KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2015
Hal. III - 22 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BAPPEDA
21,66 dan ini terjadi pada belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal.
Pada urusan belanja daerah ini diperkirakan pada tahun 2015 proporsi antara belanja tidak langsung
dengan belanja langsung adalah 72,28 dan 27,72. Hal ini sangat jauh dari kondisi yang ideal yaitu 50-50.
3.2.2.3. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah
Kebijakan penerimaan pembiayaan, khususnya SILPA tahun sebelumnya, dimanfaatkan untuk menutupi defisit anggaran
belanja. Kebijakan ini diambil sebagai jawaban atas besarnya anggaran untuk belanja, baik langsung atau tak langsung.
Kebijakan pemanfaatan dana SiLPA untuk menutup defisit karena Pemerintah Kabupaten Pesisir menggunakan prinsip
anggaran berimbang, jumlah belanja sama dengan jumlah penerimaan.
Menurut aturan hukum, pemerintah daerah diizinkan untuk memakai pola anggaran defisit, asal masih dalam level aman
berkisar 2,5 dari PDRB. Untuk membiayai defisit anggaran, pemerintah daerah diizinkan untuk mengeluarkan surat
hutang treasury bond setelah mendapat izin dari pemerintah pusat dan DPRD setempat.
Selain itu juga dibuka peluang bagi pemerintah daerah untuk menggalang dana pinjaman pemerintah daerah yang
bersumber dari masyarakat sebagai salah satu sumber pendanaan daerah. Sumber pendanaan tersebut adalah
obligasi daerah untuk mendanai investasi sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi
masyarakat. Sampai saat ini, Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan belum memanfaatkan sumber-sumber penerimaan
pembiayaan yang lain kecuali SILPA.
Untuk menganalisa realisasi dan proyeksi pembiayaan daerah dan pendanaannya dapat diperoleh dari tabel
Realisasi dan Proyeksi Pembiayaan Daerah dibawah ini :
KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2015
Hal. III - 23 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BAPPEDA
Tabel 3.7 Realisasi dan Proyeksi Pembiayaan
Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010 – 2016
APBD TA.2012 Rp APBD TA.2013 Rp
APBD TA.2014 Rp APBD TA 2015 Rp
APBD TA 2016 Rp -
- 3
PEMBIAYAAN DAERAH -
- 3.1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
54,847,542,144 55,849,996,007
26,678,991,362 164,526,445,737
180,979,090,311 16,452,644,574
3.1.1 SILPA 54,558,268,114
55,716,395,123 26,678,991,362
65,526,445,737 72,079,090,311
6,552,644,574 3.1.2 Penerimaan Pinjaman Daerah
- -
- 99,000,000,000
108,900,000,000 9,900,000,000
3.1.3 JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN -
- 26,678,991,362
164,526,445,737 180,979,090,311
16,452,644,574 -
- 3.1.4 Pengeluaran Pembiayaan
- -
- -
- -
3.1.5 Penyertaan Modal Investasi Pemerintah Daerah 289,274,030
133,600,884 6,989,000,000
6,936,000,000 7,629,600,000
693,600,000 Pembayaran Pokok Utang
1,361,369,600 -
- -
JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN 8,350,369,600
6,936,000,000 7,629,600,000
693,600,000 PEMBIAYAAN NETTO
18,328,621,762 157,590,445,737
173,349,490,311 15,759,044,574
SURPLUS DEFISIT 14,720,352,663
- -
- PERKIRAAN KENAIKAN
Rp REALISASI
NO URAIAN
PROYEKSI
Sumber : DPPKAD Kabupaten Pesisir Selatan, 2014
Dalam hal pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah. Untuk
pembiayaan daerah diperoleh dari SILPA, penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang
daerah.
Untuk pembiayaan daerah yang diperoleh dari SILPA diusahakan lebih kecil dari tahun sebelumnya untuk melihat
efektifnya perencanaan anggaran dalam penyerapan anggaran yang telah disediakan, diperkirakan pada tahun
2015 akan terjadi penurunan SILPA sebesar 74,41.
Untuk penerimaan kembali pemberian pinjaman diperkirakan juga
akan mengalami penurunan sedangkan penerimaan piutang daerah akan mengalami kenaikan pada tahun 2015.
Sedangkan untuk
pengeluaran pembiayaan
daerah digunakan untuk pembayaran utang pada pihak ketiga dan
penyertaan modal pemerintah daerah yang diperkirakan akan naik pada tahun 2015.
3.3. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah
Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan faktor yang sangat penting
KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2015
Hal. III - 24 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BAPPEDA
dala upaya e apai Visi da Misi daerah yaitu Mewujudka Masyarakat Pesisir selata ya g “ejahtera . Na u pertu uha
ekonomi yang tinggi belumlah cukup bila tidak diimbangi dengan
menurunnya tingkat kesenjangan, berkurangnya angka kemiskinan serta meningkatnya kualitas sumber daya manusia sebagai titik
sentral pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Karena itu, pada tahun 2015, Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan akan terus
melakukan perkuatan dan penuntasan tiga pilar pertumbuhan ekonomi inklusif inckusive economics growth yaitu pembangunan
yang pro-growth, pro-poor dan pro-job serta didukung oleh kesadaran tentang pentingnya pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan pro-environtment. Hal ini dilakukan selaras dengan stratgei dan arah kebijakan pembangunan nasional
tahun 2010-2015.
3.3.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan yang Pro-Growth
Untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 7.09 persen pada tahun 2015 yang merupakan akhir pelaksanaan RPJMD Kabupaten
Pesisir Selatan merupakan pekerjaan yang sangat berat. Karena itu, untuk mendekati target tersebut dibutuhkan strategi dan
energy yang sangat besar. Beberapa strategi yang dicanangkan dalam mendorong pembangunan yang pro-growth antara lain:
1. Memperluas kesempatan kerja 2. Meningkatkan daya saing dunia usaha
3. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi daerah 4. Meningkatkan
kualitas infrastuktur
penunjang perekonomian masyarakat
5. Memperluas akses pasar dan menekan potensi ekonomi berbiaya tinggi
6. Mendorong tumbuh dan berkembangnya sektor-sektor potensial
7. Meningkatkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan 8. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan