Pengaturan self assessment Self assessment

15 3 Siswa harus dilibatkan dalam penentuan kriteria penilaian. 4 Self assessment dapat digabungkan dengan peer assessment dan penilaian guru. 5 Self assessment dapat diintregasikan dalam pembelajaran atau merefleksikan kemajuan hasil belajar. 6 Siswa dapat diminta untuk memonitor kemajuan dalam mencapai suatu ke- terampilan berdasarkan kinerja penilaian. 7 Siswa memerlukan latihan dan bimbingan dalam mengembangkan kemampu- an self assessment. Lebih lanjut Zulrahman 2007 mengemukakan bahwa terdapat empat langkah dalam perencanaan dan penerapan self assessment agar efektif, yaitu: 1 Kriteria penilaian harus dikembangkan dan disampaikan pada partisipan. 2 Pelatihan perlu dilakukan untuk semua siswa 3 Hasil penilaian perlu dimonitor, apakah hasil penilaian dari self assessment observer telah memiliki kesamaan. 4 Mengidentifikasi hal-hal yang dapat menyebabkan perbedaan hasil peni- laian oleh self assessment dan observer, sehingga nantinya dapat diperba- iki atau dihindari.

3. Pengaturan self assessment

Agar pelaksanaan self assessment efektif, ada beberapa hal yang harus diperhati- kan, yaitu: a. Validitas dan reliabilitas self assessment Self assessment merupakan penilaian kinerja yang dilakukan oleh siswa itu sendi- ri. Menurut Winahyu Hartini, 2008, salah satu ciri dari penilaian kinerja adalah adanya ketergantungan terhadap pertimbangan manusia atau guru dalam menentu- kan skor terhadap penampilan siswa. Mengingat persepsi atau interpretasi seseo- 16 rang dalam mengamati kinerja seseorang dapat berbeda walaupun dilakukan pada tempat dan waktu yang sama, maka faktor subjektivitas dalam penilaian tidak da- pat dihindari. Perbedaan tersebut akan mengakibatkan validitas dan reliabilitas dari penilaian tersebut menjadi tidak valid dan reliabel. Furchan Hartini 2008 menyatakan bahwa validitas berhubungan dengan sejauh- mana suatu alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Di samping itu, kita harus mengetahui pula bahwa tingkat vali- ditas suatu alat atau teknik evaluasi sangat bergantung pada tujuan yang akan diu- kur atau dinilai. Self assessment dimana dalam pelaksanaannya menggunakan teknik observasi, validitasnya sangat bergantung pada kecakapan, pengertian, pe- ngetahuan dan sifat-sifat pengamat itu sendiri Purwanto, 2006. Dengan demiki- an, faktor yang harus diperhatikan untuk meningkatkan validitas penilaian adalah dengan teknik pembuatan skala, pemilihan penilai, pelatihan penilai dan penggu- naan lebih dari satu orang penilai. Reliabilitas dalam assessment didefinisikan oleh Fry, et al. Aprilianti, 2009 sebagai proses penilaian yang menimbulkan ha- sil yang sama, jika diulang kelompok yang sama dalam kesempatan yang sama dan dalam kesempatan lain atau jika diulang pada kelompok lain dengan siswa yang memiliki karakteristik yang sama. Menurut Winahyu Aprilianti, 2009, untuk mencapai kinerja yang konsisten dan reliabel, diperlukan upaya untuk me- minimalisasi adanya perbedaan. Self assessment berkaitan dengan reliabilitas penilai rater, bukan reliabilitas yang dinilai atau koefesien reliabilitas tes. Reliabilitas antar penilai memberi pe- tunjuk tentang kesepakatan dua orang penilai atau lebih dalam memberikan nilai 17 terhadap hasil pekerjaan yang sama Sapriati Hartini, 2008. Reliabilitas penilai adalah konsistensi skor yang diberikan seorang penilai untuk waktu yang berbeda dan konsistensi skor yang diberikan oleh dua orang penilai atau lebih yang inde- penden. Reliabilitas antar penilai menunjukkan bahwa skor siswa berbeda dari seorang penilai ke penilai lain. Menurut Herman Hartini, 2008, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan untuk memperoleh konsistensi skor dalam peng- ukuran hasil belajar siswa, yaitu sebagai berikut: 1 Adanya penetapan kriteria yang jelas sehingga para penilai mempunyai acuan dalam menentukan standar prestasi siswa. 2 Proses pengukuran hasil belajar tidak hanya dilakukan oleh satu orang. 3 Perlu adanya pemahaman yang seragam dari para penilai terhadap kriteria penilaian. 4 Perlu adanya konsensus terhadap makna yang terkandung dalam kriteria penilaian. Reliabilitas penilai biasanya meningkat jika ada beberapa penilai yang memberi- kan penilaian secara terpisah terhadap seorang individu. Penilaian-penilaian yang terpisah ini kemudian dikumpulkan atau dirata-ratakan guna memperoleh skor ter- akhir. Lie dan Agelique 2003 mengemukakan ada beberapa masalah yang ber- kaitan dengan validitas dan reliabilitas self assessment, yaitu: 1 Self over marking, terjadi ketika seseorang cenderung memberikan penilai- an yang lebih tinggi dibandingkan guru. 2 Jangkauan penilaian self assessment yang terlalu luas, sehingga guru harus menentukan nilai tengah untuk seluruh siswa. 3 Jangkauan penilaian yang terlalu pendek, ketika ini terjadi, maka guru akan mengalami kesulitan untuk membedakan mana unjuk kerja yang baik, rata-rata atau lemah. 18 Permasalahan yang tertera tersebut timbul karena siswa merasa kurang percaya di- ri ketika memberikan penilaian dan kurang berpengalaman untuk melakukan pe- nelitian Isaacs, 1999. Apabila teknik penilaian self assessment yang digunakan salah, maka hal itu akan mempengaruhi validitas dan reliabilitasnya. Pelatihan dan pemberian penjelasan secara bertahap tentang prosedur penilaian dapat me- ningkatkan validitas dan reliabilitas self assessment. Sebelum melaksanakan peni- laian kinerja dengan menggunakan teknik self assessment ini, guru harus menen- tukan kegiatan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, kompetensi atau as- pek kemampuan apa saja yang akan dinilai, menentukan prosedur penilaian yang akan dilaksanakan secara matang. Setelah itu, guru menjelaskan kepada siswa tentang maksud dan tujuan self assessment, bahwa penilaian ini sebagai umpan balik untuk meningkatkan keterampilan siswa. Setelah siswa memahami tujuan self assessment, lalu guru menjelaskan aturan mainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberitahukan aturan-aturan penilaian dan bentuk format penilai- annya. Selanjutnya, guru bersama siswa mengidentifikasi kriteria penilaian yang akan digunakan untuk didiskusikan disetujui. Salah satu cara untuk yakin bahwa siswa mengerti tentang apa yang harus mereka lakukan adalah dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan prak- tik dengan self assessment. Arikunto 2002 menyatakan bahwa tujuan dari pela- tihan ini adalah: 1 Mengetahui tingkat kepahaman instrumen. 2 Memperoleh pengalaman melaksanakan pengumpulan data. 3 Mengidentifikasi masalah yang mungkin dijumpai. 4 Mengetahui perkiraaan waktu pelaksanaan. 5 Merevisi dan memperjelas bahasa yang digunakan berdassarkan umpan balik yang diinginkan. 19 Setelah semua persiapan dirasakan cukup efektif, maka guru mempersiapkan daf- tar cek beserta kriteria penilaiannya, yang selanjutnya akan dilakukan penilaian kinerja dengan menggunakan self assessment. b. Penggunaan kriteria penilaian Berkenaan dengan permasalahan validitas dan reliabilitas, ketidaksesuaian atau penyalahgunaan kriteria juga dapat mengakibatkan ketidakvalidan penilaian. Sis- wa harus mengerti secara jelas dari apa yang akan mereka nilai dari pekerjaan me- reka sendiri. Salah satu cara untuk yakin bahwa siswa mengerti tentang apa yang harus mereka lakukan adalah dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan praktik self assessment dengan menggunakan kriteria penilaian. Kriteria penilaian ini akan membantu siswa dalam proses penilaian. Pada awalnya, krite- ria ini dibuat oleh guru, namun apabila siswa telah berpengalaman dalam proses penilaian ini, mereka dapat membuatnya sendiri. Race dalam Aprilianti 2009 mengemukakan bahwa: 1 Kriteria penilaian tersebut dibuat untuk menyeragamkan persepsi siswa 2 Kriteria dibuat secara sederhana dan memiliki daya objektivitas tinggi. 3 Guru harus mendiskusikan dan menjelaskan kriteria penilaian terlebih dahulu, hal ini untuk mencegah adanya kesalahpahaman di dalam interpretasi dari kri- teria. 4 Menggunakan prosedur keluhan dan review sehingga adanya diskusi dan per- debatan siswa tentang penilaian yang mereka lakukan dengan penilaian observer. 5 Memberikan feedback kepada siswa untuk mengkonfirmasi nilai mereka apa- kah valid dan sama dengan nilai observer atau tidak. 20 c. Formalitas penilaian Tingkat formalitas mengacu pada keadaan yang harus dipertanggungjawabkan da- ri hasil self assessment, bagaimana perluasannya dan bagaimana kedudukan self assessment dalam penentuan nilai hasil belajar siswa. 1 Digunakan dalam penilaian formatif, bukan penilaian sumatif Penilaian formatif bertujuan untuk memperoleh umpan balik dan difokuskan un- tuk peningkatan kemajuan belajar siswa. Penilaian ini lebih sering digunakan jika dibandingkan dengan penilaian sumatif yang semata-mata digunakan untuk peng- hitungan nilai akhir. Self assessment lebih sering ditujukan untuk penilaian for- matif. Andrade dan Du Aprilianti, 2009 menyatakan pengertian self assessment yang lebih menekankan pada penilaian formatif. Dalam penilaian ini siswa mere- fleksikan dan mengevaluasi hasil dan kualitas belajar, menilai ketercapaian tujuan atau kriteria yang ditetapkan, mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran, kemudian merevisinya. Sedangkan menurut Zulrahman 2007, self assessment dapat digunakan baik sebagai penilaian formatif maupun sumatif. Penerapan self assessment sebagai penilaian sumatif masih banyak menimbulkan perdebatan mengenai validitas dan realibilitasnya. Oleh karena itu, self assess- ment masih banyak digunakan sebagai penilaian formatif. Menurut Falchikov Lie dan Angelique, 2003, penilaian ini mendapatkan du- kungan dari siswa karena mereka mendapatkan manfaat langsung dari teknik pe- nilaian ini. Manfaatnya adalah selain siswa mempunyai kesempatan untuk mem- perbaiki kualitas pekerjaan mereka sebelum penentuan nilai akhir, guru juga men- 21 dapatkan manfaat dari menerima pekerjaan siswa dengan kualitas yang bagus dan menghilangkan rasa bosan dari sistem penilaian yang dilakukan sebelumnya. 2 Mendiskusikan hasil penilaian Guru tidak boleh mengesampingkan hasil self assessment, akan tetapi harus mengupayakan untuk menggunakan nilai ini sebagai suatu kesempatan untuk mendiskusikan tentang perbedaan penilaian dari siswa. Hal tersebut akan menye- lesaikan masa lah akibat dari “over significant outliers” yang merupakan suatu ke- adaan dimana siswa memberikan penilaian sesuai dengan keinginannya sendiri yang mengakibatkan perbedaan signifikan dari rata-rata penilaian yang mereka berikan atau penilaian dari observer Lie dan Angelique, 2003. Agar over significant outliers tidak terjadi, siswa harus mendiskusikan dengan guru dan observer mengapa mereka memilih untuk memberikan suatu penilaian tertentu. Diskusi seperti ini merupakan suatu kesempatan bagi guru untuk memberikan um- pan balik kepada siswa dan memperdalam proses berfikir siswa. Keterlibatan gu- ru sebagai pihak penengah menanamkan rasa tanggung jawab ke dalam diri siswa ketika melaksanakan proses penilaian ini, karena guru hadir untuk memastikan kewajaran dari penilaian yang diberikan siswa dan observer. Lebih penting lagi, dengan adanya pembahasan tentang penghitungan pemberian nilai, siswa dilibat- kan dalam berpikir kritis dan belajar untuk mempertanggung jawabkan hasil peni- laian mereka. 3 Mementingkan proses bukan hasil Menurut Sher dalam Lie dan Angelique 2003, pada bagian ini memberi tahu bahwa proses pemberian nilai merupakan salah satu hal yang sensitif, maka hal 22 yang terbaik dilakukan dengan tetap melibatkan guru dalam proses penentuan penilaian, walaupun siswa telah mempertanggungjawabkan penilaian tersebut. Satu hal yang lebih penting lagi, baik guru maupun siswa harus berusaha agar tetap berfokus pada proses penilaian, bukan pada hasil penilaian yang didapatkan. 4. Kelebihan dan kelemahan self assessment Beberapa kelebihan self assessment berdasarkan beberapa ahli Isaac, 1999; Burgess, 2001; Aprilianti, 2009 dapat dirangkum sebagai berikut: a. Membantu siswa menjadi lebih mandiri, bertanggung jawab dan merasa dilibatkan. b. Mendorong siswa untuk lebih kritis dalam menganalisa pekerjaan dan melihatnya lebih dari sekedar nilai. c. Membantu mengklarifikasi kriteria penilaian. d. Memberikan rentang yang lebih luas untuk feedback e. Mengurangi beban guru dalam menilai. f. Mendorong deep learning daripada surface learning. g. Menjadikan assessment sebagai bagian dari proses pembelajaran, sehingga kesalahan adalah suatu kesepakatan bukan kegagalan. Sementara itu, kekurangan self assessment menurut Ellington 1997 adalah: a. Kurangnya kemampuan siswa dalam mengevaluasi dan menilai diri sendiri. b. Siswa mungkin miskonsepsi apabila tanpa adanya intervensi dari guru. c. Siswa cenderung akan memberi penilaian yang lebih terhadap dirinya sendiri. d. Siswa belum berpengalaman dalam menilai dirinya sendiri. e. Siswa akan merasa khawatir, jika hasil self assessment diketahui oleh siswa lain. f. Kejujuran merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan self assessment. g. Karena objektifitas tinggi, maka sulit untuk diproses. Oleh karena itu, self assessment dapat digunakan untuk penilaian formatif, bukan sumatif.

5. Perbandingan self assessment dengan penilaian yang lain