eling, karena berat bebannya.
Bagaimana pendapat Anda?
Konseli : Menceritakan pendapatnya tentang topik pertama.
Konselor : Selanjutnya yang kedua ada nasihat seperti ini :
Bahwa di dalam ajaran tata krama, orang berumah tangga hendaknya menurut kepada laki-laki, karena
laki-laki dalam ajaran itu dipersamakanlah dengan dewa.
Bagaimana pendapat Anda?
Konseli : Menjawab pertanyaan konselor
Konselor : Kita lanjutkan pada topik yang ketiga. Ada nasihat yang
mengatakan seperti ini : Anakku, ketahuilah, bukankah wanita itu menerima
segala kehendak suami, bahwa di dalam berumah tangga, pasrah pada kehendak suami, tidak memiliki
rasa sungkan, menurut kehendak suami, adalah sebuah keutamaan.
Bagaimana pendapat Anda?
Konseli : Menjawab pertanyaan konselor dengan menyampaikan
pendapatnya. Konselor :
Selanjutnya topik yang keempat, ada nasihat seperti ini : Gadis yang cantik-cantik, serahkanlah kepada suami,
demikian itu sifat, mengerti kehendak laki-laki, pasti memupuk cinta kasih, jika suami dibuat puas hatinya.
Jika wanita tidak merelakan, suaminya mempunyai selir, dan tidak suka dimadu, itu wanita tercela, tidak
tahu tata krama. Bagaimana pendapat Anda?
Konseli : Berpendapat tentang nasihat yang disampaikan konselor.
D. Metode Focus Group Discussion FGD
Pengumpulan data penelitian yang dilakukan saat ini menggunakan metode Focus Group Discussion FGD. FGD merupakan suatu metode
riset yang didefinisikan oleh Irwanto 1988:1 sebagai “suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang
sangat spesifik melalui diskusi kelompok” dalam Uzair Suhaimi: 2011. FGD termasuk proses pengumpulan informasi bukan melalui wawancara,
bukan perorangan, dan bukan pula diskusi bebas tanpa ada topik tertentu. Pertanyaan yang cocok untuk digunakan dalam FGD ini yaitu how dan
why. FGD ini membutuhkan perencanaan, upaya, dan sumberdaya seperti halnya penelitian lain. Penelitian ini akan mencari tahu bagaimana
resistensi perempuan Jawa terhadap nasihat tentang feminisme aristokrat yang diberikan oleh konselor.
E. Pembuatan Kode Cooding
Pembuatan kode perlu dilakukan dalam penelitian kualitatif setelah data telah diperoleh secara keseluruhan. Miles dan Huberman dalam
Ahmad, 2014: 209 mengemukakan pengertian kode adalah etiket atau label untuk menandai unit-unit makna pada informasi deskriptif atau
inferensial yang disetujui selama suatu kajian. Ahmad 2014: 209 menuliskan pengkodean data merupakan pekerjaan yang berat dari
penurunan tumpukan data mentah ke dalam tumpukan data yang dapat dikelola.
Pembuatan kode merupakan kegiatan teknis dalam proses pencatatan data guna untuk persiapan analisis data. Berikut tahapan
pencatatan dan pembuatan kode : 1.
Catatan Awal
Spradley dalam Ahmad, 2014: 220 menuliskan catatan awal merupakan pencatatan hasil pengumpulan data selama peneliti berada
di lapangan. Catatan ini biasa disebut sebagai catatan singkat yang merupakan catatan yang dibuat pada saat itu, pada saat peneliti
melakukan observasi atau wawancara. Catatan awal ini biasanya ditulis dalam kalimat yang tidak sempurna atau dengan menggunakan
singkatan tertentu yang hanya dipahami oleh peneliti sehingga terjadi ketidak lengkapan. Hal ini dilakukan karena peneliti mengejar
derasnya arus informasi yang diterima dari partisipan pada saat berlangsungnya observasi atau wawancara.
2. Catatan Lanjut
Menurut Spradley dalam Ahmad, 2014: 221 catatan lanjut merupakan catatan yang diperluas yaitu catatan yang dibuat sesegera
mungkin setelah peneliti meakukan observasi atau wawancara di lapangan. Kemudian dalam catatan lanjut ini peneliti harus
menyempurnakan catatan awal dengan cara membetulkan huruf-huruf
atau singkatan-singkatan yang digunakan supaya menjadi kalimat yang sempurna dan komunikatif. Penyempurnaan catatan awal dalam
catatan lanjut perlu peneliti lakukan pada saat peneliti telah meninggalkan tempat observasi atau wawancara sehingga dapat
dilakukan pembetulan catatan dengan tenang dan benar. 3.
Verbatim dan Pemberian Kode
Creswell dalam Ahmad, 2014: 223 mengungkapkan bahwa selama penghimpunan data di lapangan peneliti menghimpun teks atau
kata-kata melalui wawancara dengan para partisipan atau dengan menulis catatan lapangan selama observasi. Prosedur untuk
mendapatkan data yang paling lengkap adalah peneliti harus memiliki seluruh wawancara dan semua catatan lapangan yang ditranskripkan.
Transkripsi merupakan proses mengubah rekaman audiotape atau catatan lapangan ke dalam data teks. Peneliti menggunakan tape dan
komputer untuk mengubah data rekaman tape ke data teks atau menggunakan catatan tangan dahulu kemudian diubah menggunakan
komputer untuk menjadi data teks. Proses pemberian kode terhadap data informasi atau teks,
peneliti membuat transkrip wawancara atau catatan lapangan dengan mengetik atau mengkopi data dari catatan lanjut yang sudah diketik di
komputer. Format yang digunakan yaitu kolom nomer baris dan kolom data teks. Nomor baris menunjukkan tentang posisi kutipan