atau kanker otak, immobilitas emosional merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Sebagai contoh, keadaan stress berat dapat disebabkan
karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh
atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai, dan immobilitas sosial merupakan
keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan
sosial. Sebagai contoh pasien yang mengalami kecacatan pada anggota tubuhnya karena kecelakaan, dan pasien yang mengalami gangguan jiwa.
2.3. Efek dari Immobilisasi
Menurut Asmadi 2008 ada beberapa masalah yang dapat ditimbulkan akibat
immobilisasi fisik antara lain: Sistem integument immobilisasi yang lama dapat menyebabkan kerusakan
integritas kulit, seperti abrasi dan dekubitus. Hal tersebut disebabkan oleh karena pada immobilisasi terjadi gesekan, tekanan, jaringan bergeser satu dengan yang lain, dan
penurunan sirkulasi darah pada area yang tertekan, sehinggga terjadi iskemik pada jaringan yang tertekan. Kondisi yang ada dapat diperburuk lagi dengan adanya
infeksi, trauma, kegemukan, berkeringat, dan nutrisi yang buruk. Immobilitas merupakan faktor yang paling signifikan dalam kejadian luka tekan dekubitus
Yunita, 2007. Penelitian yang dilakukan Suriadi 2003 di salah satu Rumah Sakit di Pontianak juga menunjukkan bahwa immobilitas merupakan faktor yang signifikan
untuk perkembangan luka tekan dekubitus.
Universitas Sumatera Utara
Sistem kardiovaskular juga dipengaruhi oleh immobilisasi. Ada tiga
perubahan utama yaitu hipotensi ortostatik penurunan tekanan darah sistolik 25 mmHg dan diastolik 10 mmHg ketika klien bangun dari posisi berbaring atau duduk
ke posisi berdiri, peningkatan beban kerja jantung jika beban kerja jantung meningkat maka konsumsi oksigen juga meningkat. Jika immobilisasi meningkat
maka curah jantung menurun, penurunan efisiensi jantung yang lebih lanjut dan peningkatan beban kerja, dan pembentukan thrombus akumulasi trombosit, fibrin,
faktor - faktor pembekuan darah, dan elemen sel – sel darah yang menempel pada dinding bagian anterior vena atau arteri, kadang – kadang menutup lumen pembuluh
darah.
Sistem respirasi immobilisasi menyebabkan terjadinya perubahan sistem
pernapasan. Akibat immobilisasi, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme
terganggu. Terjadinya penurunan kadar hemoglobin dapat menyebabkan penurunan aliran oksigen dari alveoli ke jaringan, sehinggga mengakibatkan anemia. Penurunan
ekspansi paru dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh permukaan paru.
Sistem perkemihan immobilisasi menyebabkan perubahan pada eliminasi
urine. Dalam kondisi normal urine mengalir dari pelvis renal masuk ke ureter lalu ke bladder yang disebabkan adanya gaya gravitasi. Namun pada posisi terlentang, ginjal
dan ureter berada pada posisi yang sama sehingga urine tidak dapat melewati ureter dengan baik urine menjadi statis. Akibatnya urine banyak tersimpan dalam pelvis
renal. Kondisi ini berpotensi tinggi untuk menyebabkan terjadinya infeksi saluran kemih.
Universitas Sumatera Utara
Sistem muskuloskletal pengaruh immobilisasi pada sistem muskuloskletal
meliputi gangguan mobilisasi permanen. Immobilisasi mempengaruhi otot pasien, menyebabkan penurunan massa otot atropi otot sebagai akibat dari kecepatan
metabolisme yang turun dan kurangnya aktivitas sehingga mengakibatkan berkurangnya kekuatan otot sampai akhirnya memburuknya koordinasi pergerakan.
Pengaruh lain dari immobilisasi yang mempengaruhi sistem skeletal adalah gangguan metabolisme kalsium dan gangguan mobilisasi sendi.
Sistem neurosensoris dampak terhadap sistem neurosensoris tampak nyata
pada pasien immobilisasi yang dipasang gips akibat fraktur. Pemasangan gips pada ekstremitas dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan menimbulkan gangguan
syaraf pada bagian distal dari gips. Hal tersebut menyebabkan pasien tidak dapat menggerakkan bagian bagian anggota tubuh yang distal dari gips, mengeluh terjadi
sensasi yang berlebihan atau berkurang, dan timbul rasa nyeri yang hebat.
Perubahan perilaku immobilisasi menyebabkan respon emosional,
intelektual, sensori dan sosiokultural. Perubahan status emosional biasa terjadi bertahap. Perubahan emosional yang peling umum adalah perubahan perilaku sebagai
akibat immobilisasi, antara lain timbulnya rasa bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus tidur, menurunnya perhatian serta
kemampuan terhadap pemeliharaan kebersihan diri.
Universitas Sumatera Utara
3. FRAKTUR 3.1. Defenisi fraktur