menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kejadian keputihan pvalue=0.008.
30
Menurut Notoadmodjo, pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku.
11
Jadi, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang kurang akan sangat mempengaruhi
terbentuknya perilaku negatif dalam kesehatan reproduksi. Perilaku kesehatan reproduksi yang buruk akan meningkatkan resiko seseorang
untuk mengalami suatu penyakit yang berkaitan dengan sistem reproduksi.
4.3.3 Hubungan Sikap terhadap Kesehatan Reproduksi dengan
Kejadian Keputihan
Pada penelitian diatas didapatkan bahwa responden dengan tingkatan sikap negatif adalah 495 orang 48.1 dan responden dengan
tingkatan sikap positif adalah 534 orang 51.9. Data tersebut menjelaskan bahwa sebagian besar sikap terhadap kesehatan reproduksi
siswi SMA, SMK dan MA adalah sikap yang positif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Meyni pada siswi SMA Negeri 9 Manado
yang menyatakan bahwa 65 orang 68.75 mempunyai sikap positif dan 25 orang 31.25 mempunyai sikap negatif terhadap kesehatan
reproduksi.
31
Hasil analisis data hubungan antara sikap terhadap kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan memiliki nilai probabilitas p value
0.173. Hal ini mempunyai arti bahwa tidak terdapat hubungan antara sikap terhadap kesehatan repoduksi dengan kejadian keputihan. Dapat
disimpulkan bahwa individu dengan sikap negatif maupun positif terhadap kesehatan reproduksi mempunyai peluang yang sama untuk terjadinya
keputihan patologis. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisa di kawasan Pondok Cabe Ilir dengan nilai probabilitas p value
sebesar 0.806 yang artinya tidak terdapat hubungan antara tingkatan sikap terhadap kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan.
30
Hasil diatas tidak sesuai hipotesis karena pada penelitian ini hanya dilakukan penelitian terhadap beberapa faktor saja yaitu pengalaman
pribadi keputihan, pendidikan umum dan media massa.
Menurut Azwar 2005, suatu sikap belum otomatis terbentuk menjadi perilaku atau tindakan yang sesuai, karena untuk membentuk
tindakan dan perilaku yang sesuai dengan sikap diperlukan faktor-faktor pendukung lainnya. Banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi
tingkatan sikap seseorang seperti adanya pengaruh dari orang lain, faktor budaya, faktor pendidikan agama dan tingkat emosional responden yang
tidak diteliti pada penelitian ini. Adanya kemungkinan bahwa tidak ditelitinya faktor-faktor lain yang mempengaruhi sikap dapat memberikan
hasil yang berbeda.
32
4.3.4 Hubungan Perilaku Kesehatan Reproduksi dengan
Kejadian Keputihan
Pada penelitian diatas didapatkan bahwa dari 1029 responden terdapat 419 orang 40.7 dengan perilaku negatif terhadap kesehatan
reproduksi dan 610 orang 59.3 dengan perilaku positif terhadap kesehatan reproduksi. Data tersebut menjelaskan bahwa sebagian besar
siswi SMA, SMK dan MA memiliki perilaku yang positif terkait kesehatan reproduksi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Donatila di SMA Negeri 4 Semarang menyatakan bahwa 61 responden 95.3 mempunyai perilaku positif dan 3 responden 4.7
mempunyai perilaku negatif terhadap kesehatan reproduksi.
29
Hasil analisis data antara perilaku tentang kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan adalah responden yang mengalami keputihan
patologis dengan perilaku positif yaitu 303 orang 49.7 dan responden yang mengalami keputihan patologis dengang perilaku negatif yaitu 245