PENERAPAN SELF ASSESSMENT UNTUK MENGUNGKAP KINERJA SISWA KELAS X 5 SMAN 5 BANDAR LAMPUNG DALAM PRAKTIKUM LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN SELF ASSESSMENT UNTUK MENGUNGKAP KINERJA SISWA KELAS X5 SMAN 5 BANDAR LAMPUNG DALAM

PRAKTIKUM LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Oleh

Ni Made Riya Noviantari

Berdasarkan hasil wawancara, penilaian kinerja praktikum belum pernah dilaku-kan oleh guru kimia kelas X SMAN 5 Bandar Lampung karena menuntut guru un-tuk mengobservasi setiap aktivitas siswa selama kegiatan praktikum berlangsung. Oleh karena itu, perlu dicari bentuk penilaian lain yang dapat menutupi keterba-tasan guru dalam mengobservasi setiap kinerja siswa, yang salah satu bentuknya adalah penilaian sendiri (self assesssment). Self assessment merupakan cara peni-laian hasil belajar yang berpusat pada siswa. Sehingga melalui self assessment ini, siswa diharapkan dapat menilai kinerjanya pada praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penerapan self assessment untuk meng-ungkap kinerja siswa kelas X5 SMAN 5 Bandar Lampung dalam praktikum larut-an elektrolit dlarut-an nonelektrolit, ylarut-ang secara khusus bertujularut-an untuk mengetahui kemampuan self assessment dalam mengungkap kinerja praktikum siswa, kemam-puan self assessment siswa, dan pelaksanaan self assessmnent siswa pada


(2)

prakti-Ni Made Riya Noviantari

kum larutan elektrolit dan nonelektrolit. Penelitian ini menggunakan metode des-kriptif dengan subjek penelitian siswa kelas X5 yang berjumlah 38 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa self assessment dapat mengungkap kiner-ja praktikum siswa karena adanya perbedaan penilaian oleh siswa dan observer yang relatif kecil, dengan kemampuan kinerja siswa yang terungkap yaitu: 81,6 % siswa dikategorikan sangat baik, 15,8% siswa dikategorikan baik, dan 2,6% sis-wa dikategorikan cukup. Kemampuan sissis-wa dalam melakukan self assessment yaitu: 65,8% siswa berkemampuan sangat baik; 26,3% siswa berkemampuan baik; 7,9% siswa memiliki kemampuan self assessment yang cukup. Pelaksanaan krite-ria ideal dalam tahapan self assessment yaitu: 86,8% siswa melaksanakan dengan sangat baik dan 13,2% siswa melaksanakan dengan baik. Pelaksanaan self assess-ment ini memerlukan alokasi waktu yang cukup lama.


(3)

PENERAPAN SELF ASSESSMENT UNTUK MENGUNGKAP KINERJA SISWA KELAS X5 SMAN 5 BANDAR LAMPUNG DALAM

PRAKTIKUM LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

Oleh

NI MADE RIYA NOVIANTARI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

PENERAPAN SELF ASSESSMENT UNTUK MENGUNGKAP KINERJA SISWA KELAS X5 SMAN 5 BANDAR LAMPUNG DALAM

PRAKTIKUM LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT

(Proposal)

Oleh

NI MADE RIYA NOVIANTARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2011


(5)

vii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara tujuan, proses, dan hasil belajar ... 8

2. Tahapan pelaksanaan dan evaluasi self assessment ... 13

3. Alat penguji daya hantar listrik ... 29

4. Alur penelitian ... 35

5. Aspek kinerja persiapan praktikum ... 44

6. Aspek kinerja pelaksanaan praktikum ... 45

7. Aspek kinerja kebersihan setelah praktikum ... 46

8. Persentase siswa berdasarkan kategori kemampuan self assessment .... 48

9. Kecenderungan hasil penilaian siswa terhadap hasil observer ... 49

10. Keterlaksanaan kriteria ideal pada tahap pemotivasian siswa ... 50

11. Keterlaksanaan kriteria ideal pada tahap pelatihan self assessment ... 51

12. Keterlaksanaan kriteria ideal pada tahap pelaksanaan self assessment .. 52


(6)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... vi DAFTAR GAMBAR ... vii I. PENDAHULUAN ... 1

A. ... Latar Belakang ... 1 B. ... Rum

usan Masalah ... 5 C. ... Tujua

n Penelitian ... 5 D. ... Manf

aat Penelitian ... 6 E.... Ruan

g Lingkup Penelitian ... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8 A. ... Penil

aian ... 8 B. ... Self


(7)

v C. ... Meto

de Praktikum ... 24 D. ... Penil

aian Kinerja ... 26 E.... Mate

ri Pembelajaran ... 28 III. METODE PENELITIAN ... 30 A. ... Suby

ek Penelitian ... 30 B. ... Data

Penelitian ... 30 C. ... Tekni

k Pengumpulan Data ... 31 D. ... Instru

men dan Validitas Instrumen Penelitian ... 31 E.... Alur

Penelitian ... 35 F. ... Prose

dur Penelitian ... 36 G. ... Tekni

k Pengolahan Data ... 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43 A. ... Hasil

... 43 1... Kem


(8)

vi 2.... Kem

ampuan Self Assessment Siswa ... 47

3... Keter laksanaan Tahapan Self Assessment ... 49

B. ... Pemb ahasan ... 57

1.... Kem ampuan Kinerja Siswa Yang Terungkap ... 57

2... Kem ampuan Self Assessment Siswa ... 62

3.... Keter laksanaan Tahapan Self Assessment ... 63

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 70

A. ... Simp ulan ... 70

B. ... Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN ... 74

1. Silabus ... 74

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 76

3. Lembar Kerja Siswa Pelatihan Self assessment ... 83

4. Lembar Self Assessment ... 87

5. Lembar Observer ... ... 88

6. Angket Keterlaksanaan Tahapan Self assessment ... 89

7. Kisi-Kisi Penilaian Kinerja ... 91

8. Lembar Pemberian Feedback ... 92

9. Data 1 (Kemampuan Kinerja Siswa)... 93

10. Data 2 (Keterlaksanaan Kriteria Kinerja Praktikum) ... 96

11. Data 3 (Kemampuan Self Assessment Siswa) ... 97

12. Data 4 (Angket Keterlaksanaan Kriteria Ideal Tahapan Self Assessment) 100 13. Foto Penelitian ... 102

14. Daftar Hadir Siswa ... 105

15. Surat Izin Penelitian ... 106


(9)

vi DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Perbandingan self assessment dengan assessment yang lain ... 23

2. Pilihan untuk mencatat penilaian kinerja ... 27 3. Perbandingan daya hantar listrik ... 29 4. Teknik pengumpulan data ... 31 5. Kriteria penilaian kinerja praktikum larutan elektrolit dan

nonelektrolit ... 32 6. Kriteria ideal pelaksanaan self assessment... 33 7. Skala kategori kemampuan kinerja siswa ... 39 8. Kemampuan kinerja siswa berdasarkan self assessment dan observer .... 43 9. Keterlaksanaan kriteria ideal tahapan self assessment ... 50


(10)

MOTTO

Imam lokam matrbhaktya pitrbhaktya tu madhymam,

gurucierusaya twewam brahmalokam samacnute

= Manawa Dharmacastra, II. 233 =

Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil

tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna.

> Einstein <

Hidup ini bukanlah perlombaan untuk menjadi ”kolektor”, tapi lebih

pada

orientasi menjadi seorang ”penderma”


(11)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ni Made Riya Noviantari NPM : 0743023037

Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan/Fakultas : Pendidikan MIPA/KIP

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi tidak terdapat karya yang telah di ajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Mei 2012 Yang menyatakan,

Ni Made Riya Noviantari NPM. 0743023037


(12)

i

PERSEMBAHAN

Atas segala asungkerte ware nugrahe Sang Hyang Widhi Wase . . . dengan segala kerendahan hati dan rasa sayang yang tulus

Kupersembahkan karya sederhanaku ini untuk :  Bapak dan Ibu tercinta…….

(Nyoman Mertheyasa S.Pd. dan Wayan Mertha Sari)

Terima kasih atas segala cinta kasih, doa, materi dan hidup yang indah ini, semoga Sang Hyang Widhi Wase berkenan membalas semua jasa dan pengorbanan Bapak dan Ibu selama ini.

Kakak dan adik-adikku tersayang……

(Ni Wayan Ike Puspa Martina S.P., Ni Nyoman Sujatining Manah, Ni Ketut Mega Sari Dewi, I Putu Fernanda Putra Adyasanam, dan I Nengah Pranatya Scorsad Swarga Lokananata)

Terima kasih atas segala sayang, doa dan canda tawa kalian, semoga kelak kita selalu bisa menjadi kebanggaan orang tua.

 Sahabat terkasihku……..

(I Ketut Tri Suwantike S.P.)

Terima kasih atas bantuan, semangat dan kebersamaan ini, semoga tali kasih yang ada akan selalu terjaga hingga akhir hayat

Sahabat-sahabat terbaikku ...


(13)

Judul Skripsi : PENERAPAN SELF ASSESSMENT UNTUK MENGUNGKAP KINERJA SISWA KELAS X5 SMAN 5 BANDAR LAMPUNG DALAM PRAKTIKUM LARUTAN ELEKTROLIT DANNONELEKTROLIT

Nama Mahasiswa : Ni Made Riya Noviantari Nomor Pokok Mahasiswa : 0743023037

Program Studi : Pendidikan Kimia Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Dra. Ila Rosilawati, M.Si Dra. Nina Kadaritna, M.Si NIP 196507171990032001 NIP 196004071985032003

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si. NIP 196710041993031004


(14)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Ila Rosilawati, M.Si ________________

Sekretaris: : Dra. Nina Kadaritna, M.Si ________________

Penguji

Bukan Pembimbing : Emmawaty Sofya, S.Si, M.Si ________________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sidorejo Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur, pada tanggal 8 November 1989, sebagai anak kedua dari enam bersaudara, dari pasangan Bapak Nyoman Mertheyasa S.Pd., dan Ibu Wayan Mertha Sari.

Penulis menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Aisyah Bustanul Alfa pada tahun 1995, Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Bauh Gunung Sari pada tahun 2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 2 Bandar Lam-pung pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Bandar Sribhawono pada tahun 2007.

Pada tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Unila melalui jalur non SPMB. Selama menjadi mahasiswa, penulis per-nah menjadi asisten pada praktikum Kimia Dasar 1. Penulis juga aktif dalam organisasi internal kampus, pernah menjadi anggota bidang Olahraga dan Seni Unit Kegiatan Mahasiswa Hindu Universitas Lampung tahun 2008 – 2009. Pe-nulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan ke Jakarta-Jogja-Bandung pada tahun 2009 dan telah menyelesaikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Tunas Harapan Bandar Lampung.


(16)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Hyang Widhi Wase, karena atas rahmat-Nya skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi dengan judul “Penerapan Self Assessment untuk Mengungkap Kinerja Sis-wa Kelas X5 SMAN 5 Bandar Lampung pada Praktikum Larutan Elektrolit dan

Nonelektrolit” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidik-an di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., sebagai Dekan FKIP Universitas

Lampung;

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan MIPA; 3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia sekaligus Pembimbing II atas kesedian dan keikhlasannya memberikan bim-bingan, saran dan kritik dalam proses penyusunan skripsi ini;

4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., sebagai Pembimbing I atas kesediaan dalam memberikan nasihat, motivasi dan bimbingannya untuk membantu penulis dalam mengatasi setiap masalah perkuliahan serta atas saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik;


(17)

iii 5. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si, M.Si., sebagai Pembahas atas segala

bimbingan, saran dan kritik yang diberikan dalam memperbaiki penulisan skripsi ini;

6. Seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan Kimia yang telah memberi-kan ilmu kepada penulis untuk menyongsong masa depan yang lebih baik; 7. Ibu Dra. Hj Silmiawati sebagai Guru Mitra dan murid-murid kelas X5

SMAN 5 Bandar Lampung atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian; 8. Nenekku tercinta (Wayan Mertha), bibi, paman, sepupu, dan seluruh keluarga

besar di Banjit, yang selalu memberikan motivasi dan nasihatnya;

9. Sahabat-sahabat terbaikku, Eti, Sulis, Rosa, Rosita, Mb’ Heni Isticharoh, Giri, dan Sinta yang selalu memberikan motivasi, do’a, canda tawa, dan

persahabatan yang takkan pernah lekang oleh waktu;

10.Teman-temanku, Nina, Agnes, Neli, Nana, Dian, Indri, Ratu, Iis, Elis, Pajar, Herdi, Aria, Maria, Ria, Devi, Siti, Adis, Gusti, Filda, Rohma, Nurani, Dini, Lista, Dasiun, Berti, Yayuk, Okta, Wuri, Ralek, Esti, Pus, Kiki, Vira, Mimi, Joni, dan Asep Nugroho, atas persaudaraan dan kekompakannya;

11.Teman-temanku di Asrama Raflesia II, Iim, Nino, Ani, Lina, Epi, Intan, dan Cici, atas persaudaraan dan canda tawanya selama ini;

12. Kakak-kakak dan adik-adik tingkat di P. Kimia angkatan 2006, 2008, 2009, 2010, dan 2011;

13. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, Svaha.


(18)

iv Penulis,


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dahar (1986) mengungkapkan bahwa hakekat IPA mencakup dua hal, yaitu IPA sebagai produk yang meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip IPA, serta IPA sebagai proses yang meliputi keterampilan dan sikap-sikap (sikap ilmiah) untuk memperoleh dan mengembangkan produk IPA. Hakekat IPA seba-gai proses ini sesuai dengan pengertian dari keterampilan proses sains (KPS). Il-mu kimia merupakan salah satu rumpun IPA yang menekankan proses keaktifan siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada di dalamnya.

Paradigma pendidikan yang berpusat pada siswa atau student centred menempat-kan siswa sebagai subyek pembelajaran, dan guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Salah satu pembelajaran kimia yang sesuai dengan hakekat IPA seba-gai proses salah satunya adalah melalui metode praktikum. Metode praktikum merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar kimia. Rustaman (2003) mengungkapkan bahwa kegiatan praktikum merupakan bagian integral dari pembelajaran sains. Melalui kegiatan praktikum, keterampilan pro-ses sains dapat dikembangkan dan digunakan, seperti kemampuan berpikir kritis dan keterampilan dasar praktikum siswa yang pada akhirnya akan tertanam sikap ilmiah dalam diri siswa.


(20)

2

Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dan me-nilai tingkat pencapaian kompetensi dan berhasil tidaknya proses pembelajaran, serta digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada dalam pro-ses pembelajaran. Penilaian ini mencakup tiga ranah, yaitu penilaian kognitif, psi-komotor, dan afektif. Salah satu bentuk penilaian psikomotor adalah penilaian yang dilakukan saat kegiatan praktikum berlangsung. Kegiatan praktikum meru-pakan salah satu bentuk proses pembelajaran yang terdiri dari beberapa komponen penilaian. Penilaian praktikum biasanya hanya terbatas pada penilaian hasil tes tertulis dan penilaian laporan kelompok maupun laporan individu yang merupa-kan produk dari praktikum (Lestari, 2008). Selain penilaian-penilaian tersebut, ada aspek lain yang menjadi penilaian dalam praktikum, yakni aspek proses be-rupa kinerja siswa (psikomotor) selama kegiatan praktik berlangsung yang dinilai dalam bentuk penilaian kinerja. Penilaian kinerja direkomendasikan sebagai peni-laian yang sesuai dengan hakekat sains yang mengutamakan proses dan produk yang menilai secara otentik kemampuan siswa dalam menerapkan konsep pada situasi nyata. (Rustaman, 2006).

Slavin (Diawati, 2010) menyatakan pengertian kinerja sebagai tes yang melibat-kan demonstrasi pengetahuan atau keterampilan yang aktual dalam kehidupan nyata. Penilaian kinerja merupakan tes yang digunakan untuk kompetensi yang berhubungan dengan praktik, misalnya praktik di laboratorium (Depdiknas, 2006). Selanjutnya, Stiggins (Diawati, 2010) menerangkan bahwa penilaian kinerja me-libatkan siswa dalam aktivitas yang menunjukkan keterampilan–keterampilan ter-tentu dan atau menciptakan produk yang spesifik. Penilaian kinerja ini dapat


(21)

3

melihat kemampuan siswa selama proses pembelajaran tanpa harus menunggu hingga proses tersebut berakhir.

Guru mempunyai batasan dalam menilai kinerja siswanya (Boud, 1995). Fakta-nya, penilaian kinerja praktikum jarang dilakukan oleh guru karena menuntut guru untuk mengobservasi setiap aktivitas siswa selama kegiatan praktikum ber-langsung. Selain itu, perbandingan antara jumlah guru dan siswa yang tidak seim-bang, menyebabkan luputnya perhatian guru terhadap kinerja siswa yang muncul. Hal ini tentu saja sangat memberatkan tugas guru sebagai penilai dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dicari bentuk penilaian lain yang dapat me-nutupi keterbatasan guru, yang salah satu bentuknya adalah penilaian sendiri (self assessment). Self assessment merupakan cara penilaian hasil belajar yang berpu-sat pada siswa (Zulharman, 2000). Dengan kata lain, self assessment merupakan salah satu keterlibatan siswa dalam proses penilaian yang hasilnya selain dapat memberikan umpan balik untuk perbaikan belajar juga membantu guru untuk me-ngetahui kesulitan belajar siswa dan kemajuan belajarnya.

Sebagian besar materi kimia dibelajarkan melalui metode praktikum. Materi elek-trolit dan nonelekelek-trolit merupakan salah satunya. Di dalam prosesnya tentu terda-pat berbagai aspek kinerja laboratorium yang daterda-pat dikembangkan siswa, seperti aspek persiapan praktikum, pelaksanaan praktikum, dan kebersihan setelah prakti-kum. Lebih luas, setiap aspek kinerja dapat diuraikan ke dalam beberapa kriteria penilaian kinerja. Kriteria kinerja siswa yang muncul saat praktikum dapat ter-ungkap dan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja yang tepat.


(22)

4

Hasil penelitian Rolheiser dan Ross (2003) mengenai penggunaan self assessment sebagai salah satu alternatif assessment, menunjukan bahwa self assessment mam-pu memberikan informasi mengenai kemammam-puan secara menyeluruh, membuat siswa belajar lebih banyak, menyediakan informasi mengenai kekurangan siswa, dan membuat siswa lebih memperhatikan aspek penilaian. Race (2005) mengung-kapkan bahwa self assessment penting dilakukan siswa agar siswa mempelajari kualitas suatu kerja yang baik, bagaimana menilai hasil belajar mereka sendiri berdasarkan standar yang telah ditentukan, belajar merevisi kembali pekerjaan mereka sendiri dan kemudian menilai kerja mereka yang bertujuan untuk menca-pai keberhasilan dalam belajar. Wenzel (Aprilianti, 2009) menyatakan bahwa pe-nerapan self assessment mampu mengembangkan sikap jujur, kritis, objektif, dan berpikir kritis siswa. Selanjutnya, hasil penelitian Lestari (2008) menyatakan bah-wa penerapan self assessment dapat mengungkap kinerja siswa SMA pada prakti-kum uji urin. Penelitian serupa oleh Aprilianti (2009) menyatakan bahwa self assessment dapat diterapkan untuk menilai laporan siswa SMA pada praktikum penjernihan air.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap salah seorang guru kimia SMAN 5 Bandar Lampung, metode praktikum telah dilakukan di sekolah ini, namun penilaian praktikumnya hanya terbatas berupa penilaian produk. Sedangkan penilaian kinerja siswa saat praktikum tidak pernah dilakukan oleh guru. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka dirasa perlu untuk mengadakan penelitian mengenai penerapan self assessment untuk mengungkap kinerja siswa kelas X5 SMAN 5 Bandar Lampung dalam praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit.


(23)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan ma-salah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan self assessment untuk mengungkap kemampuan kinerja siswa dalam kegiatan praktikum larutan

elektro-lit dan nonelektroelektro-lit?”

Rumusan masalah ini dapat dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah self assessment dapat mengungkap kinerja siswa pada praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit?

2. Bagaimanakah kemampuan self assessment siswa pada praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit?

3. Bagaimanakah pelaksanaan self assessmnent siswa pada praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan self assessment untuk mengungkap kinerja siswa kelas X5 SMAN 5 Bandar Lampung dalam praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit.

Secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Kemampuan self assessment dalam mengungkap kinerja siswa pada praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit.

2. Kemampuan self assessment siswa pada praktikum larutan elektrolit dan non-elektrolit.


(24)

6

3. Pelaksanaan self assessmnent siswa pada praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Bagi siswa

a. Melatih siswa untuk menilai secara objektif.

b. Melatih kepercayaan diri siswa dalam menilai dirinya sendiri.

c. Memperoleh umpan balik sehingga siswa dapat meningkatkan kinerjanya dalam kegiatan praktikum selanjutnya.

2. Bagi guru

a. Mempermudah guru dalam proses penilaian terhadap siswa. b. Sebagai cara alternatif dalam kegiatan penilaian.

c. Mengetahui penerapan self assessment pada proses penilaian kinerja siswa dalam kegiatan praktikum.

3. Bagi peneliti lain

a. Sebagai informasi mengenai kelebihan dan kekurangan self assessment da-lam pembelajaran.

b. Memberikan gambaran mengenai pelaksanaan self assessment untuk mengungkap kinerja siswa.


(25)

7

E. Ruang Lingkup

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan penafsiran yang berbeda-beda terhadap masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Self assessment merupakan bentuk penilaian yang melibatkan siswa untuk menilai kinerja mereka sendiri.

2. Kinerja merupakan kemampuan kerja siswa dalam pelaksanaan praktikum. 3. Praktikum adalah suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik

bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian, Prinsip dan Tujuan Penilaian

Proses belajar mengajar mengandung tiga unsur, yaitu tujuan pembelajaran, pro-ses pembelajaran dan hasil belajar. Hubungan timbal balik antara tiga unsur ter-sebut digambarkan dalam bagan berikut ini:

a c

b

Gambar 1. Hubungan antara tujuan, proses, dan hasil belajar (Munaf, 2001)

Munaf (2001) menyatakan bahwa kegiatan penilaian dinyatakan oleh garis c yang merupakan kegiatan untuk melihat sejauhmana tujuan pengajaran telah dapat di-kuasai para siswa dalam bentuk hasil belajar. Kemudian ia mengungkapkan bah-wa penilaian adalah suatu proses yang sistematis dalam memberikan pertimbang-an mengenai nilai dpertimbang-an arti dari sesuatu. Irypertimbang-anti (2004) mengemukakpertimbang-an bahwa pe-nilaian adalah penafsiran hasil pengukuran dan penentuan pencapaian hasil

Tujuan Pembelajaran

Hasil Belajar Proses


(27)

9 belajar. Sedangkan pengertian penilaian menurut Depdiknas (2004) adalah seba-gai berikut:

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan be-ragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauhmana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) siswa. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau hasil belajar seorang siswa.

Jadi, penilaian adalah suatu kegiatan pengukuran, kuatifikasi, dan penetapan mutu pengetahuan siswa secara menyeluruh. Dalam pengertian ini, diisyaratkan bahwa penilaian harus terintregasi dalam pembelajaran dan memiliki beragam bentuk.

Ciri penilaian menurut Sudjana (2005) adalah adanya objek atau program yang di-nilai dan adanya kriteria sebagai dasar untuk membandingkan antara kenyataan berdasarkan kriteria. Perbandingan tersebut dapat bersifat mutlak artinya hasil perbandingan tersebut menggambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari kri-teria yang berlaku. Sedangkan perbandingan bersifat relatif, artinya hasil perban-dingan lebih menggambarkan posisi suatu objek lainnya dengan bersumber pada kriteria yang sama. Selanjutnya Sudjana (2005) menyebutkan bahwa tujuan dari penilaian adalah:

1. Mendeskripsikan kecakapan belajar pada siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.

2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.

3. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal progam pendidikan dan pengajaran serta stra-tegi pelaksanaannya.

4. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah ke-pada pihak-pihak yang berkepentingan.


(28)

10 Oleh karena itu, penggunaan jenis penilaian yang tepat akan menentukan keberha-silan dalam memperoleh informasi yang berkenaan dengan proses pembelajaran.

Senada dengan pernyataan Sudjana, Iryanti (2004) mengemukakan bahwa penilai-an ypenilai-ang dilakukpenilai-an terhadap siswa mempunyai tujupenilai-an penilai-antara lain:

1. Mengetahui tingkat pencapaian siswa.

2. Mengukur pertumbuhan dan perkembangan kemajuan siswa. 3. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa.

4. Mengetahui hasil pembelajaran. 5. Mengetahui pencapaian kurikulum. 6. Mendorong siswa untuk belajar.

7. Umpan balik untuk guru supaya dapat mengajar lebih baik lagi.

Untuk dapat melakukan penilaian secara efektif diperlukan latihan dan penguasa-an teori-teori ypenguasa-ang relevpenguasa-an dengpenguasa-an tujupenguasa-an dari proses belajar mengajar sebagai bagian yang tidak terlepas dari kegiatan pendidikan sebagai suatu sistem. Oleh karena itu, sebelumnya kita harus mengetahui prinsip penilaian sebagai dasar dalam pelaksanaan penilaian. Purwanto (2006) mengemukakan bahwa prinsip penilaian adalah sebagai berikut:

1. Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif 2. Harus dibedakan antara penskoran dan penilaian.

3. Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan adanya dua macam patokan, yaitu pemberian yang norm-referenced dan criterion referenced. 4. Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari

proses belajar mengajar.

5. Penilaian harus bersifat komparabel, yang artinya setelah tahap pengukur-an ypengukur-ang menghasilkpengukur-an pengukur-angka-pengukur-angka itu dilakspengukur-anakpengukur-an, prestasi-prestasi yang menduduki skor yang sama harus memiliki nilai yang sama pula.


(29)

11 B. Self assessment

1. Pengertian, tujuan dan manfaat self assessment

Perubahan paradigma pendidikan dari teacher centered ke arah student centered tidak hanya membawa dampak terhadap metode dan aktivitas belajar, akan tetapi juga terhadap cara penilaian hasil belajar. Self assessment merupakan cara peni-laian hasil belajar yang berpusat pada siswa. Boud (Zulrahman, 2007) mengung-kapkan bahwa self assessment adalah keterlibatan siswa dalam mengidentifikasi kriteria atau standar untuk diterapkan dalam pembelajaran dan membuat keputus-an mengenai pencapaikeputus-an kriteria dkeputus-an stkeputus-andar tersebut.

Burgess (2009) mengungkapkan bahwa self assessment merupakan penilaian yang melibatkan siswa untuk memonitor dan menilai tentang belajarnya. Mowl

(Wulandari, 2009) mengungkapkan bahwa self assessment merupakan bentuk pe-nilaian inovatif yang mendukung pembelajaran siswa. Race (2001) mengungkap-kan bahwa proses keterlibatan siswa dalam penilaian merupamengungkap-kan hal yang penting dikarenakan secara alami siswa sudah dapat melakukan self assessment. Penilaian guru tidak cukup valid, reliabel, dan transparan untuk memperdalam pengalaman dalam belajar siswa, membiasakan siswa menilai, melatih siswa menjadi pembela-jar mandiri, melatih siswa menjadi lifelong learner, dan membantu siswa mem-peroleh feedback dari hasil pembelajaran yang lebih banyak.

Menurut Johnson dan Johnson (Wulandari, 2009) tujuan dari assessment yaitu bisa digunakan untuk mendiagnosa tingkat kemampuan dan keterampilan siswa pada saat ini, sekaligus memonitor pencapaian tujuan pembelajaran, serta self assessment bisa digunakan untuk menilai 4 area utama, yaitu pengetahuan,


(30)

kete-12 rampilan, nilai dan sikap. Namun, biasanya self assessment jarang dipakai seba-gai bahan pertimbangan untuk memutuskan nilai akhir dari hasil belajar siswa me-lainkan lebih sebagai analisa progress. Gordon (Aprilianti, 2009) mengungkap-kan bahwa ketika self assessment menjadi bagian dari pembelajaran di kelas, guru dan siswa menjadi rekan kerja dalam proses pembelajaran. Kerjasama antara guru dan siswa adalah kunci keberhasilan teknik self assessment di dalam kelas, se-hingga kadang-kadang tertuju sebagai bentuk penilaian kolaboratif.

Brady dan Kennedy (Tadjuddin, 2005) mengungkapkan bahwa self assessment dapat membawa manfaat lain untuk murid dan guru, antara lain:

a. Memungkinkan murid untuk membangun pengertian yang lebih menyeluruh tentang kelebihan dan kekurangan mereka sendiri.

b. Menerima tanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri, baik di dalam ataupun di luar sekolah.

c. Melihat diri mereka sebagai bagian aktif dari proses pembelajaran.

d. Membantu murid membangun pengertian diri yang lebih dalam merefleksikan apa yang mereka ketahui.

e. Memotivasi murid dalam menyelesaikan pekerjaan yang mereka anggap me-miliki arti.

2. Pelaksanaan self assessment

Pada pelaksanaan self assessment memiliki beberapa tahapan. Menurut Falchikov (Aprilianti, 2009) prosedur pelaksanaan self assessment meliputi empat tahap yaitu persiapan, implementasi, follow-up dan replikasi. Tahapan-tahapan tersebut disajikan pada Gambar 1.


(31)

13

Falchikov (Aprilianti, 2009) Gambar 2. Tahapan pelaksanaan dan evaluasi self assessment

a. Persiapan

Tahap ini diawali dengan pembuatan desain pembelajaran, kemudian desain terse-but disampaikan kepada siswa agar siswa memahami hal-hal yang harus dilaku-kan pada pembelajaran. Pemotivasian siswa dilakudilaku-kan agar siswa dapat

menge-Feedback dikumpulkan menggunakan instrumen yang telah distandarisasi Feedback dianalisa Identifikasi masalah Modifikasi dibuat jika diperlukan Latihan kelompok di ulang

Implementasis Follow up dan

evaluasi Replikasi Persiapan Mempelajari rancangan dengan seksama Rasionalisasi penyampaian ilmu kepada siswa Instruksi yang berhubungan dengan ke-seluruhan tahap, termasuk meka-nisme ketidak-cocokkan Identifikasi kriteria oleh siswa Check list disediakan dengan daftar kriteria Check list digunakan siswa untuk menilai kinerja mereka Pemberian feedback Keputusan penilaian dibenarkan oleh siswa Mempelajari rancangan dengan seksama Ketidakcocokan dipecahkan menggunakan mekanisme kesepakatan


(32)

14 tahui tujuan dan manfaat pelaksanaan self assessment (Lie dan Angelique, 2003). Kriteria penilaian ini harus didiskusikan terlebih dahulu dengan siswa. Dengan adanya diskusi kriteria, siswa merasa menjadi bagian dalam suatu penilaian dan akan lebih memahami maksud kriteria penilaian jika kriteria tersebut dikembang-kan oleh siswa sendiri (Bostock, 2000). Sebagian besar siswa tidak cukup berpe-ngalaman dalam penilaian.

b. Implementasi

Falchikov (Aprilianti, 2009) mengungkapkan pada tahap implementasi, kriteria penilaian yang telah disepakati digunakan untuk menilai diri sendiri. Komunikasi hasil penilaian juga penting dilaksanakan sebagai perbaikan pada pembelajaran selanjutnya.

c. Follow-up dan Evaluasi

Feedback diperoleh dari hasil penilaian self assessment. Feedback tersebut di-analisis untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi pada pelaksanaan self assessment.

d. Replikasi

Falchikov (Aprilianti, 2009) menyatakan bahwa siswa akan terbiasa dalam me-lakukan self assessment jika proses ini dilakukan secara berkelanjutan. Menurut Spiller (Lestari, 2009) proses pelaksanaan self assessment harus mencakup: 1) Penjelasan tujuan dan prosedur self assessment.

2) Memberikan penghargaan terhadap hasil self assessment tanpa ada rasa takut pada siswa akan terungkapnya hasil penilaian tersebut yang dapat digunakan untuk melawan mereka.


(33)

15 3) Siswa harus dilibatkan dalam penentuan kriteria penilaian.

4) Self assessment dapat digabungkan dengan peer assessment dan penilaian guru.

5) Self assessment dapat diintregasikan dalam pembelajaran atau merefleksikan kemajuan hasil belajar.

6) Siswa dapat diminta untuk memonitor kemajuan dalam mencapai suatu ke-terampilan berdasarkan kinerja penilaian.

7) Siswa memerlukan latihan dan bimbingan dalam mengembangkan kemampu-an self assessment.

Lebih lanjut Zulrahman (2007) mengemukakan bahwa terdapat empat langkah dalam perencanaan dan penerapan self assessment agar efektif, yaitu:

1) Kriteria penilaian harus dikembangkan dan disampaikan pada partisipan. 2) Pelatihan perlu dilakukan untuk semua siswa

3) Hasil penilaian perlu dimonitor, apakah hasil penilaian dari self assessment observer telah memiliki kesamaan.

4) Mengidentifikasi hal-hal yang dapat menyebabkan perbedaan hasil peni-laian oleh self assessment dan observer, sehingga nantinya dapat diperba-iki atau dihindari.

3. Pengaturan self assessment

Agar pelaksanaan self assessment efektif, ada beberapa hal yang harus diperhati-kan, yaitu:

a. Validitas dan reliabilitas self assessment

Self assessment merupakan penilaian kinerja yang dilakukan oleh siswa itu sendi-ri. Menurut Winahyu (Hartini, 2008), salah satu ciri dari penilaian kinerja adalah adanya ketergantungan terhadap pertimbangan manusia atau guru dalam menentu-kan skor terhadap penampilan siswa. Mengingat persepsi atau interpretasi


(34)

seseo-16 rang dalam mengamati kinerja seseorang dapat berbeda walaupun dilakukan pada tempat dan waktu yang sama, maka faktor subjektivitas dalam penilaian tidak da-pat dihindari. Perbedaan tersebut akan mengakibatkan validitas dan reliabilitas dari penilaian tersebut menjadi tidak valid dan reliabel.

Furchan (Hartini 2008) menyatakan bahwa validitas berhubungan dengan sejauh-mana suatu alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Di samping itu, kita harus mengetahui pula bahwa tingkat vali-ditas suatu alat atau teknik evaluasi sangat bergantung pada tujuan yang akan diu-kur atau dinilai. Self assessment dimana dalam pelaksanaannya menggunakan teknik observasi, validitasnya sangat bergantung pada kecakapan, pengertian, pe-ngetahuan dan sifat-sifat pengamat itu sendiri (Purwanto, 2006). Dengan demiki-an, faktor yang harus diperhatikan untuk meningkatkan validitas penilaian adalah dengan teknik pembuatan skala, pemilihan penilai, pelatihan penilai dan penggu-naan lebih dari satu orang penilai. Reliabilitas dalam assessment didefinisikan oleh Fry, et al. (Aprilianti, 2009) sebagai proses penilaian yang menimbulkan ha-sil yang sama, jika diulang kelompok yang sama dalam kesempatan yang sama dan dalam kesempatan lain atau jika diulang pada kelompok lain dengan siswa yang memiliki karakteristik yang sama. Menurut Winahyu (Aprilianti, 2009), untuk mencapai kinerja yang konsisten dan reliabel, diperlukan upaya untuk me-minimalisasi adanya perbedaan.

Self assessment berkaitan dengan reliabilitas penilai (rater), bukan reliabilitas yang dinilai atau koefesien reliabilitas tes. Reliabilitas antar penilai memberi pe-tunjuk tentang kesepakatan dua orang penilai atau lebih dalam memberikan nilai


(35)

17 terhadap hasil pekerjaan yang sama Sapriati (Hartini, 2008). Reliabilitas penilai adalah konsistensi skor yang diberikan seorang penilai untuk waktu yang berbeda dan konsistensi skor yang diberikan oleh dua orang penilai atau lebih yang inde-penden. Reliabilitas antar penilai menunjukkan bahwa skor siswa berbeda dari seorang penilai ke penilai lain. Menurut Herman (Hartini, 2008), ada beberapa syarat yang harus diperhatikan untuk memperoleh konsistensi skor dalam peng-ukuran hasil belajar siswa, yaitu sebagai berikut:

1) Adanya penetapan kriteria yang jelas sehingga para penilai mempunyai acuan dalam menentukan standar prestasi siswa.

2) Proses pengukuran hasil belajar tidak hanya dilakukan oleh satu orang. 3) Perlu adanya pemahaman yang seragam dari para penilai terhadap kriteria

penilaian.

4) Perlu adanya konsensus terhadap makna yang terkandung dalam kriteria penilaian.

Reliabilitas penilai biasanya meningkat jika ada beberapa penilai yang memberi-kan penilaian secara terpisah terhadap seorang individu. Penilaian-penilaian yang terpisah ini kemudian dikumpulkan atau dirata-ratakan guna memperoleh skor ter-akhir. Lie dan Agelique (2003) mengemukakan ada beberapa masalah yang ber-kaitan dengan validitas dan reliabilitas self assessment, yaitu:

1) Self over marking, terjadi ketika seseorang cenderung memberikan penilai-an ypenilai-ang lebih tinggi dibpenilai-andingkpenilai-an guru.

2) Jangkauan penilaian self assessment yang terlalu luas, sehingga guru harus menentukan nilai tengah untuk seluruh siswa.

3) Jangkauan penilaian yang terlalu pendek, ketika ini terjadi, maka guru akan mengalami kesulitan untuk membedakan mana unjuk kerja yang baik, rata-rata atau lemah.


(36)

18 Permasalahan yang tertera tersebut timbul karena siswa merasa kurang percaya di-ri ketika membedi-rikan penilaian dan kurang berpengalaman untuk melakukan pe-nelitian (Isaacs, 1999). Apabila teknik penilaian self assessment yang digunakan salah, maka hal itu akan mempengaruhi validitas dan reliabilitasnya. Pelatihan dan pemberian penjelasan secara bertahap tentang prosedur penilaian dapat me-ningkatkan validitas dan reliabilitas self assessment. Sebelum melaksanakan peni-laian kinerja dengan menggunakan teknik self assessment ini, guru harus menen-tukan kegiatan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, kompetensi atau as-pek kemampuan apa saja yang akan dinilai, menentukan prosedur penilaian yang akan dilaksanakan secara matang. Setelah itu, guru menjelaskan kepada siswa tentang maksud dan tujuan self assessment, bahwa penilaian ini sebagai umpan balik untuk meningkatkan keterampilan siswa. Setelah siswa memahami tujuan self assessment, lalu guru menjelaskan aturan mainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberitahukan aturan-aturan penilaian dan bentuk format penilai-annya. Selanjutnya, guru bersama siswa mengidentifikasi kriteria penilaian yang akan digunakan untuk didiskusikan/ disetujui.

Salah satu cara untuk yakin bahwa siswa mengerti tentang apa yang harus mereka lakukan adalah dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan prak-tik dengan self assessment. Arikunto (2002) menyatakan bahwa tujuan dari pela-tihan ini adalah:

1) Mengetahui tingkat kepahaman instrumen.

2) Memperoleh pengalaman melaksanakan pengumpulan data. 3) Mengidentifikasi masalah yang mungkin dijumpai.

4) Mengetahui perkiraaan waktu pelaksanaan.

5) Merevisi dan memperjelas bahasa yang digunakan berdassarkan umpan balik yang diinginkan.


(37)

19 Setelah semua persiapan dirasakan cukup efektif, maka guru mempersiapkan daf-tar cek beserta kriteria penilaiannya, yang selanjutnya akan dilakukan penilaian kinerja dengan menggunakan self assessment.

b. Penggunaan kriteria penilaian

Berkenaan dengan permasalahan validitas dan reliabilitas, ketidaksesuaian atau penyalahgunaan kriteria juga dapat mengakibatkan ketidakvalidan penilaian. Sis-wa harus mengerti secara jelas dari apa yang akan mereka nilai dari pekerjaan me-reka sendiri. Salah satu cara untuk yakin bahwa siswa mengerti tentang apa yang harus mereka lakukan adalah dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk latihan praktik self assessment dengan menggunakan kriteria penilaian. Kriteria penilaian ini akan membantu siswa dalam proses penilaian. Pada awalnya, krite-ria ini dibuat oleh guru, namun apabila siswa telah berpengalaman dalam proses penilaian ini, mereka dapat membuatnya sendiri. Race dalam Aprilianti (2009) mengemukakan bahwa:

1) Kriteria penilaian tersebut dibuat untuk menyeragamkan persepsi siswa 2) Kriteria dibuat secara sederhana dan memiliki daya objektivitas tinggi. 3) Guru harus mendiskusikan dan menjelaskan kriteria penilaian terlebih dahulu,

hal ini untuk mencegah adanya kesalahpahaman di dalam interpretasi dari kri-teria.

4) Menggunakan prosedur keluhan dan review sehingga adanya diskusi dan per-debatan siswa tentang penilaian yang mereka lakukan dengan penilaian observer.

5) Memberikan feedback kepada siswa untuk mengkonfirmasi nilai mereka apa-kah valid dan sama dengan nilai observer atau tidak.


(38)

20 c. Formalitas penilaian

Tingkat formalitas mengacu pada keadaan yang harus dipertanggungjawabkan da-ri hasil self assessment, bagaimana perluasannya dan bagaimana kedudukan self assessment dalam penentuan nilai hasil belajar siswa.

1) Digunakan dalam penilaian formatif, bukan penilaian sumatif

Penilaian formatif bertujuan untuk memperoleh umpan balik dan difokuskan un-tuk peningkatan kemajuan belajar siswa. Penilaian ini lebih sering digunakan jika dibandingkan dengan penilaian sumatif yang semata-mata digunakan untuk peng-hitungan nilai akhir. Self assessment lebih sering ditujukan untuk penilaian for-matif. Andrade dan Du (Aprilianti, 2009) menyatakan pengertian self assessment yang lebih menekankan pada penilaian formatif. Dalam penilaian ini siswa mere-fleksikan dan mengevaluasi hasil dan kualitas belajar, menilai ketercapaian tujuan atau kriteria yang ditetapkan, mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dalam pembelajaran, kemudian merevisinya. Sedangkan menurut Zulrahman (2007), self assessment dapat digunakan baik sebagai penilaian formatif maupun sumatif. Penerapan self assessment sebagai penilaian sumatif masih banyak menimbulkan perdebatan mengenai validitas dan realibilitasnya. Oleh karena itu, self assess-ment masih banyak digunakan sebagai penilaian formatif.

Menurut Falchikov (Lie dan Angelique, 2003), penilaian ini mendapatkan du-kungan dari siswa karena mereka mendapatkan manfaat langsung dari teknik pe-nilaian ini. Manfaatnya adalah selain siswa mempunyai kesempatan untuk mem-perbaiki kualitas pekerjaan mereka sebelum penentuan nilai akhir, guru juga


(39)

men-21 dapatkan manfaat dari menerima pekerjaan siswa dengan kualitas yang bagus dan menghilangkan rasa bosan dari sistem penilaian yang dilakukan sebelumnya.

2) Mendiskusikan hasil penilaian

Guru tidak boleh mengesampingkan hasil self assessment, akan tetapi harus mengupayakan untuk menggunakan nilai ini sebagai suatu kesempatan untuk mendiskusikan tentang perbedaan penilaian dari siswa. Hal tersebut akan menye-lesaikan masalah akibat dari “over significant outliers” yang merupakan suatu ke-adaan dimana siswa memberikan penilaian sesuai dengan keinginannya sendiri yang mengakibatkan perbedaan signifikan dari rata-rata penilaian yang mereka berikan atau penilaian dari observer (Lie dan Angelique, 2003). Agar over significant outliers tidak terjadi, siswa harus mendiskusikan dengan guru dan observer mengapa mereka memilih untuk memberikan suatu penilaian tertentu. Diskusi seperti ini merupakan suatu kesempatan bagi guru untuk memberikan um-pan balik kepada siswa dan memperdalam proses berfikir siswa. Keterlibatan gu-ru sebagai pihak penengah menanamkan rasa tanggung jawab ke dalam diri siswa ketika melaksanakan proses penilaian ini, karena guru hadir untuk memastikan kewajaran dari penilaian yang diberikan siswa dan observer. Lebih penting lagi, dengan adanya pembahasan tentang penghitungan pemberian nilai, siswa dilibat-kan dalam berpikir kritis dan belajar untuk mempertanggung jawabdilibat-kan hasil peni-laian mereka.

3) Mementingkan proses bukan hasil

Menurut Sher dalam Lie dan Angelique (2003), pada bagian ini memberi tahu bahwa proses pemberian nilai merupakan salah satu hal yang sensitif, maka hal


(40)

22 yang terbaik dilakukan dengan tetap melibatkan guru dalam proses penentuan penilaian, walaupun siswa telah mempertanggungjawabkan penilaian tersebut. Satu hal yang lebih penting lagi, baik guru maupun siswa harus berusaha agar tetap berfokus pada proses penilaian, bukan pada hasil penilaian yang didapatkan.

4. Kelebihan dan kelemahan self assessment

Beberapa kelebihan self assessment berdasarkan beberapa ahli (Isaac, 1999; Burgess, 2001; Aprilianti, 2009) dapat dirangkum sebagai berikut:

a. Membantu siswa menjadi lebih mandiri, bertanggung jawab dan merasa dilibatkan.

b. Mendorong siswa untuk lebih kritis dalam menganalisa pekerjaan dan melihatnya lebih dari sekedar nilai.

c. Membantu mengklarifikasi kriteria penilaian. d. Memberikan rentang yang lebih luas untuk feedback e. Mengurangi beban guru dalam menilai.

f. Mendorong deep learning daripada surface learning.

g. Menjadikan assessment sebagai bagian dari proses pembelajaran, sehingga kesalahan adalah suatu kesepakatan bukan kegagalan.

Sementara itu, kekurangan self assessment menurut Ellington (1997) adalah: a. Kurangnya kemampuan siswa dalam mengevaluasi dan menilai diri

sendiri.

b. Siswa mungkin miskonsepsi apabila tanpa adanya intervensi dari guru. c. Siswa cenderung akan memberi penilaian yang lebih terhadap dirinya

sendiri.

d. Siswa belum berpengalaman dalam menilai dirinya sendiri.

e. Siswa akan merasa khawatir, jika hasil self assessment diketahui oleh siswa lain.

f. Kejujuran merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan self assessment.

g. Karena objektifitas tinggi, maka sulit untuk diproses. Oleh karena itu, self assessment dapat digunakan untuk penilaian formatif, bukan sumatif.

5. Perbandingan self assessment dengan penilaian yang lain

Orsmond (Wulandari, 2009) mengungkapkan perbandingan antara self assessment dengan bentuk assessment lain seperti tertera pada tabel berikut:


(41)

23

Tabel 1. Perbandingan self assessment dengan assessment yang lain

No Self assessment Assessment yang lain

1 Berpusat pada siswa Biasanya tidak berpusat pada siswa assessment mengacu pada

assessment yang telah ditentukan atau jika digunakan

2 Kriterianya jelas atau transparan

Kriteria, diberikan pada siswa tanpa didiskusikan terlebih dahulu

3 Siswa memiliki kekuatan atau wewenang

Siswa terisolasi dari assessment sehingga terisolasi dari proses pembelajaran

4 Dapat mendorong deep approach

Pengembangan belajar hanya pada surface approach

5 Memperkenankan siswa untuk membangun pem-belajaran mereka secara aktif

Tidak menyediakan dorongan untuk membangun belajar mandiri

6 Mendorong adanya diskusi antara siswa dan guru

Sedikit diskusi, bahkan kadang-kadang tidak ada

7 Adanya formatif feedback Adanya feedback yang keliru karena ada selang waktu atau kehilangan komunikasi yang terus-menerus antara siswa dan guru

8 Adanya kesempatan untuk mengulas atau mereview kelemahan dalam

pembelajaran

Hasil akhir, hanya sedikit kesempatan untuk merevisi

9 Menyiapkan siswa untuk perjalanan lifelong learning yang terus menerus

Biasanya tujuan akhirnya hanya belajar

10 Memberikan kesempatan yang baik untuk formatif assessment

Sedikit formatif assessment

11 Dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa

Memiliki efek negatif terhadap kepercayaan diri

12 Meningkatkan kinerja atau kualitas belajar dari hasil belajar

-


(42)

24 C. Metode Praktikum

Mempelajari IPA akan lebih baik jika didukung dengan adanya suatu kegiatan praktikum yang dilakukan di laboratorium. Fungsi dari metode praktikum me-rupakan penunjang kegiatan proses belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang dikembangkan. Fungsi dari laboratori-um tidak diartikan sebagai tempat untuk kegiatan belajar mengajar yang sekedar untuk mengecek atau mencocokkan kebenaran teori yang telah dijelaskan di kelas, tetapi juga harus dapat menyebabkan proses inkuiri berkembang.

Deboer (1991) menyatakan bahwa telah lama para pendidik berpandangan bahwa kegiatan praktikum merupakan bagian yang penting dalam pembelajaran sains, yang memberi kesempatan seseorang memperoleh pengetahuan melalui kegiatan berbuat dan berpikir, bekerja dalam kelompok serta mengkomunikasikan hasil percobaan sebagai salah satu sarana untuk mengaktualisasikan dirinya. Arifin (2003) menyatakan bahwa kegiatan praktikum berfungsi sebagai penunjang kegi-atan proses belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau untuk menjelaskan prinsip-prinsip yang dikembangkan. Kegiatan praktikum merupakan suatu bentuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan dan peralatan laboratorium, baik secara perorangan maupun kelompok. Hodson (Lestari, 2008) menyatakan bahwa dalam kaitannya dalam belajar kegiat-an praktikum diperlukkegiat-an agar siswa memperoleh pengalamkegiat-an belajar konkrit dkegiat-an sebagai salah satu sarana mengkonfrontasikan miskonsepsi yang dimiliki siswa, dalam usahanya mengkonstruksi pengetahuan baru. Melalui percobaan dalam suatu praktikum memberikan kesempatan siswa untuk memperoleh pengetahuan


(43)

25 peristiwa, proposisi, imaginasi, keterampilan berpikir dan keterampilan motorik. Dengan pengalaman sendiri, seseorang akan memperoleh memory of event, suatu gambaran pengalaman yang memiliki efek jangka panjang.

Pabelon dan Mendoza dalam Hartini (2008) menyatakan bahwa praktikum atau kerja laboratorium memiliki tujuan kognitif, psikomotor dan afektif. Tujuan kog-nitif meliputi: mempromosikan pengembangan intelektual, meningkatkan belajar konsep-konsep ilmiah, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, me-ngembangkan berpikir kreatif, meningkatkan pemahaman sains dan metode ilmi-ah. Tujuan psikomotor/ praktik atau prosedural meliputi: mengembangkan kete-rampilan-keterampilan dalam penilaian investigasi ilmiah, menganalisis temuan data, mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam berkomunikasi, dan ke-terampilan dalam bekerja dengan yang lain. Tujuan afektif meliputi: meningkat-kan sikap ilmiah, mempromosimeningkat-kan persepsi-persepsi positif untuk memahami dan mempengaruhi lingkungan.

Keuntungan penggunaan metode praktikum menurut Arifin (Aprilianti, 2009) antara lain:

1. Dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu peristiwa. 2. Siswa dapat mengamati proses.

3. Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri. 4. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah.

5. Membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien.


(44)

26 D. Penilaian Kinerja

Menurut Arends dan Stiggins (Hartini, 2008), penilaian kinerja adalah tes yang menghendaki siswa mendemonstrasikan kinerjanya pada tugas tertentu serta me-libatkan siswa dan atau menciptakan produk yang spesifik, sehingga penilaian ki-nerja dapat diartikan sebagai penilaian terhadap kiki-nerja yang dapat berupa kete-rampilan tugas-tugas tertentu dan hasil karya yang diciptakan. Rustaman (2003) langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun penilaian kinerja adalah sebagai berikut:

1. Menentukan jenis keterampilan siswa yang akan dinilai.

2. Mengidentifikasi indikator-indikator yang menunjukkan bahwa seorang siswa telah menguasai keterampilan yang akan dinilai.

3. Menentukan jenis kegiatan laboratorium yang memungkinkan siswa memperlihatkan keterampilannya.

4. Membuat alat ukur, berupa “daftar cek” (checklist) atau skala penilaian (rating scale) yang diperlukan pada waktu penilaian.

5. Melaksanakan penilaian.

6. Menentukan skor keterampilan siswa.

Lebih lanjut Rustaman (2003) mengatakan bahwa instrumen merupakan hal yang penting dalam penilaian kinerja. Apabila instrumen yang digunakan jelas dan se-suai kriteria kinerja, maka akan memudahkan melakukan penilaian kinerja sehing-ga dapat dilakukan densehing-gan cepat dan tepat. Penentuan kinerja dan pelaku kinerja dapat dilakukan pada awal kegiatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pe-nentuan kinerja adalah:

a. Penspesifikasian dalam menuliskan semua elemen kunci dari kinerja

b. Mendefinisikan kinerja yang berurutan untuk masing-masing elemen; misal-nya dimulai dengan menuliskan kualitas kinerja yang paling jelek, paling bagus, dan diantaranya.


(45)

27 Stiggins (Diawati, 2009) mengemukakan bahwa elemen-elemen kunci atau di-mensi kinerja ini disebut dengan kriteria kinerja. Kejelasan dan kesesuaian ki-nerja adalah penting untuk penilaian kiki-nerjayang baik. Jika kriterianya jelas, maka hasil metodologi ini akan mudah diaplikasikan, kriteria kinerja tidak hanya difokuskan pada dampak yang diharapkan, tetapi juga pada kejelasan pengung-kapan kriteria kinerja. Asesor kinerja mempunyai kebebasan untuk memilih dari beberapa cara pencatatan hasil-hasil. Mereka dapat memilih pencatat melalui: daftar cek, skala penilaian, catatan lapangan (anecdotal records) dan catatan men-tal yang masing-masing akan dijabarkan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Pilihan untuk mencatat penilaian kinerja Asesor

kinerja

Definisi Kekuatan Kelemahan

Daftar cek

Daftar atribut kunci dari kinerja yang baik di cek ada atau tidak

Cepat, bermanfaat dengan sejumlah besar kriteria Hasilnya kurang mendalam Skala peringkat Kinerja secara kontinu dipetakan pada beberapa skala numerik dari rendah sampai tinggi

Dapat mencatat penilaian dan alasannya dalam suatu peringkat

Dapat mencatat secara luas, pengembangan dan pelatihannya mahal Catatan lapangkan Kinerja siswa dituliskan secara detail Dapat menyediakan potret kemampuan yang kaya

Waktu yang banyak diperlukan untuk membaca, menulis dan menginterpretasi Catatan mental Asesor menyimpan penilaian atau deskripsi kinerja dalam ingatan

Cepat dan mudah Sulit untuk

mempertahankan ingatan yang akurat, terutama dengan berlalunya waktu


(46)

28 E. Materi Pembelajaran

1. Larutan elektrolit dan nonelektrolit

Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dapat menghantar listrik karena mengan-dung ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ion-ion itulah yang menghantar arus listrik melalui larutan. Adapun zat nonelektrolit dalam larutan tidak terurai men-jadi ion-ion, tetapi tetap dalam bentuk molekul.

Baterai sebagai sumber arus searah memberi muatan yang berbeda pada kedua elektrode. Katode (elektrode yang dihubungkan dengan kutub negatif) sedangkan anode (elektrode yang dihubungkan dengan kutub positif) bermuatan positif. Berikut merupakan rangkaian alat uji larutan elektrolit dan nonelektrolit.

Gambar 3. Alat penguji daya hantar listrik 2. Elektrolit senyawa ion dan senyawa kovalen polar

Senyawa ion terdiri atas ion, misalnya NaCl dan NaOH. NaCl terdiri atas ion-ion Na+ dan ion Cl-, sedangkan NaOH terdiri atas ion Na+ dan ion OH-. Senyawa kovalen polar, seperti HCl dan CH3COOH terdiri atas molekul-molekul. Banyak sedikitnya elektrolit yang mengion dinyatakan dengan derajat ionisasi atau derajat


(47)

29

disosiasi (α), yaitu perbandingan antara jumlah zat yang mengion dengan jumlah

zat yang dilarutkan.

() = Jumlah zat mengion Jumlah zat mula-mula

Jika semua zat yang dilarutkan mengion, maka α = 1; jika ada yang mengion, maka 0 < α < 1 ; jika tidak adayang mengion, maka α = 0. Elektrolit berupa senyawa ion tidak hanya dapat menghantarkan listrik dalam bentuk larutannya, tetapi juga dalam bentuk lelehannya. Hal ini dikarenakan dalam lelehan, ion-ion dapat bergerak bebas. Bandingkan dengan elektrolit berupa senyawa kovalen polar yang dapat menghantarkan listrik hanya dalam bentuk larutannya, tetapi tidak dalam bentuk lelehannya. Lelehannya senyawa kovalen polar masih ter-susun dari partikel-partikel berupa molekul.

Tabel 3. Perbandingan daya hantar listrik Jenis

senyawa Padatan Lelehan

Larutan (dalam pelarut air) Senyawa

ion

Tidak dapat meng-hantar listrik karena dalam padatan ion-ionnya tidak dapat bergerak bebas.

Dapat menghantar listrik karena dalam lelehan ion-ionnya dapat bergerak lebih bebas dibandingkan ion-ion dalam zat padat.

Dapat menghantar listrik karena dalam larutan ion-ionnya dapat bergerak bebas. Senyawa kovalen Tidak dapat menghantar listrik karena padatannya terdiri dari molekul-molekul netral meski bersifat polar. Tidak dapat menghantar listrik karena lelehannya terdiri dari molekul-molekul meski dapat bergerak lebih bebas.

Dapat menghantar listrik karena dalam molekul-molekul dapat terhidrolisis menjadi ion-ion yang dapat bergerak bebas.


(48)

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif ini merupa-kan metode penelitian yang mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fenomena-fenomena yang berlangsung dengan apa adanya (Sukmadinata, 2005). Metode ini berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran mengenai penerap-an self assessment dalam mengungkap kinerja siswa dalam praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit.

A. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri yang ada di daerah Bandar Lampung, yaitu SMAN 5 Bandar Lampung. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X5 semester genap tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 38 orang.

B. Data Penelitian

Data penelitian ini mencakup tiga hal, yaitu data kemampuan kinerja siswa yang terungkap melalui self assessment, data kemampuan self assessment siswa, dan data keterlaksanaan tahapan self assessment.


(49)

31 C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam proses mengumpulkan data pe-nelitian terdapat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4. Data hasil penelitian beserta teknik pengumpulan data

No. Data Sumber

data Metode pengumpulan data Cara mengambil data Instrumen

1 Kemampuan kinerja prak-tikum siswa

Siswa Observasi Observasi oleh siswa dan observasi oleh

observer

Lembar self assessment dan lembar observer

2 Kemampuan siswa mela-kukan self assessment

Siswa Observasi Observasi oleh siswa dan observasi oleh

observer

Lembar self assessment dan lembar observer

3 Pelaksanaan self assess-ment

Siswa Angket Pengisian angket oleh siswa

Lembar angket

D. Instrumen dan Validitas Instrumen Penelitian 1. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian ini disusun berdasarkan kisi-kisi penilaian kinerja praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit (pada halaman 91). Kisi-kisi ini berisi jumlah kriteria kinerja yang akan dinilai dalam setiap aspek kinerja praktikum. Pada pe-nelitian ini dikembangkan tiga aspek kinerja dengan 17 kriteria kinerja yang di-tunjukkan pada Tabel 5 berikut ini.


(50)

32 Tabel 5. Kriteria penilaian kinerja praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit

No Aspek

Kinerja Kriteria Penilaian Kinerja 1 Persiapan

praktikum

a. memeriksa kelengkapan alat yang diperlukan untuk kegiatan praktikum

b. mencuci gelas kimia dan membilasnya dengan aquades

2 Pelaksanaan praktikum

a. menyusun penjepit buaya sehingga terhubung pada kabel dengan benar

b. menyusun bola lampu dengan dudukan lampu c. menghubungkan dudukan lampu dengan kabel d. menghubungkan rangkaian alat dengan baterai e. menjepit elektroda karbon dengan penjepit buaya f. menuangkan larutan yang akan diuji sampai tanda batas g. mencelupkan kedua elektroda karbon ke dalam larutan

yang akan diuji

h. mengamati gelembung gas yang ada pada elektroda karbon setelah beberapa detik

i. mengamati nyala lampu

j. membersihkan elektroda karbon dengan aquades k. mengeringkan elektroda karbon dengan tisu

3 Kebersihan setelah praktikum

a. mencuci elektroda karbon dengan aquades b. mencuci gelas kimia dengan air kran

c. membuang limbah praktikum pada tempat yang telah disediakan

d. membersihkan meja praktikum serta mengembalikan alat dan sisa bahan pada tempat semula

Dari kriteria kinerja tersebut, selanjutnya disusun instrumen yang digunakan da-lam penelitian ini. Instrumen yang digunakan dada-lam penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

a. Lembar self assessment untuk siswa

Lembar self assessment ini berbentuk daftar cek (check list) yang akan diisi oleh siswa sendiri. Lembar self assessment berisi indikator-indikator kemampuan kinerja siswa yang diharapkan muncul selama kegiatan praktikum berlangsung. Lembar self assessment ini dapat dilihat pada Lampiran 4 pada halaman 87.


(51)

33 b. Lembar observasi untuk observer

Lembar observasi untuk observer mempunyai isi yang sama dengan lembar self assessment untuk siswa. Namun, lembar observasi ini diisi oleh observer untuk mengungkap kinerja siswa dan sebagai pembanding dari hasil lembar self assess-ment. Lembar observasi untuk observer ini terlampir pada halaman 88.

c. Angket siswa

Angket adalah sekumpulan pernyataan atau pertanyaan yang harus dilengkapi oleh responden dengan memilih jawaban yang sudah disediakan atau melengkapi kalimat dengan jalan mengisi (Ruseffendi. 1998). Data tersebut berupa keadaan, data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, atau pendapat mengenai suatu hal. Da-lam penelitian ini, angket yang digunakan terdiri atas 26 butir pernyataan daDa-lam bentuk kolom pilihan jawaban ya dan tidak. Angket pada halaman 99 disusun berdasarkan kriteria ideal pelaksanaan self assessment yang ada pada rubrik/ krite-ria ideal pelaksanaan self assessment oleh Roni Sudrajat (2001) sebagaimana di-tunjukkan pada Tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6. Kriteria ideal pelaksanaan self assessment

Tahap Kriteria ideal Ya Tidak

1 0

Pemotivasian siswa

Siswa mengetahui tujuan pelaksanaan self assessment Siswa mengetahui manfaat pelaksanaan self assessment Siswa memberikan respon positif terhadap pelaksanaan self assessment

Pelatihan self assessment

Siswa mengetahui kriteria penilaian dalam self assessment

Siswa mengetahui waktu pelaksanaan self assessment Siswa mengetahui prosedur pelaksanaan self assessment Siswa mengerti tentang kriteria penilaian dalam lembar self assessment


(52)

34

Tahap Kriteria Ideal Ya Tidak

1 0

Siswa mengisi secara lengkap lembaran self assessment yang disediakan

Pelaksanaan self assessment

Siswa menyerahkan lembar penilaian yang telah diisi tepat waktu

Siswa merasa leluasa dalam pelaksanaan self assessment Siswa merasa tenang dalam pelaksanaan self assessment Siswa bersikap jujur dalam pelaksanaan self assessment Siswa bersikap objektif dalam pelaksanaan self

assessment

Siswa merasa percaya diri dengan penilaian yang dilakukan dengan self assessment

Siswa merasa dihargai saat dilibatkan dalam kegiatan penilaian

Siswa setuju dengan pelaksanaan self assessment Siswa lancar dalam melakukan self assessment

Pengkomuni-kasian hasil

Hasil penilaian dikomunikasikan secara tulisan

Pemberian feedback

Siswa mengetahui kemampuannya pada aspek yang dinilai dalam self assessment

Siswa termotivasi untuk belajar lebih giat dengan adanya self assessment

Siswa lebih termotivasi untuk lebih aktif dalam kegiatan praktikum

Siswa mengetahui kekurangan dalam kinerja saat praktikum dengan menggunakan self assssessment Siswa mengungkapkan kritik untuk pelaksanaan self assessment

Siswa memberikan saran terhadap pelaksanaan self assessment

Siswa memberikan saran terhadap dirinya sendiri untuk peningkatan belajar selanjutnya

Pemanfaatan hasil

Hasil self assessment mampu mengungkap aspek kinerja yang dinilai dalam praktikum

2. Validitas instrumen penelitian

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Se-buah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Instrumen


(53)

35 pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian an-tara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali M. 1992). Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Karena dalam mela-kukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka diminta ahli un-tuk mengujinya, yaitu dosen pembimbing penelitian, yaitu ibu Dra. Ila Rosilawati M.Si., Dra. Nina Kadaritna M.Si., dan ibu Dra. Silmiawati selaku guru mitra.

E. Alur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengikuti alur penelitian di bawah ini.

Gambar 4. Alur Penelitian

Penentuan Kriteria Ideal Kinerja dalam SA

Pengembangan Kriteria Kinerja

Penyusunan LKS Penyusunan Instrumen

Analisis Materi Studi Literatur Mengenai SA

Validasi Instrumen Penelitian

Pelaksanaan Penelitian

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Kesimpulan Revisi


(54)

36 F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksa-naan dan tahap analisis.

1. Tahap persiapan penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan ini dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Analisis materi dan kajian literatur

Pada tahap ini dilakukan analisis materi, pengkajian literatur mengenai self assessment, penilaian kinerja dan materi larutan elektrolit dan nonelektrolit, yang berhubungan dengan praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit yang akan di-lakukan. Literatur tersebut akan bermanfaat bagi penyusunan instrumen maupun untuk rancangan pembelajaran serta untuk penentuan kriteria kinerja yang dibu-tuhkan.

b. Rancangan kegiatan pembelajaran

Berdasarkan diskusi dengan dosen ahli, pembelajaran dilaksanakan dengan model pembelajaran Learning Cycle 3-E dan menggunakan metode praktikum dimana siswa melakukan praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit secara individu.

c. Pengembangan tahapan self assessment beserta kriteria idealnya

Pada tahap penelitian ini, dikembangkan tahapan self assessment beserta kriteria ideal yang telah digunakan oleh peneliti lain sebelumnya. Tahapan pelaksanaan self assessment tersebut disajikan dalam suatu rubrik pelaksanaan self assessment.


(55)

37 Terdapat enam tahapan dalam pelaksanaan self assessment yang diuraikan lebih jelas pada instrumen penelitian.

d. Pengembangan kriteria kinerja

Sebelum menyusun kriteria kinerja ditentukan aspek kinerjanya terlebih dahulu. Setelah penentuan aspek kinerja kegiatan berikutnya adalah pengembangan aspek kinerja ke dalam kriteria kinerja yang harus dilakukan siswa. Dibuatlah lembar self assessment untuk penilaian kinerja siswa yang berisi jawaban ya dan tidak.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Berdasarkan rubrik pelaksanaan self assessment yang digunakan, tahap-tahap pe-laksanaan penelitian ini terdiri dari enam tahapan, yaitu:

a. Tahap pemotivasian siswa

Tahap ini dilaksanakan di luar jam pelajaran yaitu pada hari Rabu, 25 Januari 2012 pada pukul 14.15 s/d 14.45. Pada tahap ini, siswa diberi informasi mengenai pengertian self assessment, tujuan, dan manfaat self assessment. Hal ini bertujuan agar siswa lebih terarah dalam melakukan self assessment karena telah memahami tujuan dan manfaat dari pelaksanaan self assessment tersebut.

b. Tahap pelatihan self assessment

Tahap ini dilaksanakan di dalam jam pelajaran bersamaan dengan tahap eksplorasi (penelitian teman satu tim) yaitu pada hari Rabu, 1 Februari 2012 pada pukul 10.30 s/d 12.00. Pada tahap ini, siswa diberitahu tentang prosedur dan waktu pe-laksanaan self assessment serta kriteria penilaian yang akan dilaksanakan dalam


(56)

38 pelaksanaan self assessment. Dari tahap ini, siswa diharapkan tidak kebingungan pada saat pelaksanaan self assessment.

c. Tahap pelaksanaan self assessment

Pada tahap ini, siswa melakukan praktikum secara individu, dengan diamati oleh seorang observer. Waktu untuk melakukan praktikum tiap siswanya adalah 10 menit. Setelah melakukan praktikum, siswa mengisi lembar self assessment sela-ma 5 menit. Tahap ini dilaksanakan di luar jam pelajaran yaitu pada hari Jusela-mat, 3 Februari 2012 pada pukul 13.00 s/d 16.00.

d. Tahap pengkomunikasian hasil

Pada tahap ini, hasil penilaian berdasarkan lembar self assessment dan lembar observer dikomunikasikan kepada siswa secara tertulis, sehingga siswa mengeta-hui kekurangannya dalam melakukan praktikum. Tahap ini dilaksanakan di luar jam pelajaran yaitu pada hari Senin, 6 Februari 2012 pada pukul 14.30 s/d 15.00.

e. Tahap pemberian feedback

Tahap ini merupakan tahap penting dalam pelaksanaan self assessment, karena de-ngan adanya self assessment diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan-nya kinerjakemampuan-nya dalam praktikum dan juga dapat menumbuhkan keinginan untuk memperbaiki proses belajarnya. Tahap ini dilaksanakan di luar jam pelajaran ya-itu pada hari Selasa, 7 Februari 2012 pada pukul 14.15 s/d 15.00.

f. Tahap pemanfaatan hasil

Tahap ini dilaksanakan di dalam jam pelajaran yaitu pada hari Rabu, 8 Februari 2012 pada pukul 11.45 s/d 12.00. Hasil dari pelaksanaan self assessment dalam


(57)

39 mengungkap kemampuan kinerja siswa pada praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit dapat diketahui melalui pengisian angket oleh siswa.

3. Tahap analisis hasil penelitian

Seluruh data penelitian yang diperoleh kemudian dianalisis. Hasil analisis terse-but selanjutnya dibandingkan dengan literatur tentang self assessment, sehingga dapat dibuat kesimpulan mengenai penerapan self assessment untuk mengungkap kinerja siswa dalam praktikum yang telah dilakukan.

G. Teknik Pengolahan Data

1. Analisis terhadap kemampuan kinerja siswa yang terungkap melalui self assessment

a. Menghitung jumlah kriteria yang dilakukan oleh siswa kemudian dihitung per-sentasenya menggunakan rumus:

% Q = x 100% Keterangan:

% Q = nilai persentase kinerja siswa

S = jumlah penilaian yang dilakukan oleh siswa SM = jumlah total kriteria penilaian

(Purwanto, 2009)

b. Menghitung jumlah kriteria yang dilakukan oleh observer kemudian dihitung persentasenya menggunakan rumus:


(58)

40 Keterangan:

% P = nilai persentase kinerja siswa

O = jumlah penilaian yang dilakukan oleh observer SM = jumlah total kriteria penilaian

(Purwanto, 2009)

c. Mengkategorikan penilaian berdasarkan siswa dengan observer menggunakan skala kategori kemampuan kinerja pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Skala kategori kemampuan kinerja siswa

No. Skala Kemampuan Kategori

1 86% - 100% Sangat Baik

2 76% - 85% Baik

3 60% - 75% Cukup

4 46% - 59% Kurang

5 < 45% Kurang Sekali

(Purwanto, 2009) d. Menghitung persentase jumlah siswa dalam setiap kategori, baik menurut

sis-wa maupun observer dengan menggunakan rumus:

% X = x 100% Keterangan:

% X = nilai persentase siswa dalam setiap kategori f = banyaknya siswa pada tiap kemampuan N = total jumlah siswa

(Purwanto, 2009)

e. Menganalisis data hasil pengkategorian tersebut dengan cara membandingkan persentase jumlah siswa dalam setiap kategori berdasarkan penilaian siswa dan observer.


(59)

41 a. Mentabulasi data yang berasal dari lembar self assessment yang dilakukan

oleh siswa terhadap kinerja praktikum siswa

b. Mentabulasi data yang berasal dari lembar observer yang dilakukan oleh observer terhadap kinerja siswa dalam melakukan praktikum

c. Membandingkan penilaian yang dilakukan oleh siswa dan observer dengan cara menjumlahkan hasil penilaian siswa yang sesuai dengan penilaian observer.

% X = x 100% Keterangan:

% X = nilai persentase penilaian siswa yang sesuai dengan observer R = jumlah penilaian siswa yang sesuai dengan observer

SM = jumlah kriteria penilaian

(Purwanto, 2009)

d. Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kemampuan self assessment siswa dengan kategori seperti yang tercantum dalam Tabel 7.

e. Menghitung persentase pelaksanaan kriteria kinerja untuk setiap kategori ke-mampuan dengan rumus:

% X = x 100% Keterangan:

% X = nilai persentase siswa

f = banyaknya siswa pada tiap kemampuan N = total jumlah siswa

(Purwanto, 2009) 3. Analisis pelaksanaan self assessment


(60)

42 a. Mentabulasi jawaban angket

b. Menghitung persentase jawaban siswa untuk setiap pernyataan pada angket dengan cara:

% X =

x 100%

c. Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis untuk mengetahui keterlaksanaan tahapan self assessment siswa dengan kategori seperti yang tercantum dalam Tabel 7.

d. Menghitung persentase pelaksanaan kriteria ideal tahapan self assessment un-tuk setiap kategori kemampuan dengan rumus:

% X = x 100% Keterangan:

% X = nilai persentase siswa

f = banyaknya siswa pada tiap kemampuan N = total jumlah siswa


(61)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penerapan self assessment untuk mengungkap kinerja siswa pada praktikum larutan elektrolit dan nonelek-trolit, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Self assessment dapat mengungkap kinerja siswa karena perbedaan penilaian siswa dengan observer yang relatif kecil, dengan kemampuan kinerja siswa yang terungkap yaitu: 81,6% dikategorikan sangat baik; 15,8% berkategori baik; dan siswa berkategori cukup dengan persentase 2,6%.

2. Kemampuan siswa dalam melakukan self assessment yaitu: 65,8% siswa mampu melakukan self assessment dengan sangat baik; 26,3% siswa dapat melakukan self assessment dengan baik; 7,9% siswa memiliki kemampuan self assessment yang cukup.

3. Keterlaksanaan kriteria ideal dalam tahapan self assessment yaitu sebanyak 80,8% kriteria ideal tahapan self assessment terlaksana dengan sangat baik dan 19,2% kriteria ideal terlaksana dengan baik

B. Saran

Untuk perbaikan pelaksanaan self assessment dalam menilai kinerja siswa pada praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit, beberapa hal yang harus


(62)

diperhati-71

kan diantaranya adalah mengintensifkan tahap pemotivasian siswa, pelatihan sis-wa, dan pengkomunikasian hasil agar kemampuan self assessment siswa dapat ditingkatkan. Selain itu, penilaian oleh siswa dan observer sebaiknya didiskusi-kan lebih lanjut untuk mengetahui lebih banyak respon siswa untuk melakudidiskusi-kan introspeksi dan meningkatkan kinerjanya. Pada saat penilaian berlangsung, diper-lukan pengaturan jarak yang tepat antar siswa yang melakukan penilaian untuk menghindari diskusi selama proses penilaian. Diperlukan alokasi waktu yang cu-kup dan waktu pelaksanaan yang tepat untuk pelaksanaan self assessment di da-lam jam pelajaran. Selanjutnya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai validitas dan reliabilitas self assessment agar dapat digunakan sebagai penilaian sumatif untuk mengetahui hubungannya terhadap efektivitas aspek kemampuan lainnya. Selain itu, self assessment dapat dikombinasikan dengan dengan peer assessment untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.


(1)

39 mengungkap kemampuan kinerja siswa pada praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit dapat diketahui melalui pengisian angket oleh siswa.

3. Tahap analisis hasil penelitian

Seluruh data penelitian yang diperoleh kemudian dianalisis. Hasil analisis terse-but selanjutnya dibandingkan dengan literatur tentang self assessment, sehingga dapat dibuat kesimpulan mengenai penerapan self assessment untuk mengungkap kinerja siswa dalam praktikum yang telah dilakukan.

G. Teknik Pengolahan Data

1. Analisis terhadap kemampuan kinerja siswa yang terungkap melalui self assessment

a. Menghitung jumlah kriteria yang dilakukan oleh siswa kemudian dihitung per-sentasenya menggunakan rumus:

% Q = x 100% Keterangan:

% Q = nilai persentase kinerja siswa

S = jumlah penilaian yang dilakukan oleh siswa SM = jumlah total kriteria penilaian

(Purwanto, 2009) b. Menghitung jumlah kriteria yang dilakukan oleh observer kemudian dihitung

persentasenya menggunakan rumus: % P = x 100%


(2)

40 Keterangan:

% P = nilai persentase kinerja siswa

O = jumlah penilaian yang dilakukan oleh observer SM = jumlah total kriteria penilaian

(Purwanto, 2009) c. Mengkategorikan penilaian berdasarkan siswa dengan observer menggunakan

skala kategori kemampuan kinerja pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Skala kategori kemampuan kinerja siswa

No. Skala Kemampuan Kategori

1 86% - 100% Sangat Baik

2 76% - 85% Baik

3 60% - 75% Cukup

4 46% - 59% Kurang

5 < 45% Kurang Sekali

(Purwanto, 2009) d. Menghitung persentase jumlah siswa dalam setiap kategori, baik menurut

sis-wa maupun observer dengan menggunakan rumus: % X = x 100%

Keterangan:

% X = nilai persentase siswa dalam setiap kategori f = banyaknya siswa pada tiap kemampuan N = total jumlah siswa

(Purwanto, 2009) e. Menganalisis data hasil pengkategorian tersebut dengan cara membandingkan

persentase jumlah siswa dalam setiap kategori berdasarkan penilaian siswa dan observer.


(3)

41 a. Mentabulasi data yang berasal dari lembar self assessment yang dilakukan

oleh siswa terhadap kinerja praktikum siswa

b. Mentabulasi data yang berasal dari lembar observer yang dilakukan oleh observer terhadap kinerja siswa dalam melakukan praktikum

c. Membandingkan penilaian yang dilakukan oleh siswa dan observer dengan cara menjumlahkan hasil penilaian siswa yang sesuai dengan penilaian observer.

% X = x 100% Keterangan:

% X = nilai persentase penilaian siswa yang sesuai dengan observer R = jumlah penilaian siswa yang sesuai dengan observer

SM = jumlah kriteria penilaian

(Purwanto, 2009)

d. Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kemampuan self assessment siswa dengan kategori seperti yang tercantum dalam Tabel 7.

e. Menghitung persentase pelaksanaan kriteria kinerja untuk setiap kategori ke-mampuan dengan rumus:

% X = x 100% Keterangan:

% X = nilai persentase siswa

f = banyaknya siswa pada tiap kemampuan N = total jumlah siswa

(Purwanto, 2009) 3. Analisis pelaksanaan self assessment


(4)

42 a. Mentabulasi jawaban angket

b. Menghitung persentase jawaban siswa untuk setiap pernyataan pada angket dengan cara:

% X =

x 100%

c. Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis untuk mengetahui keterlaksanaan tahapan self assessment siswa dengan kategori seperti yang tercantum dalam Tabel 7.

d. Menghitung persentase pelaksanaan kriteria ideal tahapan self assessment un-tuk setiap kategori kemampuan dengan rumus:

% X = x 100% Keterangan:

% X = nilai persentase siswa

f = banyaknya siswa pada tiap kemampuan N = total jumlah siswa


(5)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai penerapan self assessment untuk mengungkap kinerja siswa pada praktikum larutan elektrolit dan nonelek-trolit, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Self assessment dapat mengungkap kinerja siswa karena perbedaan penilaian siswa dengan observer yang relatif kecil, dengan kemampuan kinerja siswa yang terungkap yaitu: 81,6% dikategorikan sangat baik; 15,8% berkategori baik; dan siswa berkategori cukup dengan persentase 2,6%.

2. Kemampuan siswa dalam melakukan self assessment yaitu: 65,8% siswa mampu melakukan self assessment dengan sangat baik; 26,3% siswa dapat melakukan self assessment dengan baik; 7,9% siswa memiliki kemampuan self assessment yang cukup.

3. Keterlaksanaan kriteria ideal dalam tahapan self assessment yaitu sebanyak 80,8% kriteria ideal tahapan self assessment terlaksana dengan sangat baik dan 19,2% kriteria ideal terlaksana dengan baik

B. Saran

Untuk perbaikan pelaksanaan self assessment dalam menilai kinerja siswa pada praktikum larutan elektrolit dan nonelektrolit, beberapa hal yang harus


(6)

diperhati-71

kan diantaranya adalah mengintensifkan tahap pemotivasian siswa, pelatihan sis-wa, dan pengkomunikasian hasil agar kemampuan self assessment siswa dapat ditingkatkan. Selain itu, penilaian oleh siswa dan observer sebaiknya didiskusi-kan lebih lanjut untuk mengetahui lebih banyak respon siswa untuk melakudidiskusi-kan introspeksi dan meningkatkan kinerjanya. Pada saat penilaian berlangsung, diper-lukan pengaturan jarak yang tepat antar siswa yang melakukan penilaian untuk menghindari diskusi selama proses penilaian. Diperlukan alokasi waktu yang cu-kup dan waktu pelaksanaan yang tepat untuk pelaksanaan self assessment di da-lam jam pelajaran. Selanjutnya, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai validitas dan reliabilitas self assessment agar dapat digunakan sebagai penilaian sumatif untuk mengetahui hubungannya terhadap efektivitas aspek kemampuan lainnya. Selain itu, self assessment dapat dikombinasikan dengan dengan peer assessment untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.