Kerangka Konseptual Kerangka Pemikiran .1 Kerangka Teoritis

Setelah acara tutunggulan selesai, para calon penunggang sisingaan langsung membuka baju mereka untuk bersiap-siap mandi air beras dan air kuning, pemandian air beras dan air kuning biasanya dilaksanakan di dalam kamarmandi dan dimandikan oleh seorang wanita yang merasa dituakan dalam keluarga yang akan melaksanakan sisingaan itu. Proses selanjutnya adalah proses upacara nyembahkeun atau menyembahkan. Proses ini terbilang sangat sakral namun dapat dilihat oleh masyarakat yang ingin melihatnya, biasanya proses ini dilakukan di sebuah halaman depan rumah. Dalam proses nyembahkeun tidak lupa juga di sajikan sebuah sesajen yang berisikan, kembang tujuh rupa, kopi pahit, bubur merah bubur putih, botol yang berisikan air dan diisi satu pucuk daun hanjuang, serta satubuah tempat arang panas yang nantinya digunakan sebagai pembakaran kemenyan dan roko. Dalam proses ini di pimpin oleh satu orang laki-laki yang memberikan jampi-jampian sebelum para penunggang sisingaan yang nantinya akan di arak keliling kampung, adapun posisi para calon penunggang sisingaan itu sendiri berhadap- hadapan dengan pemimpin upacara adat nyembahkeun. Selain itu para calon penunggang sisingaan diharuskan memegang satu buah saputangan yang dihimpit oleh ke duabelah telapak tangan dan digoyang-goyangan kedepan dan kebelakang. Dalam setiap prosesi upacar adat gusaran jelang pagelaran sisingaan ini mengandung makna komunikasi nonverbal yang tujuannya menyampaikan pesan kepada masyarakat. Seperti yang disebutkan sebelumnya dimana ada enam unsur pesan nonverbal yang dapat dijadikan ukuran, akan tetapi disini peneliti hanya mengambil empat dari enam unsur komunikasi nonverbal tersebut. Karena dalam perjalanan penelitian hanya empat unsur komunikasi nonverbal yang dapat dijadikan sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu sebagai berikut: 1. Kinesik atau gerak tubuh Pada tahap ini bagian dari bentuk penyampaian pesan nonverbal yang dapat dilihat ketika upacara tutunggulan, dimana seluruh calon penunggang sisisngaan dan orangtuanya wajib mengelilingi lesung-alu yang sedang dimainkan. Selain itu kita juga dapat melihat makna kinesik atau gerak tubuh ketika upacara nyembahkeun, dimana seluruh peserta menggerak- gerakan saputangan yang dihimpit oleh keduabelah telapak tangan lalu digerakan maju mundur. 2. Paralinguistik atau suara Pada tahapan paralinguistik atau suara makna komunikasi nonverbal dapat dilihat ketika upacara adat tutunggulan, dimana ada beberapa orang yang memukul lesung-alu sehingga mengeluarkan alunan musik yang indah. Tidak hanya alunan lesung-alu saja yang dapat didengar, tetapi yang memukul lesung-alupun ikut bersorak-sorak sehingga menimbulkan suara yang ramai. 3. Prosemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial Pada tahap ini dalam prosesi upacara adat sisingaan dilaksanakan di beberapa tempat mulai dari tutunggulan, dan nyembahkeun yang dilaksanakan di tempat khusus upacara adat dengan kondisi yang terbuka, sampai dengan mandi kuning dan air beras yang dilaksanakan di dalam ruangan tertupup. 4. Artifaktual seperti pakaian dan kosmetik Pada Tahap ini penampilan fisik dapat dilihat melalui busana dan juga kosmetik yang dikenakan para calon penunggang sisingaan. Dimana setiap pakaian dan atribut yang dikenakan memiliki ciri khas dan makna serta pesan. Dari keempat komponen diatas yang diadap tasikan oleh penulis ke gambar dibawah ini agar lebih jelas mengenai proses terjadinya pesan- pesan komunikasi nonverbal yang terdapat dalam proses upacara adat sisingaan. Dimana urutannya saling berkaitan sehingga menjadikan satu informasi yang lebih efektif dan terencana, seperti bagan dibawah ini: 62

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sosial Budaya Desa Tambakmekar Desa Tambakmekar mempunyai beberapa lembaga yang aktif diantaranya adalah lembaga pemerintahan, lembaga kemasyarakatan, lembaga politik, lembaga ekonomi, lembaga pendidikan, lembaga keamanan dan terakhir adalah lembaga adat. Adapun kegiatan yang di atur oleh suatu lembaga adat yang ada di Desa Tambakmekar mencakup pelestarian kesenian dan budaya yang telah di laukan secara turun-temurun oleh nenekmoyang dari sejak jaman dahulu hingga sekarang. Sehingga pada saat ini kegiatan adat yang ada di Desa Tambakmekar selalu di lakukan oleh masyarakatnya. Adapun kegiatan adat yang selalu dilakukan oleh masyarakat Desa Tambakmekar seperti upacara adat Ruatan Bumi yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Ruwatan bumi adalah salah satu upacara adat masyarakat agraris yang sampai saat ini masih dilaksanakan oleh masyarakat Desa Tambakmekar. Ruwatan berasal dari kata rawat atau merawa artinya mengumpulkan atau merawat yaitu mengumpulkan seluruh masyarakat kampung serta mengumpulkan semua hasil bumi, baik yang masih mentah maupun yang sudah diolah. Upacara Ruwatan Bumi ini dilaksanakan sebagai ungkapan syukur terhadap Tuhan YME atas keberhasilan hasil panen pertanian dan sebagai tolak bala serta ungkapan penghormatan terhadap nenek moyang mereka yang telah berjasa meningkatkann taraf hidup pada masyarakat Desa Tambakmekar. Selain itu ada juga kesenian gembyung yang masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Tambakmekar. Gembyung adalah ensambel musik yang terdiri dari beberapa waditra terbang dengan tarompet yang merupakan jenis kesenian bernafaskan Islam. Meskipun demikian, di lapangan ditemukan beberapa kesenian Gembyung yang tidak menggunakan waditra tarompet. Gembyung merupakan jenis kesenian tradisional khas daerah Subang terutama di Desa Tambakmekar yang sampai sekarang masih terus dimainkan. Gembyung biasa dimainkan untuk hiburan rakyat seperti pesta khitanan dan perkawinan atau acara hiburan lainnya dan juga digunakan untuk upacara adat seperti halnya Ruatan bumi, minta hujan dan mapag dewi sri. Dalam perkembangannya saat ini, gembyung tidak hanya sebagai seni auditif, tapi sudah menjadi seni pertunjukan yang melibatkan unsur seni lain seperti seni tari. Sisingaan merupakan salah satu wujud seni budaya yang cukup terkenal di Jawa Barat, terutama di daerah Subang. Pada mulanya sejarah sisingaan itu sendiri diciptakan untuk melawan kolonial Belanda yang menyerang daerah Jawa Barat, khususnya Subang. Singa itu sendiri merupakan simbol dari penjajah yang berambut pirang. Simbol perlawanan dari seni sisingaan diwujudkan dalam bentuk penunggangan seorang anak di atas singa. Anak- anak merupakan simbol dari orang Indonesia, sedangkan Belanda disimbolkan oleh singa. Pesan yang ingin disampaikan dalam kesenian ini bahwa masyarakat Subang haruslah bisa menjadi tuan rumah di negerinya sndiri, jangan hanya ditunggangi oleh negara kolonial. Sisingaan di Subang yang paling terkenal adalah sisingaan desa Tambakmekar yang dipelopori oleh Pak Robot. Nama asli dari Pak Robot adalah Ukad Mulyana. Dinamakan Robot karena Ukad Mulyana semasa mudanya menekuni kesenian bagaikan robot yang tak pernah tidur dan tak bisa diam, selalu berlatih dan bekerja untuk mengembangkan sisingaan. Sisingaan Pak Robot lebih dikenal dengan sebutan Robot Group. Robot Group didirikan pada tahun 1970 dan terus dikembangkan secara mandiri sampai sekarang. Pada tahun 1977 Dinas Budaya dan Pariwisata Jawa Barat mengeluarkan surat keputusan bahwa Sisingaan Robot Group merupakan salah satu kesenian yang harus dijaga dan dilestarikan keberadaannya. Sisingaan biasanya digelar untuk merayakan pesta khitanan anak. Namun, bisa juga dipentaskan untuk menyambut tamu-tamu agung dan festival-festival budaya. Prosesi yang pertama dilakukan adalah dengan mendudukkan anak khitanan di atas benda yang berbentuk singa. Setelah itu, sisingaan diangkat oleh beberapa orang dan diarak keliling desa dengan diiringi oleh musik gendang tradisional. Untuk satu kali pertunjukkan biasanya memakai dua sisingaan yang masing-masing diusung oleh delapan orang. Jika memakai empat singa maka diperlukan tiga puluh orang yang mengusung. Sedangkan, bila menggunakan enam singa maka dibutuhkan empat puluh orang pengusung. Semangat dan darah seni yang telah mengalir dalam diri Pak Robot membawanya meraih juara satu tingkat nasional dari 27 provinsi pada tahun 1978. Sisingaan Robot Group menjadi perwakilan dari provinsi Jawa Barat. Ciri yang membedakan sisingaan Robot Group dengan sisingaan yang lainnya terletak pada gerak dan alunan musiknya yang lebih indah dan sarat akan nilai seni dan budaya tradisional. Prestasi lain yang telah ditorehkan oleh Robot Group adalah pementasannya di tingkat internasional seperti di Hongkong, Jepang, Korea Selatan, dan Shanghai yang dipertontonkan di depan satu miliar orang. Prestasi di dalam negeri terlihat dari pementasannya yang sudah berkeliling Indonesia seperti Lampung, Riau, Semarang, dan Yogyakarta. Pada bulan-bulan tertentu, khususnya pada bulan yang sering digunakan orang untuk melaksanakan khitanan, latihan sering digelar setiap seminggu sekali, bahkan bisa lebih. Murid didik Robot Group sudah mencapai 500 orang lebih dan memiliki 17 cabang yang tersebar di Subang dan Bandung. Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Laki-laki 4.304 Orang Perempuan 4.356 Orang Jumlah Total 8.658 Orang Sumber: Dokumen Desa Tambakmekar 2012

Dokumen yang terkait

Komunikasi Nonverbal Dalam Pagelaran Seni Tari Kecak di Kebudayaan Bali (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Makna Komunikasi Nonverbal Para Penari Kecak Dalam Pagelaran Seni Tari Kecak di Kawasan Wisata Denpasar Bali)

7 119 103

Makna Komunikasi Non Verbal Dalam Upacara Adat Melasti (Studi Deskriptif Mengenai Makna Komunikasi Non Verbal Dalam Upacara Adat Melasti Di Desa Padang Sambian Denpasar Bali Dalam Rangka Menyambut Hari Raya Nyepi 2015)

6 30 69

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Nujuh Bulanan Di Kota Bandung)

2 23 79

Aktivitas Komunikasi dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Pernikahan Adat Batak Toba di Kota Bandung)

5 44 112

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Labuh Saji (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Labuh Saji di Pantai Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi)

3 27 88

Makna Komunikasi Nonverbal Dalam Kesenian Debus Di Kebudayaan Banten (Studi Etnografi Makna Komunikasi Nonverbal Dalam Kesenian Debus Di Desa Petir Kabupaten Serang Banten)

1 27 1

Komunikasi Nonverbal Dalam Pagelaran Seni Tari Kecak di Kebudayaan Bali (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Makna Komunikasi Nonverbal Para Penari Kecak Dalam Pagelaran Seni Tari Kecak di Kawasan Wisata Denpasar Bali)

0 5 1

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adata Moponika (studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Moponika Di KOta Gorontalo)

0 37 82

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Babarita (studi etnografi komunitas mengenai aktivitas komunikasi dalam upacara adat babarit Di Desa Sagarahiang Kabupaten Kuningan)

7 65 99

Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Komunikasi Dalam Upacara Adat Pernikahan Batak Karo di Kota Bandung)

7 36 104