f. Berani mengambil resiko
Berdasarkan hasil penelitian Pedagang Kaki Lima Oprokan berani mengambil resiko baik dalam bentuk uang maupun waktu. Kerugian
pedagang rugi itu harus siap ditanggung karena itu adalah resiko berjualan. Pedagang kaki lima mengalami kerugian berupa barang yang
dilarikan oleh pembeli. Pedagang kaki lima yang penting sudah berani mencoba dan berusaha perkara berhasil atau gagal itu dalah pengalaman
untuk keberhasilan selanjutnya. Hal itu didukung oleh pernyataan Bapak Heri. Berikut adalah wawancara dengan Bapak Heri 40 tahun :
“ untung itu tidak bisa dikira-kira mbak kan kadang sepi kadang rame, anu mbak namanya pedagang kaya gini itu gali lobang tutup
lobang, hari ini laku dapet duit, duit dipake lagi buat cari barang... ya Alhamdulillah dalam waktu sebulan saya bisa mengumpulkan
keuntungan bersih sekitar 1 juta sampai 2 juta mbak, untung saya tabung di Bank Bri saja mbak yang pajaknya murah...kalau
masalah rugi namanya bakul itu harus siap rugi, biasanya rugi barang mbak, ada yang utang ambil barang Cuma diambil separo
sisanya gak dibayar tapi bablas, terus juga kan namanya juga barang Cuma dioprokne colong jipuk pencurian itu sering
dilakukan oleh pihak-
pihak yang gak bertanggung jawab.” pada tanggal 15 september 2015.
Selain hal di atas, pedagang berani mengambil resiko dagang dengan mempercayai pembeli. Para pedagang kaki lima berani
mengambil resiko tidak mendapatkan untung bahkan rugi karena hal tersebut didorong adanya rasa percaya yang tinggi diantara mereka, demi
mendapatkan pelanggan dan tidak ingin kehilangan pelanggan. Kemudahan-kemudahan itu diberikan kepada pelanggan agar pelanggan
tidak kesulitan dalam memenuhi kebutuhan mereka. Berikut ini adalah
hasil wawancara dengan Pak Herman 40 tahun pedagang kaki lima pedagang oprokan :
“ iyo gowonen sek, banyak mbak yang hutang disini, tetapi ya saya percaya pasti akan segera dilunasi pembayarannya.
Karena mereka itu pelanggan kami, jadi karena rasa percaya saya kepada mereka justru malah pelanggan saya semakin
banyak...” wawancara pada tanggal 19 September 2015 Hal itu juga didukung oleh pembeli yang telah menjadi pelanggan
pedagang kaki lima oprokan di Pasar Klithikan Notoharjo. Berikut adalah wawancara Annas Harsoni 23 tahun salah satu pelanggan :
“ Saya sejak SMA menjadi pelanggan di Pasar Klithikan ini mbak, saya kenal betul mas ini pedagang oprokan yang menjual lampu
motor bekas dengan baik mbak, saya juga dapat hutangan. Saya beli lampu motor bekas original garansi pedagang 2 minggu,
Biasanya saya disuruh bawa lampunya dulu, bayarnya separo dulu. kalau lampunya 2 minggu sudah tidak rusak baru saya melunasi
pembayaran.” wawancara pada tanggal 15 September 2015.
Rasa percaya disini merupakan modal yang digunakan pedagang dan pembeli untuk mempermudah dan memberi pelayanan yang terbaik
kepada pelanggan. “perkewuh”malu itu adalah sikap yang menjadi
kontrol mereka dalam menjaga kepercayaan antara kedua belah pihak, jadi jika sudah terbentuk kesepakatan seperti itu, mereka akan tepat
waktu melunasi pembayaran. Pedagang menjalankan kegiatan berdagangnya dengan cara
memperhatikan kepuasan pelanggan tetapi juga mereka tidak lupa meningkatkan mutu dari barang dagangan dan mutu hubungan
kepercayaan antara penjual dengan pembeli. Sehingga hal itu membawa
dampak positif kepada pedagang karena mereka tidak lupa meninggalkan kewajiban moral yang baik sebagai pedagang yang baik dan berkualitas.
5. Bentuk Survival strategi Pedagang Kaki Lima setelah adanya Kebijakan