0610150120 rkpd kab. pessel ta 2015

(1)

(2)

BAB I PENDAHULUAN

I.1.Latar Belakang

Perencanaan merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan dimasa depan secara tepat dan efisien melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sesuai dengan sumber daya yang tersedia pada daerah. Secara umum perencanaan

pembangunan adalah teknik untuk mencapai tujuan

pembangunan secara tepat, terarah dan efisien sesuai dengan kondisi daerah yang bersangkutan. Sedangkan tujuan dari pembangunan adalah untuk mendorong proses pembangunan secara lebih tepat guna mewujudkan masyarakat yang lebih maju, makmur dan sejahtera.

Adapun komponen utama dari perencanaan pembangunan terdiri dari; (1) usaha pemerintah secara terencana dan

sistematis untuk mengendalikan dan mengatur proses

pembangunan, (2) mencakup periode jangka panjang,

menengah dan tahunan, (3) menyangkut dengan variabel-variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan secara keseluruhan baik secara langsung maupun tidak langsung, (4) mempunyai suatu sasaran pembangunan yang jelas sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Dari uraian diatas dengan berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah telah mengamanatkan bahwa


(3)

dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, setiap Pemerintah Daerah diwajibkan untuk menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan sistem perencanaan

pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah tersebut meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) untuk jangka 5 (lima) tahun, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk jangka 1 (satu) tahun.

RKPD adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah yang menggambarkan permasalahan pembangunan daerah serta indikasi program dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk periode satu tahun kedepan secara terencana melalui sumber pembiayaan baik APBD Kabupaten, APBD Provinsi maupun APBN. RKPD merupakan penjabaran dari RPJMD dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Sebagai penjabaran dari RPJMD, RKPD mempunyai kedudukan dan fungsi penting

dalam sistem perencanaan daerah, karena RKPD

menerjemahkan perencanaan strategis jangka menengah (RPJMD dan Renstra SKPD) ke dalam rencana, program, dan penganggaran tahunan. Dengan demikian, RKPD berperan menjembatani sinkronisiasi harmonisasi rencana tahunan dengan perencanaan strategis atau mengopersionalkan rencana strategis kedalam langkah-langkah yang lebih konkrit dan terukur untuk terpainya rencana strategis jangka menengah.

Proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2015 disusun melalui pendekatan teknokratis, demokratis dan partisipatif, politis, bottom-up dan top-down. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh suatu dokumen perencanaan yang tidak hanya memenuhi syarat teknis perencanaan, namun juga memperoleh dukungan masyarakat dalam implementasinya. Untuk memperoleh dokumen perencanaan yang disusun secara partisipatif, transparan, dan akuntabel, maka perlu dilakukan koordinasi antar instansi pemerintah yang saling memberi masukan dengan


(4)

proses penyusunan Rencana Kerja (Renja) SKPD dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan melalui penjaringan aspirasi masyarakat secara bertahap dengan melaksanakan suatu forum yaitu Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang secara partisipatif dilakukan mulai dari Musrenbang Nagari, Musrenbang Kecamatan dan Musrenbang Kabupaten.

RKPD Kabupaten Pesisir Selatan sebagai dokumen perencanaan

pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin

keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pegawasan serta merupakan pedoman bagi Pemerintah Daerah, seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun Renja-SKPD, dan sebagai dasar utama dalam penyusunan Kebijakan Umum APBD, Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara APBD, serta Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD) Tahun Anggaran 2015. Mempertimbangkan keberhasilan pembangunan yang telah dicapai pada tahun sebelumnya, serta masalah dan tantangan yang akan dihadapi pada pelaksanaan RKPD tahun 2015, maka

ditetapkan Tema Pembangunan Daerah Tahun 2015”

Memantapkan Perekonomian Daerah Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat “. Mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya yang terbatas, selanjutnya ditetapkan prioritas pembangunan daerah tahunan yang dijabarkan ke dalam program dan kegiatan pembangunan dan sasaran-sasaran pembangunan.

I.2.Dasar Hukum Penyusunan

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang

Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 25), jis Undang-Undang Drt Nomor 21Tahun 1957 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 77) jo Undang-Undang Nomor 58 Tahun 1958 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1643);


(5)

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

5. Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan,

Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) ;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang

Rencana Kerja Pemerintah;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana

Perimbangan;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang


(6)

Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang

Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan

Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata

Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011

tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

16. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 5 Tahun

2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sumatera Barat 2010-2015;

17. Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 8 Tahun

2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2005-2025;


(7)

18. Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 10 s/d 12 Tahun 2010 tentang Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Pesisir Selatan;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 7 Tahun

2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Pesisir Selatan Tahun 2010 – 2030;

20. Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 14

Tahun 2011 tentang Tata Cara Penyusunan Dokumen dan Pelaksanaan Musyawarah Pembangunan Daerah;

21. Peraturan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Nomor 5 Tahun

2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010-2015;

I.3.Proses Penyusunan RKPD

Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2014 dilakukan melalui 5 (lima) tahapan proses sebagai berikut :

Tahap 1 : Penyiapan draf awal RKPD Kabupaten Pesisir Selatan

tahun 2015 oleh Tim Kerja Penyusunan RKPD. Draft

awal RKPD ini disusun berdasarkan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2010 – 2015, RPJMD

Provinsi Sumatera Barat dan Rencana Kerja

Pemerintah Tahun 2015. Selanjutnya RKPD tersebut dijadikan pedoman oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana Kerja (Renja) SKPD Kabupaten Pesisir Selatan.

Tahap 2 : Selanjutnya, Renja SKPD Kabupaten Pesisir Selatan disinergikan dan disinkronkan dalam forum SKPD Kabupaten.

Tahap 3 : RKPD Kabupaten Pesisir Selatan disinkronkan dan diserasikan dengan RKPD Propinsi dan RKP Nasional,


(8)

khususnya terhadap program dan kegiatan tugas-tugas pembantuan dan dekonsentrasi.

Tahap 4 : Rancangan RKPD Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2015, yang merupakan hasil dari forum SKPD, dan setelah disinkronkan dan diserasikan dengan RKPD Propinsi dan RKP Nasional, selanjutnya dibawa ke

dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan

(Musrenbang) Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2015.

Tahap 5 : Musrenbang Kabupaten akhir Maret 2014, dilakukan Pemutakhiran draft RKPD Kabupaten Pesisir Selatan berdasarkan masukan dan saran dari peserta Musrenbang Kabupaten.

I.4.Hubungan Antar Dokumen

Mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berangkat dan disusun dari sebuah proses penjabaran atas visi, misi dan program Kepala Daerah. RPJMD berperan sebagai acuan dasar dalam menentukan arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah yang pada intinya memuat mengenai arah kebijakan keuangan daerah, strategi pernbangunan daerah, kebijakan umum, dan program SKPD, lintas SKPD dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Sebagai suatu produk perencanaan, RKPD tetap tidak dapat dipisahkan keberadaannya dengan dokumen perencanaan dan penganggaran lainnya. RKPD ini terintegrasi dan merupakan satu kesatuan dengan dokumen perencanaan lainnya baik di tingkat nasional maupun daerah, terutama dengan dokumen perencanaan dan penganggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Adapun dokumen perencanaan dan penganggaran tersebut meliputi (1) RPJPD, (2) RPJMD, (3) Renstra-SKPD, (4) RKPD dan (5) Renja-SKPD. Semua dokumen perencanaan sebagaimana dimaksud di atas, dari sisi waktu


(9)

mencakup 3 kerangka waktu, yaitu rencana jangka panjang (20 tahun), rencana jangka menengah (5 tahun) dan rencana jangka pendek (1 tahun). Secara substansi, keberadaan RKPD dengan dokumen perencanaan tersebut membentuk keterkaitan yang bersifat hierarkis, yaitu dokumen dengan jangka waktu yang lebih panjang menjadi rujukan bagi dokumen dengan jangka waktu yang lebih pendek. Secara diagramatis keterkaitan

hubungan RKPD dengan dokumen perencanaan dan

penganggaran lainnya tersebut dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut:

Mengacu pada Gambar 1.1 dapat diketahui bahwa secara rinci

hubungan RKPD dengan dokumen perencanaan dan

penganggaran lainnya, adalah sebagai berikut :

 RKPD disusun dengan memperhatikan pokok-pokok arah

kebijakan dalam RKP Nasional melalui mekanisme


(10)

 RKPD disusun dengan berpedoman pada RPJM Daerah yang didalamnya memuat mengenai visi, misi dan arah pembangunan daerah;

 RKPD ini menjadi pedoman bagi penyusunan Renja SKPD

yang disusun sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari tiap SKPD;

 RKPD ini nantinya dijabarkan ke dalam RAPBD dengan

berpedoman juga kepada Renja SKPD;

Memperhatikan hubungan keterkaitan sebagaimana dijelaskan di atas, maka dalam penyusunan RKPD Tahun 2015 ini harus mengacu dan berpedoman pada dokumen RKP Nasional Tahun 2014, RKPD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2013, RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010-2015, Renstra SKPD Tahun 2010-2015, serta Renja SKPD Tahun 2015. Selain itu kedudukan RKPD Kabupaten tidak terpisahkan dari dokumen perencanaan tata ruang wilayah.

Sistematika Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2014

Sistematika RKPD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2014 disusun dalam 6 (enam) Bab yang terdiri dari :

BAB I : Merupakan BAB pendahuluan yang meliputi latar belakang, dasar hukum penyusunan RKPD, Hubungan antar dokumen, Sistematika Dokumen RKPD, maksud dan tujuan penyusunan RKPD.

BAB II : Merupakan BAB yang menggambarkan potret dari hasil evaluasi kondisi pembangunan daerah selama tahun 2013 berdasarkan 5 (lima) agenda pembangunan yang

telah ditetapkan dalam RPJM Daerah tahun 2010 – 2015

yaitu: Ekonomi Infrastruktur, Pendidikan, Kesehatan, Agama, Kepemudaan dan Sosial Budaya dan Revitalisasi Pemerintahan Daerah.


(11)

BAB III : Merupakan BAB yang menggambarkan rancangan ekonomi daerah beserta kerangka pendanaan tahun 2015 yang berisikan pertumbuhan ekonomi Pesisir Selatan tahun 2014 dan perkiraan tahun 2015 serta PDRB Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2014 dan

Perkiraan Tahun 2015 – 2016.

BAB IV : Merupakan BAB yang menampilkan prioritas dan sasaran pembangunan tahun 2015 yang berisikan prioritas kelanjutan pembangunan tahun 2014, yang mencakup ; peningkatan produksi dan produktifitas pertanian dan perikanan, pengembangan industri pangan berbasis

potensi lokal, pengembangan kawasan wisata,

pembangunan daerah tertinggal dan infrastruktur penunjang ekonomi rakyat, lingkungan hidup dan penanggulangan bencana, peningkatan akses dan kualitas pendidikan, peningkatan derajat kesejahteraan

masyarakat, pengamalan ABS – SBK dalam kehidupan

bermasyarakat, pecepatan penanggulangan kemiskinan, peningkatan peran pemuda dalam pembangunan, dan reformasi birokrasi dan tata usaha pemerintah.

BAB V : BAB yang menguraikan tentang rencana program dan kegiatan prioritas daerah tahun 2015 berdasarkan bidang urusan pemerintahan yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan dan disusun dalam bentuk matriks.

BAB VI : Merupakan BAB penutup yang berisikan kesimpulan dari

penyusunan RKPD Tahun 2015 dan saran – saran yang


(12)

yang akan datang.

1.5 Maksud dan Tujuan Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

Maksud penyusunan RKPD adalah untuk memberikan arah pembangunan Kabupaten Pesisir Selatan dan sinergitas program dan kegiatan di daerah, baik yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan maupun yang dilaksanakan bersama-sama masyarakat.

Sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah, RKPD memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi daerah, rencana kerja dan pendanaannya serta prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif, baik yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Untuk itu Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah secara umum mempunyai nilai sangat strategis dan penting, antara lain:

a. Merupakan instrumen pelaksanaan RPJMD.

b. Menjadi acuan penyusunan Rencana Kerja SKPD, berupa

program/kegiatan SKPD dan/atau lintas SKPD.

c. Mewujudkan konsistensi program dan sinkronisasi pencapaian

sasaran RPJMD.

d. Menjadi landasan penyusunan Kebijakan Umum Anggaran

(KUA) dan penetapan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) untuk menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD).

e. Menjadi pedoman dalam mengevaluasi rancangan peraturan

daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).


(13)

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi

A. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Luas wilayah daratan Kabupaten Pesisir Selatan sekitar 5.794,95 km2 (579.495 Ha) atau 13,70 % dari luas wilayah Propinsi

Sumatera Barat. Dan luas wilayah perairan ±84,312 km², dengan panjang garis pantai ± 234,2 km.

Wilayah administrasi Kabupaten Pesisir Selatan terdiri dari 15 Kecamatan yaitu Kecamatan Air Pura (Perda Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kecamatan Air Pura), Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan (Perda Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan), dan Kecamatan Silaut (Perda Nomor 9 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kecamatan Silaut). Dari 15 Kecamatan tersebut telah terdapat 186 nagari dan 480 kampung, dimana Kecamatan Koto XI Tarusan merupakan nagari yang terbanyak yaitu, mempunyai 23 nagari (dua puluh tiga ) dan 51 kampung. Kecamatan IV Jurai merupakan kecamatan yang mempunyai nagari terbanyak kedua setelah Kecamatan Tarusan yaitu 20 nagari (dua puluh) dan 52 kampung, sedangkan Kecamatan Batang Kapas merupakan kecamatan yang memiliki nagari yang terkecil yaitu 9 (sembilan) Nagari dan 29 kampung. Batas-batas wilayah Kabupaten Pesisir Selatan adalah :

 Sebelah Utara dengan Kota Padang;

 Sebelah Selatan dengan Provinsi Bengkulu;

 Sebelah Timur dengan Kabupaten Solok,Kabupaten Solok Selatan dan Propinsi Jambi;

 Sebelah Barat dengan Samudera Hindia.

Hampir sebagian dari wilayah Kabupaten Pesisir Selatan terletak dipinggir pantai. Dengan jumlah pulau sebanyak 47 buah dan 19 buah sungai besar. Keberadaan pulau-pulau tersebut memberikan peluang untuk dapat mengembangkan potensi wisata terutama wisata bahari.


(14)

B. Letak dan Kondisi Geografis

Letak dan kondisi geografis Kabupaten Pesisir Selatan adalah pada posisi º 59’ - º ’, ’ LS dan º 9’ - º ’ BT. Sedangkan untuk topografi atau ketinggian tanah berkisar antara 0 – 1.000 meter di atas permukaan laut (dpl) dan merupakan dataran rendah yang berbukit, serta perpanjangan dari Bukit Barisan.

C. Topografi

Topografi wilayah Kabupaten Pesisir Selatan yaitu dengan kemiringan lereng yang beragam berkisar antara 0-40% dan > 40%. Klasifikasi Kemiringan lereng untuk wilayah Kabupaten Pesisir Selatan meliputi :

1) Kemiringan 0 – 2% yang adalah kemiringan datar, terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan luas 181.654 Ha (31,59%).

2) Kemiringan 2 – 15% yang merupakan kemiringan agak landai, terdapat dikecamatan Lunang Silaut, Kecamatan Basa IV Balai Tapan, Kecamatan Pacung Soal, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kecamatan Sutera, Kecamatan Batang Kapas, dan Kecamatan Koto XI Tarusan, dengan luas 5.102 Ha (0,89%). 3) Kemiringan 15 – 25% yang merupakan kemiringan Landai

terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaen Pesisir Selatan, dengan luas 24.562 Ha (4,27%).

4) Kemiringan 25 – 40% yang merupakan kemiringan agak curam terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaen Pesisir Selatan, dengan luas 59.436 Ha (10,34%).

5) Kemiringan > 40% yang merupakan kemiringan curam terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Pesisir Selatan, dengan luas 304.235 Ha (52,91%).

Dari peta topografi dan klasifikasi kelas lereng wilayah, dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah Pesisir Selatan termasuk dalam kelas lereng curam dengan kemiringan lereng di atas 40 % yang mencapai luas 304.235 Ha (52,91 %) terdapat pada seluruh Kecamatan Kabupaten Pesisir Selatan. Sementara luas wilayah dengan kemiringan lereng datar 0–2% dengan luas 181.654 Ha (31,59) terdapat diseluruh kecamatan, Kemiringan 2–15% dengan luas 5.102 Ha (0,89%) terdapat di Kecamatan Lunang, Silaut, Basa IV Balai Tapan, Ranah Ampek Hulu Tapan, Pancung Soal, Air Pura, Linggo Sari Baganti, Sutera, Batang Kapas dan Koto XI Tarusan, kemiringan 15 – 25% dengan


(15)

luas 24.562 Ha (4,27%) terdapat diseluruh kecamatan, dan agak curam dengan kemiringan 25 – 40% dengan luas 304.235 Ha (52,91%) terdapat diseluruh Kecamatan.

Sedangkan morfologi daerah di Kabupaten Pesisir Selatan terdiri atas daratan, berbukit dan bergunung. Daerah dengan morfologi dataran berada pada wilayah Bagian Barat dengan ketinggian antara 0 – 150 m dpl seluas 186.756 Ha (32,48%). Daerah dengan morfologi berbukit berada pada wilayah Bagian Tengah dengan ketinggian antara 150 – 400m dpl seluas 83.998 Ha (14,16%). Dan daerah dengan morfologi perbukitan/bergunung terdapat pada wilayah Bagian Timur Kabupaten Pesisir Selatan dengan ketinggian antara 400 – 1.000 m dpl seluas 304,235 Ha (52.91 %).

D. Geologi

Dari sisi geologi Kabupaten Pesisir Selatan dipengaruhi oleh bencana alam berupa longsor, banjir, dan erosi pantai /abrasi. Daerah Kabupaten Pesisir Selatan memiliki batuan sebagai berikut; (Tomp) Batuan gunung api oligi-miosen: Batuan gunung api dengan sejumlah kecil batuan sediment. Batuan gunung api terdiri dari lava, breksi, breksituff, tuf, hablur, ignimbrid dan tuf sela, kebanyakan bersusunan andesitan dan dasitan.

Tuf sela ini terdiri dari rombakan. Pecahan andesit, lempung pasiran, gelas dan rijang, dengan perekat gelas, kalsit lembut, kuarsa dan feldspar. Tuf hablur mengandung banyak feldspar dan kuarsa dengan masa dasar serisit, mineral lempung dan gelas, termasuk arkosa, serpih bituminan, batubara serpihan, batupasir tufan, serpih tufan, tuf andesitan dan breksi tuf. Dalam formasi ini termasuk batuan sedimen berumur miosen awal yang mengandung fosil Dicotylenblendad di sebelah selatan gunung Kerinci. Umur formasi ini dinyatakan sebagai oligo-miosen. Tebalnya mencapai 700 meter. Dilembar Painan dinamakan formasi Painan. (Tomh) Lava, breksi gunung api dan tuf terubah, bersusunan andesit, basal. Tebal 700 meter. (Tdb) Diabas : retas berstekstur diabasan ; tersusun oleh Cabradiorit, augit, diopsid, dan olivine. Beberapa dari diabas ini mengalami kloritisasi. Diabas dinyatakan berumur tersier tengah karena menerobos formasi Painan (Tomp) yang berumur tersier akhir.


(16)

GRANIT : Granit biotit, porfir kuarsa dan granit grafik. Granit terdapat sebagai inti di dalam batuan pluton granodiorit di daerah selatan gunung Kerinci. Granit ini dinyatakan berumur miosen tengah karena hubungannya dengan batuan pluton granodiorit.

GRANODIORIT : Granit horenblenda sampai granodiorit. Dinyatakan berumur miosen tengah karena menerobos formasi Painan yang berumur tersier bawah di sebelah selatan gunung kerinci. (Qtb) Konglomerat aneka bahan, batupasir berbatuapung dan batulanau, batu lempung dengan sisa tanaman, sisipan lignit dan batu gamping. Tebal 250 meter. LAVA : susunan dan asalnya sama dengan batuan gunung api yang tak terpisahkan (Qyu). Aliran terdapat di sekitar Gunung Kerinci dan Gunung Tujuh. (Qv) Lava bersusunan andesit-Basal, tuf dan breksi lahar. Sumber Gunung Pandan (Qvp), Gunung Kunyit (qvk), Gunung Raya (Qvr), Gunung Kebongsong (qvkb), Gunung Medan (Qvm). (Qa) Aluvium : bongkah kerikil, pasir, lanau, lumpur dan lempung. (Qas) ENDAPAN RAWA : Pasir, lanau, lumpur, lempung mengandung sisa tanaman. (Qal) ALUVIUM : Lanau, pasir, lempung, lumpur dan kerikil. (Jgr) GRANIT : susunannya berkisar antara granit biotit horenblenda sampai granodiorit, dengan bintik-bintik mineral mafik, plagioklas dari jenis oligiklas, horenblenda tidak mengalami kloritisasi, dan secara setempat terdapat apatit. Terdapat sebagai stok. Granodiorit disimpulkan berumur lebih muda daripada batuan paleozoikum dan lebih tua daripada formasi tabir yang berumur jura. Mungkin berumur jura awal.

FORMASI BARISAN (Pb) : Filit, batusabak, batugamping, batu tanduk dan grewake meta. Filit terdapat dari muskovit, serisit, klorit dan kuarsa; sedikit turmalin, epidot, zirkom dan grafit; setempat telah berikal terutama di jalur koyak dimana pendaunannya berkembang baik. Belahan batusabak umumnya berkembang baik. Rijang banyak sekali terdapat. Urat kuarsa sulfida magmatik mengandung emas terdapat di daerah sungai sapat. Ketebalannya lebih dari 3500 meter, (Jgr)

GRANIT : susunannya berkisar antara granit biotit horenblenda sampai granodiorit, dengan bintik-bintik mineral mafik. Plagioklas dari jenis oligoklas, horenblenda telah mengalami kloritisasi, dan secara setempat terdapat apatit, terdapat


(17)

sebagai stok. Granodiorit disimpulkan berumur lebih muda daripada batuan paleozoikum dan lebih tua daripada formasi sabir yang erumur jura. Mungkin berumur jura awal, (Gd) GRANODIORIT : Granodiorit, biotit, hornblenda, setempat terkloritkan.

E. Hidrologi

Kondisi Hidrologi di daerah ini terdiri dari 19 sungai besar dan sungai kecil yang merupakan bagian dari sistem jaringan sungai yang dipengaruhi oleh kondisi topografi dan struktur fisiografi terpapar dari timur ke barat. Seluruh sungai yang berada di daerah ini hulunya berada di Kabupaten Solok Selatan dan kawasan Hutan Suaka Alam Wisata (HSAW) serta Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang debit rata-rata 29,696 M3/dt

(tahun 2008) dengan luas 6.232,02 km2. Selain dari sungai

sebagai sumber daya air, potensi ketersediaan air tanah cukup memedai yaitu 9.420,44 juta M3. Batang Inderapura merupakan

Sungai terpanjang dengan panjang aliran sungai 93,70 km2 dan

luas Daerah Aliran Sungai 2.035.89 km2 serta debit aliran sebesar

7,315 M3/dt. Sungai ini melalui tiga kecamatan yaitu kecamatan

Pancung soal, Basa IV Balai dan Linggo Sari Baganti, sedangkan yang terpendek adalah Batang Painan dengan panjang aliran sungai 13,61 Km dan luas Daerah Aliran Sungai 23,36 km2 serta

debit aliran sebesar 0,084 M3/dt.

F. Klimatologi

Berdasarkan letak geografisnya, Kabupaten Pesisir Selatan berada pada bagian barat pantai Sumatera. Karena pengaruh letak ini pula, maka daerah ini tergolong beriklim tropis dengan suhu udara dan kelembaban yang tinggi. Ketinggian permukaan daratan sangat bervariasi yakni berada pada dataran rendah kecuali Kecamatan IV Nagari Bayu yang hampir seluruh daerahnya berada di dataran tinggi dataran tinggi. Namun, dalam tahun-tahun terakhir ini, keadaan musim kadang tidak menentu, pada bulan-bulan yang seharusnya musim kemarau terjadi hujan atau sebaliknya.

Kondisi iklim berdasarkan curah hujan tahunan rata-rata 299,6 mm/tahun. Puncak curah hujan maksimum terjadi sekitar bulan Januari dan Desember. Sedangkan curah hujan minimum terjadi pada bulan Mei. Suhu minimum terjadi antara bulan April sampai dengan Juni dan suhu maksimum terjadi antara bulan


(18)

Januari dan Oktober dengan temperatur suhu udara berkisar antara 22º C – 28º C dan 23º C – 32º C serta kelembaban rata-rata 80 %. Hujan terjadi hampir sepanjang tahun tanpa ada bulan-bulan kering dengan jumlah hari hujan berkisar antara 13-15 hari perbulan.

G. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya, diantaranya terdiri dari kawasan hutan dengan luas mencapai 579.485 Ha yang terdiri dari hutan lebat seluas 355.825 Ha atau (61,88%) sedangkan untuk perkebunan sebesar yaitu 34.007 Ha (5,91%), Pertanian Sawah seluas 25.695 Ha atau (4,47%), Kebun Campuran seluas 24.174 Ha atau (4.20%) Permukiman seluas 14.571 Ha (2,51%), Hutan Belukar 62.532 Ha, atau (10,88%), Hutan Sejenis 2.086 atau (0,36) semak dan alang-alang 11.523 atau (2,00%), Hutan Rawa 20.860 atau (3,63%), tegalan 6.240 atau (1,09%) dan lain-lain 15.026 atau (2,61%).

H. Potensi Pengembangan Wilayah

Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Penetapan kawasan budidaya dimaksudkan untuk memudahkan pengelolaan, dan pemantauan kegiatan termasuk penyediaan prasarana dan sarana maupun penanganan dampak lingkungan akibat kegiatan budidaya. Penetapan kawasan budidaya hingga tahun 2030 didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang RTRWN dan hasil kesepakatan antar wilayah pada Ditjen Penataan Ruang yang menyangkut klasifikasi pemanfaatan ruang kabupaten. Luas keseluruhan kawasan budidaya mencapai ± 262.797 Ha atau 45,35 % (direncanakan sampai tahun 2030) dari luas wilayah administrasi, yang meliputi :

a. Kawasan hutan produksi; b. Kawasan hutan rakyat; c. Kawasan perkebunan; d. Kawasan pertanian; e. Kawasan perikanan; f. Kawasan pertambangan; g. Kawasan industri; h. Kawasan pariwisata;


(19)

i. Kawasan permukiman; dan j. Kawasan peruntukan lainnya.

1. Kawasan Hutan Produksi

Kawasan budidaya hutan produksi, dibedakan menjadi hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, hutan produksi yang dapat di konversi. Dari penjelasan kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya, daerah ini memiliki potensi hutan produksi yang cukup luas dan tersebar di beberapa Kecamatan. Untuk rencana pengembangan kawasan peruntukan hutan produksi sampai dengan tahun 2030 seluas ± 70.681 Ha yang terdiri dari kawasan hutan produksi terbatas (HPT) seluas ± 40.004 Ha, hutan produksi tetap (HP) seluas ± 5.299 Ha dan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) seluas ± 25.378 Ha. Kawasan hutan produksi tersebut diarahkan pengembangannya di Kecamatan Batang Kapas, Sutera, Lengayang, Ranah Pesisir, Linggo Sari Baganti, Pancung soal, Basa IV Balai Tapan dan Lunang Silaut.

Penetapan kawasan hutan produksi ditujukan untuk mewujudkan kawasan hutan produksi yang dapat memberikan manfaat :

a. Mendorong peningkatan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya;

b. Mampu meningkatkan fungsi lindung, menjaga keseimbangan tata air dan lingkungan serta pelestarian kemampuan sumberdaya hutan;

c. Mampu menjaga kawasan lindung terhadap pengembangan kawasan budidaya;

d. Mampu meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar hutan, meningkatkan pendapatan daerah, meningkatkan lapangan kerja bagi masyarakat

e. Meningkatkan nilai tambah produksi hasil hutan dan industri pengolahannya dan meningkatkan ekspor; atau f. Mendorong perkembangan usaha dan peran masyarakat

sekitar hutan.

2. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat

Kawasan hutan rakyat disebut juga sebagai hutan milik, adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik baik secara perseorangan / kelompok atau badan hukum sedemikian rupa sehingga secara keseluruhan


(20)

merupakan persekutuan hidup hayati beserta lingkungannya. Rencana sebaran kawasan hutan rakyat dikembangkan di seluruh wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Berdasarkan SK.402/Menhut-II/2009 tanggal 6 Juli 2009, telah ditetapkan Pencadangan Areal untuk Pengembangan Hutan Taman Rakyat Seluas ± 2.795 Ha di Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu di Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Punggasan, Air Haji dan Inderapura yang telah di sahkan, dan selanjutnya untuk Rencana Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat pada Kawasan Hutan Produksi (HP) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT).

3. Kawasan Peruntukan Perkebunan

Kawasan perkebunan dikembangkan berdasarkan fungsi kawasan dan potensi yang ada pada daerah masing-masing memiliki prospek ekonomi cepat tumbuh. Menurut jenis komoditasnya, pengembangan perkebunan meliputi kelapa sawit, karet, kakao, kopi, kelapa, pinang, kasiavera, gambir, nilam, dan lain-lain.

Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan dengan pemanfaatan potensi lahan yang memiliki kesesuaian untuk perkebunan, berada pada kawasan budidaya, dan menghindarkan timbulnya konflik pemanfaatan lahan dengan kawasan lindung, kawasan hutan produksi tetap dan produksi terbatas, kawasan industri, dan kawasan permukiman.

Rencana pengembangan kawasan perkebunan hampir meliputi di seluruh Kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan. Pengelolaan perkebunan dapat dilakukan baik oleh perusahaan perkebunan maupun oleh masyarakat/ rakyat. Dalam rangka memacu perkembangan perekonomian daerah, tidak tertutup kemungkinan dikembangkan kawasan agropolitan yang berada di Kecamatan Batang Kapas, Kecamatan Sutera, Kecamatan Lengayang, dan Kecamatan Ranah Pesisir.

4. Kawasan Pertanian

Potensi sumberdaya lahan tanaman pangan dan hortikultura meliputi lahan sawah dan lahan bukan sawah yang terdiri dari pekarangan, ladang, dan tegalan/kebun. Dari potensi yang ada seluas ± 116.549 Ha, baru dimanfaatkan seluas ±


(21)

109.847 Ha sekitar 94.25% dan sisanya seluas ± 6.702 Ha sekitar 5.75% belum dimanfaatkan. Hal ini menunjukkan bahwa intensitas pertanaman masih rendah, terutama lahan bukan sawah.

Rencana pengembangan budidaya pertanian tanaman pangan dan hortikultura diarahkan untuk pemanfaatan secara intensif lahan-lahan yang belum dimanfaatkan dan tersebar di seluruh wilayah kecamatan. Selain itu, juga akan ditetapkan lahan-lahan pertanian tanaman pangan abadi untuk mendukung ketahanan pangan.

Adapun rencana pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan dan holtikultura, antara lain adalah :

A. Pertanian Lahan Sawah

Komposisi penduduk Kabupaten Pesisir Selatan diketahui bahwa 53,20% dari penduduk usia pekerja yang mata pencahariannya berada pada sektor pertanian dengan jumlah lahan sawah 25.695 Ha dari total luas wilayah keseluruhan 574.989 Ha yang tersebar pada seluruh kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan.

B. Kawasan Pertanian Lahan Kering Palawija dan

Hortikultura

 Dalam mengupayakan peningkatan produksi di Kabupaten Pesisir Selatan mempunyai potensi yang perlu dikembangkan karena masih mempunyai lahan kering seluas 8.000 Ha yang bisa dioptimalkan untuk penanaman palawija.dan Hortikultura.

 Komoditi sayuran seperti kubis, kentang, bawang merah, cabe di Kecamatan Koto XI Tarusan dan Bayang Utara.

 Buah-buahan seperti manggis, pisang, jeruk, melinjo, alpokat, salak di seluruh kecamatan daerah ini.

Selain itu juga di kembangkan kawasan agropolitan peternakan yang berlokasi di 4 Kecamatan yaitu :

a. Kecamatan Sutera; b. Kecamatan Lengayang; c. Kecamatan Ranah Pesisir; dan d. Kecamatan Linggo Sari Baganti.

5. Kawasan Peruntukan Budidaya Perikanan


(22)

Pada tahun 2013 dapat dikatakan urusan kelautan dan perikanan memberikan hasil yang memuaskan karena terjadi peningkatan produksi. Untuk produksi perikanan tangkap sebesar 35.759 ton dan produksi perikanan budidaya sebesar 8.520 ton. Untuk saat ini perikanan tangkap baru tereksploitasi sebanyak 37.64% dari total potensi lestari sebesar 95.000 ton/tahun.

Perairan pesisir untuk kegiatan perikanan tangkap dengan bagan, bubu atau perahu < 10 GT di fokuskan pada kegiatan penangkapan udang, ikan pelagis dan ikan laut lainnya skala kecil pada jalur penangkapan 0

– 4 mil dari garis pantai.

Perairan pesisir untuk kegiatan perikanan tangkap komersil untuk perahu/kapal ikan 10–30 GT penekanan pada kegiatan penangkapan udang, ikan pelagis dan ikan laut lainnya skala komersil pada jalur penangkapan > 4 mil dari garis pantai. Zona perikanan tangkap komersil (pelagis) terdapat di perairan daerah ini.

B. Perikanan Budidaya

Perikanan budidaya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu budidaya laut, budidaya tambak dan budidaya air tawar. Kriteria untuk kawasan pengembangan budidaya air tawar dan tambak adalah sebagai berikut :

 Kelerengan lahan < 8 %

 Persediaan air cukup

 Jauh dari sumber pencemaran, baik pencemaran domestik maupun industri.

 Kualitas air baik (memenuhi kriteria kualitas air untuk budidaya perikanan).

Di Kabupaten Pesisir Selatan ada beberapa sentra penangkapan dengan aktifitas yang cukup tinggi yakni Kecamatan Koto XI Tarusan yang telah dilengkapi dengan infrastruktur Pelabuhan Pendaratan Ikan Carocok Tarusan, Kecamatan Sutera yang telah memiliki Pelabuhan perikanan Sutera, Kecamatan Lengayang yang telah dilengkapi dengan pelabuhan perikanan kambang dan Kecamatan Linggo Sari Baganti.


(23)

Pada tahun 2012 produksi lkan Sungai mencapai 384,04 ton, sedangkanp roduksi Ikan kolam yaitu 3.008,97. Secara umum semua kecamatan di menghasilkan ikan Laut, kecuali Kecamatan IV Nagari Bayang Utara dan Basa IV Balai.

Sedangkan perikanan budidaya laut dikembangkan di wilayah kecamatan yang memiliki perairan laut, termasuk di teluk-teluk sepanjang pantai dan pengembangan pulau-pulau tempat penyu bertelur. Untuk peningkatan pengembangan perikanan budidaya laut diusulkan dalam program Minapolitan.

Selain dimanfaatkan untuk budidaya ikan laut, kawasan pesisir juga dimanfaatkan untuk pertambakan, keramba, budidaya rumput laut, dan kerang-kerangan serta dialokasikan juga untuk membangun konstruksi infrastruktur di lahan pantai guna kepentingan penyimpanan (gudang), pengolahan hasil dan transportasi sarana/ input produksi budidaya laut.

6. Kawasan Peternakan

Dalam rangka mendukung swasembada daging di tahun 2014 pemerintah pusat juga mengucurkan berbagai program/ kegiatan ke daerah-daerah sentra peternakan, seperti kegiatan Pejantan Pemacek 50 ekor sapi/kerbau (8 klp tani), Penguatan sapi kerbau betina produktif 600 insentif (3 klp tani), Penyelamatan sapi/kerbau betina produktif 59 ekor (1 klp tani). Penambahan Indukan sapi potong di P4 sebanyak 50 ekor, GEPEN 20 ekor sapi (20 klp tani) dan SMD 1 kelompok tani sebanyak 40 ekor sapi bali serta kegiatan APBD yaitu kegiatan pendistribusian bibit ternak kepada masyarakat bibit sapi sebanyak 81 ekor (7 klp tani).

Pada tahun 2012 terjadi peningkatan populasi ternak seperti sapi sebanyak 78.998 ekor, kerbau sebanyak 8.031 ekor, kambing sebanyak 50.048 ekor, ayam buras sebanyak 763.769 ekor dan itik sebanyak 141.976 ekor. Pengembangan ternak juga harus diiringi dengan pengembangan padang pengembalaan ternak.


(24)

Pengembangan usaha peternakan dilakukan dengan pendekatan pengembangan kawasan sentra komoditi unggulan ternak dengan pendekatan agribisnis Kawasan Agropolitan di Kecamatan Lengayang, Sutera, Linggo Sari Baganti dan Ranah Pesisir dengan komoditi unggulan sapi potong, ayam buras, itik, dan ayam petelur dengan pusat pengembangan di Surantih.

7. Kawasan Pertambangan

Daerah ini kaya akan hasil pertambangan, terutama : batubara dan berbagai pertambangan mineral lainnya dengan potensi tambang ± 43.000 Ha. Usaha pertambangan tersebut, yaitu :

1. Bahan galian batubara

2. Bahan galian mineral a. Mineral logam

 Emas, Biji besi b. Mineral bukan logam

 Pasir besi, Tawas c. Batuan

 Andesit

 Basalt

 Batu bara

Dalam mengelola usaha pertambangan, pemerintah menetapkan wilayah pertambangan (WP), yang terdiri dari wilayah usaha pertambangan (WUP), wilayah pertambangan rakyat (WPR).

 Wilayah usaha pertambangan (WUP), adalah bagian dari wilayah pertambangan (WP) yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi. WUP ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui koordinasi dengan pemerintah provinsi.

Wilayah yang telah mendapat izin usaha pertambangan (IUP), yang selanjutnya disebut SIUP berada di kecamatan IV Jurai (Lumpo dengan luas ± 922,70, IV Jurai ± 1.138 Ha dan Nagari Tambang dengan luas ± 292 Ha, Kecamatan Batang Kapas dengan luas ± 2.365 Ha, Kecamatan Sutera dengan luas ± 7.582,55 Ha, Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan dengan luas ± 2.451,6 Ha dan Kecamatan Lunang Silaut ± 199 Ha. Yang meliputi usaha pertambangan batubara dan pertambangan mineral.


(25)

 Wilayah pertambangan rakyat (WPR), adalah bagian dari wilayah pertambangan (WP) tempat dilakukannya usaha pertambangan rakyat. WPR ditetapkan oleh Bupati sesuai pasal 21, UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang pertambangan. Kegiatan pertambagan tanpa izin yang dilakukan rakyat cukup banyak dan tersebar hampir di seluruh kecamatan. Lokasi ini belum ditetapkan sebagai wilayah pertambangan rakyat (WPR), namun telah dikerjakan diprioritaskan untuk ditetapkan sebagai WPR.

Kriteria untuk menetapkan wilayah pertambangan rakyat (WPR) adalah sebagai berikut :

a. Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan/atau di antara tepi dan tepi sungai;

b. Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman maksimal 25 (dua puluh lima) meter; c. Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba; d. Luas maksimal wilayah pertambangan rakyat adalah 25

(dua puluh lima) hektare;

e. Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang; dan/atau

f. Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun.

 Wilayah pencadangan negara (WPN), adalah bagian dari wilayah pertambangan (WP) yang dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional. Penetapan wilayah pencadangan negara (WPN) dilakukan oleh pemerintah pusat dengan tetap memperhatikan aspirasi daerah sebagai daerah yang dicadangkan untuk komoditas tertentu dan daerah konservasi dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan. WPN yang ditetapkan untuk komoditas tertentu dapat diusahakan sebagian luasnya, sedangkan WPN yang ditetapkan untuk konservasi ditentukan batasan waktunya. WPN yang diusakan sebagian, luas statusnya berubah menjadi wilayah usaha pertambangan khusus (WUPK).

Perubahan status WPN menjadi WPUK dapat dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut : a. Pemenuhan bahan baku industri dan energi dalam negeri;


(26)

b. Sumber devisa negara;

c. Kondisi wilayah didasarkan pada keterbatasan sarana dan prasarana;

d. Berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi;

e. Daya dukung lingkungan; dan/atau

f. Penggunaan teknologi tinggi dan modal investasi yang besar.

8. Kawasan Industri

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.

Kawasan industri membutuhkan hamparan areal cukup luas dan berpengaruh terhadap perubahan lingkungan, baik bentang alam, maupun kondisi sosial ekonomi dan lingkungangannya. Kawasan industri diharapkan mampu menjadi stimulus percepatan perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sekitar dan wilayah lebih luas, dengan tetap memperhatikan upaya mencegah pencemaran fungsi lingkungan.

9. Kawasan Pariwisata

Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Pengembangan kepariwisataan untuk masa yang akan datang dilakukan dengan membagi destinasi pariwisata Kabupaten Pesisir Selatan kedalam 7 (tujuh) Destinasi Pengembangan Pariwisata (DPP), sebagai berikut :

a. Kawasan Wisata Budaya di Istana Inderapura dan rumah Mande rubiah.

b. Kabupaten Pesisir Selatan dengan Pusat Layanan di Kota Painan. Berupa objek wisata bahari, seperti Pantai Teluk Kasai, Sumedang, Pasir Putih, Sambungo, sedangkan


(27)

Pantai Carocok Painan dan Kawasan Wisata Mandeh yang berfungsi sebagai Pusat Pengembangan Wisata Bahari Wilayah Barat merupakan Destininasi Pengembangan Pariwisata (DPP 6).

c. Kawasan Wisata Alam (Air Terjun Bayang Sani, Jembatan Akar, Air Terjun Timbulun, Air Terjun Pelangai Gadang, Ganting Ampalu, Air terjun Sungai Suam Lakitan dan Ekowisata Suaka Taman Nasional Kerinci Seblat Sako. d. Kawasan Wisata Konservasi Lokasi yang memiliki bentang

lahan pantai dan ekosistem laut yang potensial untuk kegiatan-kegiatan wisata bahari dan rekreasi yang bernilai komersil.

Dengan potensi pariwisata yang beragam, kawasan pariwisata di Kabupaten Pesisir Selatan dapat dikembangkan karena memiliki semua potensi wisata antara lain, wisata bahari dengan pelestarian biota laut, wisata alam dengan pelestarian lingkungan, wisata sejarah dengan melestarikan dan menggali peningalan sejarah dan karya wisata untuk ilmu pengetahuan sebagai labor penelitian.

10.Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian masyarakat yang berada di wilayah perkotaan dan perdesaan, dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan dan diupayakan tidak melakukan peralihan fungsi terhadap lahan pertanian teknis.

Adapun kriteria pengembangan kawasan permukiman adalah :

1. Kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam. 2. Sehat dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha

serta dapat memberikan manfaat bagi peningkatan ketersediaan permukiman, mendayagunakan fasilitas yang ada disekitarnya dan meningkatkan perkembangan kegiatan sektor ekonomi yang ada.

3. Perlu adanya pengaturan terhadap luas lahan terbangun dengan tak terbangun pada kawasan pengembangan permukiman.

4. Perlu adanya penetapan tinggi bangunan pada kawasan pengembangan permukiman.


(28)

Secara umum kawasan permukiman di daerah ini berdasarkan penyediaan wilayah permukimannya dapat dibedakan menjadi :

a. Permukiman perdesaan, meliputi:

Permukiman pusat pertumbuhan desa (nagari/ kelurahan)

Permukiman desa (jorong/kampung)

Permukiman pada perdusunan b. Permukiman perkotaan meliputi :

Permukiman perkotaan Besar

Permukiman perkotaan menengah

Permukiman perkotaan kecil

c. Permukiman perkotaan didukung oleh kota satelit, pengembangan kota baru seperti Kota Terpadu Mandiri (KTM) di Lunang Silaut, dan permukiman skala menengah menyebar di ibukota kecamatan di daerah ini. Usulan untuk kota besar adalah Kota Painan sebagai kota inti maupun sebagai pusat pelayanan. Perkotaan ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum kota, kegiatan industri, dan jasa.

Antara kota inti dengan perkotaan satelit dan permukiman skala menengah memiliki hubungan atau aksesibilitas yang tinggi, setidaknya oleh sistem komuting. d. Permukiman perkotaan menengah, merupakan permukiman di perkotaan yang memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan kota-kota menengah. Dengan berkembangnya kawasan permukiman tersebut akan membentuk pusat pertumbuhan skala wilayah/regional. Berkembangnya area terbangun tersebut akan berdampak terhadap skala pelayanan di tingkat regional bahkan akan dapat menghubungkan atau berinteraksi dengan metropolitan dan perkotaan kecil lainnya.

e. Permukiman perkotaan kecil, merupakan permukiman di perkotaan yang memiliki fungsi sebagai:

Pusat pelayanan kabupaten.

Pusat pertumbuhan skala kabupaten.

Pusat pelayanan perkotaan kecamatan.

Pembangunan Kasiba (Kawasan Siap Bangun) dan Lasiba (Lahan Siap Bangun) di Kecamatan dengan rencana pengembangan kawasan sosial ekonomi dan atau perkotaan tinggi seperti Ranah Pesisir, Basa IV Balai


(29)

Tapan, dan IV Jurai dan Bayang dengan mempersiapkan lahan siap bangun dan pembuatan prasarana pemukiman pendukung penduduk seperti jalan lingkung prasarana air bersih, air limbah, jaringan telekomonikasi dan penerangan.

11.Kawasan Peruntukan Lainnya

Kawasan peruntukan lainnya berdasarkan PP 26 Tahun 2008 tentang RTRWN mencakup kawasan tempat beribadah, kawasan pendidikan, dan kawasan pertahanan keamanan. Kawasan pertahanan keamanan yang dimaksud disini adalah pertahanan keamanan daerah dan lingkungan.

Kawasan perternakan dan kawasan budidaya perairan di tetapkan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Kawasan peruntukan lainnya diatur dalam standar dan kriteria teknis pemanfaatan ruang dan merupakan persyaratan minimal untuk seluruh kecamatan yang akan diatur lebih lanjut dan mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Wilayah Rawan Bencana

Kabupaten Pesisir Selatan termasuk dalam kawasan rawan bencana alam baik berupa banjir, tanah longsor, puting beliung, gelombang pasang, gempa bumi, abrasi pantai dan angin badai.

Bencana alam gempa bumi ini terkait dengan letak geografis Kabupaten Pesisir Selatan yang berada pada pertemuan lempeng benua. Sedangkan tanah longsor dan banjir lebih diakibatkan oleh sifat fisik dan tutupan lahan (hutan) yang semakin berkurang. Demikian juga bahaya bencana alam lain saling berkaitan penyebabnya. Selama ini bencana alam menjadi kendala dalam upaya pengembangan kawasan budidaya untuk meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

I. Demografi

Salah satu aspek yang sangat penting dan perlu menjadi perhatian dalam proses pembangunan adalah aspek kependudukan, khususnya yang berkaitan dengan aspek kualitas, kuantitas, komposisi dan tingkat penyebaran penduduk. Kuantitas penduduk yang relatif besar dapat menjadi modal


(30)

dasar pembangunan dengan asumsi kualitas sumber daya manusianya tinggi. Dengan kualitas penduduk yang rata-rata baik akan berdampak pada tingkat kesejahteraan penduduk. Kualitas penduduk juga akan menentukan pertumbuhan wilayah terutama dalam pemanfaatan seluruh potensi daerah yang dimiliki dalam menunjang pembangunan

J. Jumlah dan Pertambahan Penduduk.

Berdasarkan data sementara dari BPS jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2012 tercatat sebanyak 442.100 jiwa, yang terdiri dari 217.497 jiwa jiwa laki-laki dan 224.603 jiwa perempuan dengan kepadatan penduduknya sebesar 75 jiwa per kilometer.

1. Struktur Penduduk

Struktur penduduk diperlukan untuk mengetahui lebih lanjut karakteristik penduduk, terutama dalam kaitannya dengan penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, baik saat ini maupun masa mendatang.

2. Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk tahun 2012 menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 96,84 %, yang artinya setiap jumlah penduduk laki-laki sebanyak 96 jiwa, maka jumlah penduduk perempuan sebanyak 100 jiwa.

3. Berdasarkan Kelompok Umur

Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur tahun 2012 menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah penduduk didominasi kelompok umur produktif (usia 15-64 tahun) yaitu sebanyak 281.117 (63,59%). Tingkat ketergantungan (dependency) penduduk usia tidak produktif terhadap penduduk usia produktif yaitu sebesar 57,27%.

4. Berdasarkan Mata Pencaharian

Struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian tahun 2012 sebagian besar didominasi oleh pekerja di sektor pertanian (petani) dengan jumlah sekitar 86,078 jiwa (53,20%), sedangkan yang paling rendah pada sektor industri dengan jumlah sekitar 3.305 (2,04 %).


(31)

5. Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan menjadi salah satu tolak ukur kualitas sumberdaya manusia yang akan menjadi pelaku pembangunan di daerah. Keberhasilan pembangunan bidang pendidikan didukung dengan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, sehingga proses mengajar dan mendidik dapat berlangsung dengan baik. Struktur penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2013, sebagian besar didominasi oleh penduduk dengan tingkat pendidikan SD/SDLB/MI yaitu sekitar 32,83 % dan yang paling rendah adalah penduduk dengan tingkat pendidikan S3.

6. Angkatan Kerja

Salah satu sasaran pembangunan adalah terciptanya lapangan kerja baru yang memadai agar dapat menyerap penambahan angkatan kerja dari tahun ke tahun. Meningkatnya jumlah penduduk tidak hanya mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan pangan, sandang, perumahan, tapi juga perlunya perluasan kesempatan kerja. Penduduk sebagai sumber dari supply tenaga kerja akan menimbulkan suatu dilema apabila jumlahnya tidak seimbang dengan kemampuan sektor ekonomi dalam menyediakan lapangan kerja dan yang akan muncul adalah pengangguran.

Pengangguran merupakan masalah yang sering timbul dalam pembangunan ketenagakerjaan. Jika masalah pengangguran ini tidak mendapat masalah yang serius akan menjadi masalah sosial dalam masyarakat.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengindentifikasi besarnya keterlibatan penduduk secara aktif dalam kegiatan ekonomi yang merupakan perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja (15 tahun keatas).

Jumlah angkatan kerja tahun 2012, tercatat sebanyak 175.159 orang yang didominasi oleh kaum laki-laki. Bila dilihat dari angkatan kerja yang ada terdapat sebanyak 154.415 orang yang berkerja atau yang memiliki perkerjaan sedangkan sisanya sebanyak 20.744 orang adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan atau menganggur.


(32)

2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD

2.2.1. Peningkatan produksi dan produksivitas pertanian dan

perikanan

Pencapaian dari sasaran Peningkatan produksi dan produktifitas pertanian dan perikanan dapat diukur/dinilai dari pencapaian realisasi Program dan kegiatan. Capaian tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel Capaian Kinerja Prioritas dan Program Tahun 2013 Berdasarkan Sasaran RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan

No Sasaran Satuan Target Realisasi

1.

Meningkatnya produksi dan produktifitas pertanian dan perikanan

-Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan

Jumlah produksi komoditi tanaman pangan

ton 408741 389277

Jumlah produksi

komoditi hortikultura Kw 8623 7.911 Luas kawasan sentra

komoditi perkebunan Ha 130 154

-Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan

-Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan sarana Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

-Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing Industri Hilir, Pemasaran Ekspor Hasil Pertanian

-Program Penyediaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian

Program Indikator SKPD Terkait

Jenis penerapan teknologi baru oleh petani

Kelp 9 9

Jumlah kelompok penerima bantuan modal kerja usaha tani

Kelp 250 221

Dinas pertanian, peternakan, perkebunan dan


(33)

No Sasaran Satuan Target Realisasi

-Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan

-Program Penyediaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian -Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya ton 35.330 Ton produksi perikanan tangkap 35.759 Ton produksi perikanan tangkap ton 7.950 ton produksi perikanan budidaya 8.520 ton produksi perikanan budidaya -Program Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan

Jumlah pelaksanaan

pengawasan perariran kali 4 5

-Program Pengelolaan Sumberdaya Laut Pesisir dan dan Pulau-pulau Kecil

Jumlah kelompok

perikanan Kelp 35 Budidaya Ikan 35 kelompk Budidaya Ikan

-Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap

Kelp 15 Pengolah dan Pemasar

15 kelompk Pengolah dan Pemasar

Kelp 13 Perikanan Tangkap 13 kelompk Perikanan Tangkap Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya Kelp 22 Pengembangan Desa Pesisir Tangguh 22 kelompk Pengembangan Desa Pesisir Tangguh

-Program Peningkatan daya saing Produk Perikanan

Jumlah pembangunan akses pasar dan permodalan

paket 2 petakan Kios 2 petakan Kios

paket 5 Bangsal Pengolahan Perikanan 5 Bangsal Pengolahan Perikanan Dinas pertanian, peternakan, perkebunan dan holtikultura Jumlah produksi perikanan

Program Indikator SKPD Terkait

Dinas Kelautan dan Perikanan Jumlah produksi komoditi tanaman perkebunan 96.830 97.908 ton


(34)

2.2.2. Pengembangan industri pangan berbasis potensi lokal

Pengembangan industri pangan diarahkan untuk mengembangkan industri skala kecil dan menengah yang

berbasis bahan baku lokal dan potensi daerah, yaitu pengembangan industri pangan berdasarkan potensi lokal, penerapan teknologi tepat guna dalam proses produksi,

meningkatnya daya saing produk industri dan jasa, meningkatnya jumlah ekspor produk industri, dan meningkatkan kesempatan kerja pada sektor industri.

Pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2013, dapat diukur/dinilai pencapaian indikasi Rencana Program. Dalam peningkatan pengembangan industri pangan berbasis potensi lokal, seperti diuraikan pada tabel sebagai berikut :

Tabel Capaian Kinerja Prioritas dan Program Tahun 2013 Berdasarkan Sasaran RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan

No Sasaran Satuan Target Realisasi SKPD Terkait

1.

Pengembangan kawasan agropolitan, minapolitan dan KTM

-Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak

- Peningkatan Hasil Produksi Peternakan

-Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani Yang Alami, Sehat, Utuh dan Halal

-Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Peternakan

-Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan

-Program Penyediaan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Pertanian

Dinas pertanian, peternakan, perkebunan dan

holtikultura

Program Indikator

Jumlah populasi ternak

Jumlah produksi komoditi tanaman perkebunan

ekor 1406696 1399766


(35)

Hal. II - 23

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)

No Sasaran Satuan Target Realisasi SKPD Terkait

-Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap

unit 35 unit mesin tempel 45 unit mesin tempel

unit 20 unit Mesin Tempel

5 PK

35 unit Mesin Tempel 5 PK

unit 5 unit Mesin Tempel

15 PK

8 unit Mesin Tempel 15 PK

unit 10 unit Mesin Tempel

40 PK

2 unit Mesin Tempel 40 PK

-Program Pengelolaan Sumberdaya Laut Pesisir dan

dan Pulau-pulau Kecil Kelp 35 Budidaya Ikan

35 kelompk Budidaya Ikan

Kelp 15 Pengolah dan Pemasar

15 kelompk Pengolah dan Pemasar

-Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap

Kelp 13 Perikanan Tangkap 13 kelompk Perikanan Tangkap -Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya

Kelp 22 Pengembangan Desa Pesisir Tangguh 22 kelompk Pengembangan Desa Pesisir Tangguh

-Program Peningkatan daya saing Produk Perikanan

Jumlah pembangunan akses pasar dan

permodalan paket 2 petakan Kios 2 petakan Kios

paket 5 Bangsal Pengolahan Perikanan 5 Bangsal Pengolahan Perikanan -Program peningkatan Fasilitas dan Usaha Pengembangan Wilayah Transmigrasi

Jumlah Fasilitas KTM

yang dibangunan unit 8 8

Dinas sosial, tenaga kerja dan transmigrasi Program Peningkatan

Program Indikator

Dinas Kelautan dan Perikanan Jumlah kelompok

perikanan Jumlah teknologi perikanan tangkap dan budidaya

No Sasaran Satuan Target Realisasi SKPD Terkait

Tumbuhnya Koperasi yang berbadan Hukum

unit 17 3

-Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah

Peningkatan SDM

UMKM org 100 100

3.

Berkembangnya permodalan, pemasaran dan SDM, UKM

-Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

Meningkatnya

jumlah UMKM unit 1050 1000

Dinas koperindag pasar


(36)

2.2.3. Pengembangan kawasan wisata

Pengembangan kawasan wisata diarahkan untuk mengembangkan objek-objek wisata potensial seperti Cerocok Painan, Timbulun Painan, Air Terjun Bayang Sani, Jembatan Akar, Cubadak Resort, Puncak Langkisau dan Rumah Gadang Rubiah. Keberhasilan pengembangan sektor wisata di Pesisir Selatan dapat dilihat dari tingkat kunjungan wisatawan nusantara dari 306.670 orang di tahun 2012 menjadi 587.633 atau meningkat 91,5 %. Begitu juga halnya dengan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Pesisir Selatan juga mengalami peningkatan dimana tahun 2012 terdapat 476 orang kunjungan wisatawan mancanegara meningkat menjadi 578 orang pada tahun 2013 atau sebesar 21,43 %. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Jumlah Wisatawan Nusantara dan Mancanegara ke Kabupaten Pesisir Selatan pada Tahun 2012 dan 2013

2012 2013 Kenaikan

(%) 2012 2013

Kenaikan (%)

1 Carocok Painan 76 74 97,37 235.986 566.475 240,05 2 Timbulun Painan 8.897 - 3 Air Terjun Bayang Sani 16.780 5.345 31,85 4 Jembatan Akar 20.539 15.813 76,99 5 Cubadak Resort 400 504 126,00

6 Puncak Langkisau 14.450 - 7 Rumah Gadang Mande

Rubiah

10.198

476 578 121,43 306.850 587.633 191,50 Jumlah

No Objek Wisata

Jumlah Pengunjung

Wisnu Wisman

Dengan pengembangan pariwisata ini diharapkan: 1) berkembang objek-objek wisata yang potensial, 2) terbukanya lapangan kerja di sektor pariwisata, 3) Mewujudkan Pesisir Selatan sebagai tujuan wisata utama di Sumatera Barat.

Pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2013, dapat diukur/dinilai pencapaian indikator melalui indikasi rencana program, untuk pengembangan kawasan wisata, seperti diuraikan pada tabel berikut ini:


(37)

Tabel Capaian Kinerja Prioritas dan Program Tahun 2013 Berdasarkan Sasaran RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan

No Sasaran Satuan Target Realisasi

1. Meningkatnya jumlah kunjungan wisman dan wisnu

Pengembangan Pemasaran

Pariwisata 1. Kunjungan

wisatawan lokal

orang 729 578

2. Kunjungan wisatawan mancanegara

orang 155.818 587.633

Dinas Pemuda, Olahraga Budaya dan

Pariwisata

Program Indikator SKPD Terkait

2.2.4. Pembangunan daerah tertinggal dan infrastruktur penunjang

ekonomi rakyat

Pemerintah Daerah telah mengupayakan identifikasi secara menyeluruh pada kampung-kampung tertinggal, sehingga dapat diambil langkah nyata dalam mengeluarkannya dari ketertinggalan. Pembangunan infrastruktur dasar bagi daerah tertinggal biasanya berbentuk pembangunan jalan dan jembatan. Pembangunan ini sebagai penghubung agar daerah-daerah tertinggal tersebut menjadi terbuka dan terhubung dengan daerah yang maju. Pada tahun 2013 telah dibangun Jaringan Jalan Kabupaten dan Jalan Strategis untuk membuka daerah terisolir, sehingga daerah tertinggal dengan dapat terhubung dengan daerah lain khususnya daerah yang lebih maju sehingga berdampak pada akses menuju dareah tersebut lebih mudah dan terbuka sehingga memudahkan distribusi dan arus transportasi yang pada akhirnya sesuai dengan target RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan tidak lagi menjadi daerah tertinggal.

Jenis, Kondisi dan Status Jalan di Kabupaten Pesisir Selatan

No Jenis, Kondisi dan

Status Jalan Status Jalan Jalan Kabupaten 2010 (Km) 2011 (Km) 2012 (Km) 2013 (Km)

A Jenis Permukaan

1. Aspal 2. Kerikil 3. Beton 4. Tanah 661,28 512, 25 191,7 909,57 719,35 508, 29 396,07 522,38 728,35 502,29 397,07 695 ,78 748, 65 483,79 397,17 693,88


(38)

Jumlah 2274,82 2323,49 2323,49 2323,49

B Kondisi Jalan

1. Baik 2. Sedang 3. Rusak 5. Rusak Berat

651,09 635,30 555,63 432,80 837,73 704,03 379,35 402,38 857,73 704,03 368,35 393,38 866,41 704,10 363,85 389,13

Jumlah 2274,82 2323,49 2323,49 2323,49

C Panjang Jalan

1. Kelas I 2. Kelas Jalan II 3. Kelas Jalan III 4. Kelas Jalan III A 5. Kelas Jalan III B 6. Kelas Jalan III C 7. Kelas Tidak Rinci

236,80 374,20 412,40 - 1250,8 232,90 376,50 413,26 - 1300,83 232,90 376,50 413,26 - 1300,83 232,90 376,50 413,26 - 1300,83

Jumlah 2274,82 2323,49 2323,49 2323,49

Sumber : Dinas PU Kab.Pessel, 2013

Klasifikasi Irigasi, Luas Sawah yang diairi dan yang belum diari jaringan irigasi

1 21.648,00 12.104,00 4.972,00 644,00 2.423,00 1.505,00 2 1.684,00 743,00 250,00 691,00 - -3 26.344,00 16.885,00 3.642,00 3.525,00 1.699,00 4 16.662,50 16.562,50 - - 100,00

-66.338,50

46.294,50 8.864,00 4.860,00 3.116,00 3.204,00

1 21.648,00 12.104,00 4.972,00 644,00 2.423,00 1.505,00 2 1.684,00 743,00 250,00 691,00 - -3 26.344,00 16.885,00 3.642,00 3.525,00 593,00 1.699,00 4 17.738,50 17.338,50 - - 400,00

-JUMLAH TOTAL 67.414,50 47.070,50 8.864,00 4.860,00 3.416,00 3.204,00

1 21.648,00 12.104,00 4.972,00 644,00 2.423,00 1.505,00 2 1.684,00 743,00 250,00 691,00 - -3 26.344,00 16.885,00 3.642,00 3.525,00 593,00 1.699,00 4 17.738,50 17.338,50 - - 400,00

-JUMLAH TOTAL 67.414,50 47.070,50 8.864,00 4.860,00 3.416,00 3.204,00

1 21.648,00 12.104,00 4.972,00 644,00 2.423,00 1.505,00 2 1.684,00 743,00 250,00 691,00 - -3 26.344,00 16.885,00 3.642,00 3.525,00 593,00 1.699,00 4 17.738,50 17.338,50 - - 400,00

-JUMLAH TOTAL 67.414,50 47.070,50 8.864,00 4.860,00 3.416,00 3.204,00 NO. KLASIFIKASI IRIGASI Luas Sawah

Rencana (Ha)

Areal sdh ada jaringan irigasi (utama) Areal sawah blm Ada Jaringan Irigasi Sudah Sawah

Blm Sawah Sudah

Berfungsi Blm Berfungsi Sudah Sawah Belum Sawah

TAHUN 2010 IRIGASI TEKNIS IRIGASI SETENGAH TEKNIS IRIGASI SEDERHANA IRIGASI DESA

JUMLAH TOTAL

TAHUN 2011 IRIGASI TEKNIS IRIGASI SETENGAH TEKNIS IRIGASI SEDERHANA IRIGASI DESA

IRIGASI TEKNIS IRIGASI SETENGAH TEKNIS IRIGASI SEDERHANA IRIGASI DESA TAHUN 2012

IRIGASI TEKNIS IRIGASI SETENGAH TEKNIS IRIGASI SEDERHANA IRIGASI DESA


(39)

Tabel Capaian Kinerja Prioritas dan Program Tahun 2013 Berdasarkan Sasaran RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan

No Sasaran Satuan Target Realisasi SKPD Terkait

1.

Meningkatkan jalan kabupaten dalam kondisi baik

1. Rehabilitasi/pemeliharaan jalan dan jembatan

-Panjang Jalan Kabupaten

yang terpelihara Km 270,36 270,36

-Panjang Jembatan Kabupaten yang terpelihara

meter 636,6 636,6

2. Tidak ada lagi kampung tertinggal

Pembangunan jalan dan

jembatan

-Panjang Jaringan Jalan Kabupaten dan Jalan Strategis untuk membuka daerah terisolir

Km 48,25 47,65

Pembangunan Infrastruktur pedesaan/nagari

-Panjang Jalan Pedesaan

yang terbangun meter 64293,25 64293,25

Dinas Pekerjaan Umum Indikator

Program

No Sasaran Satuan Target Realisasi SKPD Terkait

3. Meningkatnya jangkauan prasarana irigasi 1.

Pengembangan, Pengelolaan, Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air Lainnya

-Terpeliharanya

infrastruktur irigasi paket 32 30

-Terlaksananya rehabilitasi

irigasi paket 24 30

Dinas PSDA Indikator

Program

2.2.5. Lingkungan hidup dan penanggulangan bencana

Pelestarian Lingkungan Hidup diarahkan untuk menjaga kelestarian dan daya dukung sumberdaya alam untuk pembangunan berkelanjutan sehingga dapat mempertahankan potensi sumberdaya yang sudah ada untuk usaha ekonomi masyarakat. Dengan prioritas ini diharapkan: 1) terwujud konservasi sumberdaya alam, 2) penekanan laju deforestasi, 3) pengendalian kerusakan lingkungan, 4) penurunan pencemaran lingkungan, dan 5) terpeliharanya kearifan lingkungan.


(40)

Penanggulangan bencana alam diarahkan untuk meningkatkan kemampuan daerah dalam penanggulangan bencana melalui penguatan kapasitas aparatur, penguatan lembaga masyarakat, tersedianya tim gerak cepat, tersedianya sistem peringatan dini, dan program rehabilitasi rekonstruksi pasca bencana. Dengan prioritas ini diharapkan: 1) terwujudnya kesiapan daerah untuk penanggulangan bencana, 2) terwujudnya pemetaan daerah rawan bencana, 3) tersedianya sistem peringatan dini yang siap siaga, 4) pengurangan resiko bencana alam, dan 5) terlaksananya rehabilitasi dan rekonstruksi.

Tabel Capaian Kinerja Prioritas dan Program Tahun 2013 Berdasarkan Sasaran RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan

No Sasaran Satuan Target Realisasi

1. Meningkatnya sarana dan prasarana penanggulangan bencana

1. Pembangunan infrastruktur kegiatan mitigasi bencana

1. Pembangunan tangga

evakuasi tsunami unit 3 3

2.

Peningkatan Sarana dan prasarana penanggulangan

2. Tersedianya mobil pemadam kebakaran

unit 1 1

2. Meningkatnya kesiapsiagaan

masyarakat 1. Kesiapsiagaan 1.

Pembentukan dan Pembinaan Satuan-Satuan Reaksi Cepat (TRC)

orang 45 45

2.

Apel Siaga dan Workshop Penanggulangan Bencana Bagi Kelompok Siaga Bencana.

org 364 364

Program Indikator SKPD

Terkait

BPBD

2.2.6. Peningkatan akses dan kualitas pendidikan

Peningkatan pemerataan dan kualitas pendidikan diarahkan pada penuntasan wajib belajar 9 tahun, perintisan wajib belajar 12 tahun, dan peningkatan standar pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang memenuhi tuntutan persyaratan lapangan kerja dan atau dapat menciptakan lapangan kerja.


(41)

Dengan prioritas tersebut diharapkan akan terwujud:1) penuntasan wajib belajar 9 tahun, 2) perintisan wajib belajar 12 tahun, 3) meningkatnya angka partisipasi pendidikan, 4) terwujudnya pola pendidikan berkarakter dan berkualitas, 5) lahirnya sentra pendidikan unggul di Indonesia Bagian Barat, 6) terwujudnya pendidikan spesifik sesuai dengan bakat SDM, 7) terwujudnya lembaga pendidikan penghasil SDM profesional, 8) lahirnya enterpreuner baru berkapasitas nasional dan internasional, 9) berkembangnya penelitian, pengembangan, dan penerapan IPTEK, 10) peningkatan partisipasi perempuan dan kesejahteraan keluarga, 11) peningkatan kualitas pemuda dan pembangunan olah raga, dan 12) mewujudkan Sumatera Barat sebagai daerah tujuan pendidikan.

Tabel Capaian Kinerja Prioritas dan Program Tahun 2013 Berdasarkan Sasaran RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan

No Sasaran Satuan Target Realisasi

1. Meningkatnya Angka

Melek Huruf 1.

Wajib belajar pendidikan

dasar 9 tahun 1. APK SD/MI % 125,12 124,92

2. APM SD/MI % 98,398,90

3. APK SLTP % 74,483,03

2. Wajib belajar pendidikan

menengah 1. APM SLTP % 97,3898,91

2. APK SLTA % 82,9986,86

3. APM SLTA % 62,3672,08

2. Meningkatkan kualifikasi tenaga pengajar

1. Meningkatkan mutu pendidik dan tenaga pendidik

1. Guru yang memenuhi

kualifikasi SD/MI % 34,84 58,72

2. Guru yang memenuhi kualifikasi SMP/MTS

%

68,75 83,27

3. Guru yang memenuhi kualifikasi SMA/SMK/MA

%

76,74 90,41 Dinas Pendidikan

Program Indikator SKPD Terkait

2.2.7. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dan berkecukupan gizi. Dengan prioritas ini diharapkan akan terwujud: 1) peningkatan


(42)

derajat kesehatan masyarakat, 2) meningkatnya angka harapan hidup, 3) menurunnya tingkat kematian ibu melahirkan, 4) menurunnya tingkat kematian bayi, 5) menurunnya persentase masyarakat gizi kurang, 6) Meningkatnya pola hidup bersih dan sehat, dan 7) meningkatnya layanan rumah sakit berakreditasi internasional.

Pelaksanaan program dan kegiatan pada tahun 2013, dapat diukur/dinilai pencapaian indikasi Rencana Program. Dalam Peningkatan derajat kesehatan masyarakat , seperti diuraikan pada tabel sebagai berikut :

Tabel Capaian Kinerja Prioritas dan Program Tahun 2013 Berdasarkan Sasaran RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan

No Sasaran Satuan Target Realisasi SKPD Terkait

1. Meningkatnya Usia Harapan Hidup 1.

Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan

1. Meningkatnya Usia Harapan

Hidup (UHH) tahun 69,4 69,4

Peningkatan Kesehatan Lanjut Usia (Lansia)

2. Menurunnya Angka

Kematian Ibu Maternal (AKI) KH 132/100.000 KH 71/100.000 KH Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit Menular (PTM)

3. Menurunnya Angka

Kematian Bayi (AKB) KH 30/1.000 KH 9/1.000 KH Upaya Kesehatan

Masyarakat 4.

Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan lanjut usia (Usila)

Posy 36.755 20.317

5.

Meningkatnya cakupan pelayanan ANC Ibu Hamil kontak lengkap (K4)

Kab 9.685 9.106

6.

Meningkatnya cakupan penanganan komplikasi kebidanan pada ibu hamil

Kec 1.937 1.360

7.

Meningkatnya cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang berkompetensi (Linakes)

Pusk 9.245 8.335

8.

Meningkatnya cakupan puskesmas rawat inap yang mampu PONED

Paket 4 3

9.

Meningkatnya cakupan kunjungan neonatus(Usia 0-28 hr) lengkap (KN3)

8.805 8.279

10. Meningkatnya cakupan

kunjungan bayi 8.805 8.140

11. Meningkatnya cakupan penanganan komplikasi neontaus 1.118 986 Program Indikator Dinas Kesehatan


(43)

No Sasaran Satuan Target Realisasi SKPD Terkait

2.

Menurunkan angka kematian bayi

1. Perbaikan Gizi Masyarakat

1. Menurunnya prevalensi

balita gizi buruk orang 290 24

2.

Meningkatnya cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan

orang 24 24

3. Meningkatnya cakupan ASI

Ekslusif (0-6 bulan) anak 3.524 2.121

4.

Meningkatnya cakupan balita dapat kapsul Vitamin A (6 - 59 bln)

anak 40.155 36.766

5.

Meningkatnya cakupan kecamatan melaksanakan surveilance gizi

kec 15 15

3.

Menurunkan angka kematian ibu

1. Perbaikan Gizi

Masyarakat 1. Menurunnya prevalensi ibu

hamil KEK dan Anemia orang 1.937 1.360

2.

Meningkatnya cakupan ibu hamil mendapatkan tablet Fe (Fe3)

orang 9.685 7.103

4.

Peningkatan Gizi Masyarakat

1. Perbaikan gizi masyarakat

1. Terlaksananya pemantauan dan monev penanggulangan gizi masyarakat masyarakat

pusk 18 18

5.

Menurunnya angka penderita penyakit menular

1. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

1. Terlaksananya penyemprotan (fogging) sarang nyamuk

pada perumahan masyarakat focus 50 50

2.

Terlaksananya pelacakan kasus penyakit infeksi dan menular

Kec 15 15

3.

Terlaksananya kegiatan penyuluhan penggulangan HIV/AIDS

Kec 15 15

4.

Terlaksananya pembinaan dan monev program P2M termasuk

pusk 18 18

5.

Terlaksananya pengobatan

massal Flariasis di Kab. Pessel posy 654 654


(44)

No Sasaran Satuan Target Realisasi SKPD Terkait

6.

Terlaksananya pendataan sasaran pengobatan massal Fiilariasis

Kec 15 15

7.

Terlaksananya sosialisasi

pengobatan massal Filariasis Kec 15 15

8.

Terlaksananya pemantauan efek samping pengobatan

massal Filariasis Kec 15 15

9.

Terlaksananya Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)

Anak SD 42.000 41.586

10.Terlaksananya pengadaan

vaksin anti rabies (VAR) Keur 100 100

11.

Terlaksananya pembinaan dan monev program imunisasi rutin dan anak sekolah

pusk 18 18

12.

Terlaksananya imunisasi

rutin pada bayi dan ibu hamil posy 654 654

13. Terlaksananya penyelenggaraan surveilance epidemiologi penyakit dan potensi KLB/wabah

Kec 15 15

14.

Terlaksananya pembinaan dan monev program surveilance penyakit Puskesmas

pusk 18 18

15.

Tersedianya data dan informasi surveilance epidemmiologi

pusk 18 18

16.

Terlaksananya kegiatan mapping bencana per-puskesmas

pusk 18 18

17.

Terlaksananya pemantauan dan peningkatan sistem kewaspadaan dini terhadap bencana/KLB dan wabah penyakit

pusk 15 15


(45)

No Sasaran Satuan Target Realisasi SKPD Terkait

6.

Peningkatan Pelayanan Kesehatan

1. Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

1.

Terlaksananya jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin dan kurang dan kurang mampu melalui Jamkesmas, Jampersal dan Jamkesda

jiwa 21000 21000

2. Terlaksananya pengembalian jasa pelayanan kesehatan bagi petugas

pusk 18 18

3.

Terlaksananya pelayanan kesehatan masyarakat di Kab. Pessel disarana pelayanan kesehatan secara gratis

pusk 18 18

2. Peningkatan pelayanan lansia 1.

Terlaksananya pembinaan Puskesmas Santun lansia dan Posyandu Lansia

pusk, Posy 2 2

2.

Terlaksananya pembinaan dan monev program kesehatan Lansia

pusk, Posy 2 2

Program Indikator

2.2.8. Pengamalan ABS-SBK dalam kehidupan bermasyarakat

Pengamalan ABS-SBK Dalam Kehidupan Masyarakat diarahkan kepada implementasi prinsip-prinsip ABS - SBK dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Dengan pengamalan ajaran agama yang baik dan penerapan adat dan budaya Minangkabau yang intensif diharapkan akan terwujud: 1) kehidupan masyarakat yang harmonis, toleran, dan cinta damai, 2) terwujudnya pribadi masyarakat yang beriman dan berakhlak mulia, 3) tercerminnya nilai-nilai adat dan agama dalam kehidupan sosial ekonomi, 4) menurunkan tingkat konflik dan kekerasan dalam masyarakat, 5) pewarisan nila-nilai kearifan adat Minangkabau, 6) terwujudnya optimalisasi peran lembaga adat dan lembaga keagamaan.


(1)

daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat, dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). RKPD selanjutnya menjadi pedoman penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD).

Sebagai suatu dokumen resmi rencana daerah, RKPD mempunyai kedudukan yang strategis, yaitu menjembatani antara perencanaan strategis jangka menengah dengan perencanaan dan penganggaran tahunan. Dengan demikian Kepala Daerah dan DPRD dalam menentukan Kebijakan Umum APBD (KUA), serta penentuan Prioritas dan Pagu Anggaran Sementara (PPAS) didasarkan atas dokumen RKPD. KUA dan PPAS yang telah disepakati selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam proses penyusunan APBD.

Fungsi RKPD mencakup sebagai berikut:

฀. Menjabarkan rencana strategis ke dalam rencana operasional;

b. Memelihara konsistensi antara capaian tujuan perencanaan strategis jangka menengah dengan tujuan perencanaan dan penganggaran tahunan pembangunan daerah;

c. Mengarahkan proses penyusunan RE฀JA dan RKA SKPD;

d. Menjadi dasar pedoman dalam penyusunan KUA, PPAS, RAPBD dan APBD;

e. Instrumen bagi pemerintah daerah untuk mengukur kinerja penyelenggaraan fungsi dan urusan wajib dan pilihan pemerintahan daerah;

f. Instrumen bagi pemerintah daerah untuk mengukur capaian target kinerja program pembangunan jangka menengah;


(2)

g. Instrumen bagi pemerintah daerah untuk mengukur capaian target standar pelayanan minimal dan mengukur kinerja pelayanan SKPD;

h. Instrumen bagi pemerintah daerah sebagai acuan LPPD kepada pemerintah, LKPJ kepada DPRD dan ILPPD kepada masyarakat.

i. Menyediakan informasi bagi pemenuhan Laporan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang perlu disampaikan kepada Pemerintah Pusat.

Substansi RKPD memuat program dan kegiatan SKPD dan dokumen RKPD merupakan acuan bagi SKPD dalam menyempurnakan Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD) untuk tahun yang sama. Proses penyusunan RKPD dilakukan secara paralel dan sifatnya saling memberi masukan dengan proses penyusunan Renja SKPD.

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1

Cukup jelas. Pasal 2

Cukup jelas. Pasal 3

Cukup jelas. Pasal 4

Penyusunan APBD diawali dengan penyampaian kebijakan umum APBD sejalan dengan RKPD, sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, Pemerintah Daerah bersama dengan DPRD membahas prioritas dan


(3)

plafon anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap SKPD.

Pasal 5

Cukup jelas. Pasal 6

Ayat (1) Huruf a

Rancangan kerangka ekonomi daerah, mengemukakan tentang kondisi ekonomi tahun lalu dan perkiraan tahun berjalan, yang antara lain mencakup: a) Indikator Pertumbuhan Ekonomi Daerah; b) Sumber-sumber Pendapatan dengan perincian, Sumber-sumber pendapatan tahun lalu dan satu tahun sebelumnya, tahun berjalan, tahun rencana dan satu tahun setelah tahun rencana sebagai prakiraan maju pendapatan; dan c) Kebijakan Pemerintah Daerah yang diperlukan dalam Pembangunan Perekonomian Daerah meliputi Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan Daerah, yang dituangkan dalam Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Huruf b

Program prioritas pembangunan daerah, merupakan mengemukakan secara eksplisit prioritas pembangunan daerah yang disusun berdasarkan evaluasi pembangunan tahunan, kedudukan tahun rencana dan capaian kinerja yang direncanakan dalam RPJMD, serta aspirasi masyarakat yang disepakati dalam hasil Musrenbang Tahunan Daerah.


(4)

Rencana kerja, pendanaan dan prakiraan maju, merupakan rincian program dan kegiatan pokok RKPD tahun rencana, instansi pelaksana (SKPD), indikator capaian masing-masing program dan kegiatan serta pagu indikatifnya.

Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 7

Cukup jelas Pasal 8

Ayat (1)

Lima agenda pembangunan daerah tahun 2010-2015, merupakan penjabaran dari 3 (tiga) misi pembangunan jangka menengah (RPJMD) Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010-2015, yaitu: 1) Melanjutkan mengembangkan perekonomian lokal dan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan mengoptimalkan pengembangan kawasan ekonomi secara terpadu; 2) Melanjutkan pembangunan sumberdaya manusia berkualitas yang siap menghadapi tantangan dunia global; dan 3) Revitalisasi prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik serta meningkatkan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat.

Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 9


(5)

Dokumen penyusunan anggaran yang disampaikan oleh masing-masing SKPD yang disusun dalam format Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD harus betul-betul dapat menyajikan informasi yang jelas tentang tujuan, sasaran, serta korelasi antara besaran anggaran (beban kerja dan harga satuan) dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai atau diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Oleh karena itu penerapan anggaran berbasis kinerja mengandung makna bahwa setiap penyelenggara negara berkewajiban untuk bertanggungjawab atas hasil proses dan penggunaan sumber dayanya.

RKA SKPD ini kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD. Hasil pembahasan ini disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD) sebagai bahan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD

Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Ayat (4)

Cukup jelas. Pasal 10

Cukup jelas Pasal 11


(6)

Cukup jelas. Pasal 12

Cukup jelas. Pasal 13

Cukup jelas

TAMBAHA฀ BERITA DAERAH KABUPATE฀ PESISIR SELATA฀ ฀OMOR 11