Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2015 Hal. III - 3 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BAPPEDA mencapai 3,5 dari Produk Domestik Bruto PDB. Lebih tinggi pula dari defisit pada tahun 2012 sebesar 2,8. Surplus di sisi transaksi modal dan finansial pun menurun. Tak sampai di situ, nilai tukar rupiah di tahun 2013 juga terus terdepresiasi disertai volatilitas yang meningkat. Pelemahan rupiah ini searah dengan pelemahan mata uang dinegara kawasan. Kondisi terkini menunjukkan stabilitas ekonomi kembali terkendali. NPI Triwulan IV 2013 membaik ditopang penurunan defisit transaksi berjalan. Inflasi bulanan menurun dan berada dalam pola normal. Tahun 2014, NPI diperkirakan membaik seiring penurunan defisit transaksi berjalan. Inflasi pada 2014 dan 2015 diperkirakan juga terkendali dalam kisaran 4,5±1 dan 4,0±1. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014, diperkirakan mendekati batas bawah kisaran 5,8-6,2 sejalan proses konsolidasi ekonomi domestik menuju ke kondisi yang lebih seimbang. Pertumbuhan ekonomi pada 2015 bisa mencapai 6,1 persen, dengan perkiraan defisit neraca transaksi berjalan berada pada kisaran dua persen terhadap produk domestik bruto PDB tahun depan. Meskipun upaya untuk menurunkan defisit neraca transaksi berjalan telah berhasil dan nilai tukar rupiah kembali menguat, namun usaha untuk menjaga fundamental ekonomi harus terus dilakukan secara efektif. Untuk mencapai angka di atas 6 memang tidak mudah. Tapi adanya pemilu bisa menambah growth 0,2-0,3 persen. Dengan KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2015 Hal. III - 4 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BAPPEDA ada pemilu berarti konsumsi harusnya lebih tinggi, kemudian dengan ekonomi AS membaik, ekspor bisa lebih baik. Sebelumnya, neraca perdagangan yang mengalami surplus tiga bulan berturut-turut telah mendukung upaya penguatan transaksi berjalan yang lebih sehat sehingga pada akhir tahun 2013 defisit transaksi berjalan tercatat 3,2 persen terhadap PDB. Pemerintah akan berupaya menjaga kesinambungan defisit transaksi berjalan hingga mencapai angka perkiraan 2 - 2,5 terhadap PDB pada akhir 2014, dengan konsisten melaksanakan paket kebijakan ekonomi. Angka perkiraan tersebut sudah ideal, karena apabila defisit neraca transaksi berjalan ditekan hingga mencapai satu persen terhadap PDB, dampaknya dapat mengganggu kinerja pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat selama tahun 2013 mencapai 6,2 yoy, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,8. Namun pencapaian tersebut terasa kurang berarti ketika disisi lain Sumbar mencatat inflasi yang lebih tinggi mencapai 10,87 yoy, jauh diatas inflasi nasional sebesar 8,38 yoy. Laju inflasi yang tinggi sangat merugikan masyarakat, terutama golongan menengah ke bawah dan berpotensi memperlebar kesenjangan sosial di tengah tingginya pertumbuhan ekonomi. Melambatnya pertumbuhan ekonomi Sumbar berdampak pada menurunnya penyerapan tenaga kerja dan kualitas pekerjaan. Kondisi ini terindikasi dari meingkatnya jumlah pengangguran, meningkatnya porsi pekerja tidak penuh terhadap pengangguran dan meningkatnya porsi pekerja paroh waktu terhadap pekerja tidak penuh. Masih terbatasnya KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2015 Hal. III - 5 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BAPPEDA lapangan pekerjaan di sektor formal juga menyebabkan pengangguran terdidik bertambah. Di sisi lain, tingkat kemiskinan di Sumatera Barat mengalami penurunan. Di tengah meningkatnya pengeluaran akibat tekanan inflansi sepanjang tahun 2013, menurunnya kemiskinan ditopang oleh perbaikan penghasilan produk perdesaan diantaranya menlalui peningkatan Upah Minimum Provinsi UMP. Namun demikian, Indeks Kedalam Kemiskinan meningkat, terutama di perdesaan, akibat biaya konsumsi minimal seiring dengan laju inflasi yang tinggi.sumber: KERSumbar Triwulan IV-2013 Untuk tahun 2014, ekonomi Sumatera Barat diprakirakan mengalami perlambatan dan berada pada kisaran 5,8 – 6,3 yoy di triwulan I 2014. Dari sisi permintaan, melemahnya net ekspor dan konsumsi pemerintah menjadi faktor turunnya perekonomian. Pertumbuhan ekspor diprakirakan melambat akibat menurunnya produksi komoditas utama. Percepatan realisasi belanja pemerintah daerah di tahun pelaksanaan Pemilu belum tertalu terlihat di triwulan I 2014. Iklim investasi yang belum kondusif berpotensi membawa investasi tumbuh melambat. Disisi lain, menguatnya daya beli masyarakat diharapkan mampu mendorong konsumsi rumah tangga. Secara sektoral, pertumbuhan di sektor pertanian diprakirakan melambat akibat produksi yang menurun. Sementara menguatkan konsumsi domestik mampu menggerakkan sejumlah sektor ekonomi. Tekanan inflasi diprakirakan masih tinggi pada triwulan I 2014. Permasalahan pasokan sejumlah komoditas pangan utama di awal tahun 2014 akibat cuaca yang KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2015 Hal. III - 6 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BAPPEDA tidak kondusif di daerah sentra penghasil bahan makanan. Secara keseluruhan, tekanan inflasi Sumbar di tahun 2014 diprakirakan mereda. Meredanya inflasi ke depan di dorong oleh i minimalnya kebijakan energi strategis, sesuai dengan rencana dalam APBN 2014; ii lebih rendahnya dampak kenaikan UMP karena kenaikan UMP 2014 lebih kecil dibandingkan tahun 2013; dan iii kecenderungan berlanjutnya pertumbuhan ekonomi Sumbar yang moderat. Namun demikian resiko inflasi ke depan masih besar. Terdapat sejumlah faktor resiko yang dapat meningkatkan tekanan inflasi tahun 2014 yaitu gangguan cuaca yang mempengaruhi pasokan pangan dan rencana kenaikan harga sejumlah barang dan jasa produsen yang belum dilakukan sepenuhnya pada tahun 2013. Berdasarkan kondisi dan arah perekonomian Nasional dan Sumatera Barat di atas, tentunya perekonomian Kabupaten Pesisir Selatan tidak akan jauh bergerak dari kondisi dan arah kebijakan ekonomi Nasional dan Sumatera Barat. Dalam rangka mengejar pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sesuai dengan target RPJMD Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2010-2015, maka kebijakan makro ekonomi diarahkan pada mempercepat pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja yang lebih luas melalui peningkatan investasi swasta dan pemerintah, mengurangi jumlah penduduk miskin. Langkah-langkah kebijakan yang akan diambil yaitu: 1. Mengatasi pengangguran melalui penyediaan kesempatan kerja. KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2015 Hal. III - 7 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BAPPEDA Adapun langkah yang dapat dilakukan pemerintah dalam upaya memperluas kesempatan kerja yaitu: meningkatkan kualitas dan keterampilan tenaga kerja, membantu dan mendorong wirausaha baru, menyediakan informasi tentang lowongan kerja, dan lain-lain. 2. Mempermudah proses perizinan investasi melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu PTSP 3. Penyediaan infrastruktur untuk menunjang perekonomian seperti pembangunan jalan-jalan agropolitan dan minapolitan, jalan menuju daerah tertinggal, serta meningkatkan transportasi daerah. 4. Mengembangkan kawasan ekonomi dan destinasi wisata. 5. Pengembangan industri kecil dan menengah dalam rangka meningkatkan nilai tambah produk-produk pertanian dalam arti luas serta pengembangan industri kerajinan yang sudah mulai tumbuh. 6. Membangun dan mempertahankan ketahanan pangan food security dan ketahanan energi energy security secara berkelanjutan merupakan salah satu elemen penting dalam misi mencapai kesejahteraan rakyat yang menjadi kebijakan nasional yang diikuti oleh Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan. Sesuai dengan tantangan perubahan iklim yang semakin nyata maka pembangunan ekonomi di Pesisir Selatan harus memperhatikan masalah lingkungan melalui kebijakan adaptasi dan mitigasi. Kerusakan lingkungan hidup yang telah terjadi terus diperbaiki, melalui kebijakan antara lain: penghutanan kembali, pengelolaan daerah aliran sungai, dan pengembangan energi yang ramah lingkungan.

3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2013 Dan Perkiraan Tahun 2015

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dari dampak kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan kontribusi dari pertumbuhan berbagai macam sektor ekonomi, yang secara KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2015 Hal. III - 8 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BAPPEDA tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai dan berguna untuk menentukan arah pembangunannya dimasa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2013 berdasarkan angka sementara sebesar 5,93 persen meningkat sebesar 0,27 persen dibanding tahun 2012 sebesar 5,66 persen. Adapun perkembangan indikator makro pembangunan daerah dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Pesisir Selatan No. Indikator Makro Ekonomi Realisasi Perkiraan 2012 2013 2014 2015 1 PDRB Harga Konstan Juta Rupiah 2.349,54 2.488,87 2.696,01 2.887,15 2 Tingkat Pertumbuhan ekonomi 5,66 5,93 6,75 7,09 3 Tingkat Inflasi 4,16 10,87 9,63 9,63 4 PDRB perkapita ADHB jutatahun 13,25 13,17 14,00 14,98 5 Tingkat Kemiskinan 8,69 8,59 8,50 8,40 6 Tingkat Pengangguran 9,31 8,66 8,21 8,21 data sangat sementara Sumber : RPJMD 2010 – 2015 Kabupaten Pesisir Selatan Perkembangan indikator makro ekonomi Kabupaten Pesisir selatan seperti terlihat pada tabel di atas menunjukan peningkatan yang baik. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan memperlihatkan pertumbuhan ke arah yang positif yaitu dari sebesar 2.488,87 juta rupiah di tahun 2013 diperkirakan meningkat menjadi 2.887,15 juta rupiah pada tahun 2015. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik yaitu dari 5,66 pada tahun 2012 menjadi 5,93 pada tahun 2013 dan target RPJM 2010-2015 pertumbuhan ekonomi mencapai 7,09 pada tahun 2015. Walaupun membaiknya tingkat KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2015 Hal. III - 9 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BAPPEDA pertumbuhan ekonomi, namun tingkat inflasi masih tinggi mencapai dua digit yaitu 10,87 pada tahun 2013. Tingkat inflasi Kabupaten Pesisir Selatan mengacu pada tingkat inflasi Kota Padang. Tingginya angka inflasi ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya harga dikelompok volatile foods dan administrative price. Pada kelompok volatile foods, faktor cuaca yang tidak mendukung menjadi pemicu meningkatnya laju inflasi. Curah hujan yang tinggi selama Desember berdampak pada menurunnya pasokan sejumlah komoditi pangan seperti beras, bawang merah dan ikan tongkol. Pada kelompok administrative price, kenaikan tarif angkutan udara menjadi pemicu inflasi selama Desember 2013. Disamping itu kenaikan harga mobil juga berdampak inflasi yang cukup signifikan. Pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi sepanjang tahun 2013 pada akhirnya berpengaruh pada inflasi produk otomotif yang memiliki kandungan impor tinggi. Pada awal tahun 2014 diperkirakan tekanan inflasi masih tinggi dengan perkiraan 10,08 – 10,48 yoy. Tekanan inflasi diperkirakan bersumber dari kelompok administrative price akibat adanya kenaikan harga Elpiji 12 Kg. Selajan dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi juga berpengaruh terhadap menurunnya angka kemiskinan dan pengangguran. Angka kemiskinan Kabupaten Pesisir Selatan pada tahun 2012 sebesar 8,69 berkurang menjadi 8,59. Penurunan ini lebih besar dari yang targetkan RPJM sebesar 9,35. Demikian halnya tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran di Kabupaten Pesisir Selatan juga mengalami penurunan. Pada tahun 2012, tingkat pengangguran di Kabupaten Pesisir Selatan sebesar 9,31 dan turun menjadi 8,66 pada tahun 2013.

3.1.2. Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2014 dan

Tahun 2015 Tantangan pokok pembangunan sesuai dengan skala prioritas pembangunan tahun 2014 dan 2015 adalah : KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2015 Hal. III - 10 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BAPPEDA 1. Pertumbuhan ekonomi Pesisir Selatan lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi kabupaten kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Pertumbuhan ekonomi tahun 2014 ini diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun 2013. 2. Penambahan penduduk akan meningkatkan angka pencari kerja. Untuk itu kebutuhan peningkatan kemampuan sumberdaya manusia yang siap bersaing perlu menjadi prioritas. Ini menjadi tantangan sekaligus prospek bagi Pesisir Selatan dimana jumlah penduduk pada tahun 2013 sebesar 442.120 jiwa, dan prediksi jumlah penduduk pada tahun 2015 sebesar 462.622 jiwa dengan asumsi tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,59 persen. 3. Bencana alam seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor dan gelombang tinggi telah menimbulkan korban dan kerusakan di beberapa wilayah. Kondisi ini terkait dengan letak geografis Kabupaten Pesisir Selatan yang berpotensi terjadinya bencana alam. Selain gempa bumi, banjir dan tanah longsor, Kabupaten Pesisir Selatan juga sangat berpotensi terhadap ancaman gelombang tsunami. Hal ini dikarenakan kondisi daerah yang berada pada jalur patahan Sumatera. 4. Masih ada kampung-kampung yang tergolong tertinggal. Dari jumlah kampung yang ada, terdapat 76 kampung yang masih tertingal. Diharapkan pada tahun 2015 daerah kita sudah keluar dari daerah tertinggal. 5. Peningkatan dan pemerataan kualitas pelayanan kesehatan BPJS Kesehatan. 6. Perkembangan akses pendidikan Kabupaten Pesisir Selatan selama 5 tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang signifikan, ditandai dengan naiknya Angka Partisipasi Murni APM, Angka Partisipasi Kasar APK dan Angka Partisipasi Sekolah APS.

3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah

Arah Kebijakan Keuangan Daerah yang ditempuh oleh Pemerintah Daerah berkaitan dengan pendapatan daerah, pembiayaan daerah dan belanja daerah. Analisis kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas riil keuangan KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2015 Hal. III - 11 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BAPPEDA daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program pembangunan jangka menengah daerah RPJMD selama 5 lima tahun ke depan. Perhitungan kerangka pendanaan dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang dicapai Kabupaten Pesisir Selatan dalam periode 2012 – 2016, seperti yang terlihat pada Tabel 3.2.

3.2.1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

Pertumbuhan ekonomi yang stabil, keamanan yang terjaga dan tingkat kepercayaan pada pemerintah daerah melalui dukungan seluruh elemen masyarakat merupakan salah satu faktor peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Daerah sebagai fasilitator dan regulator akan memberikan kepercayaan kepada masyarakat, terutama pada investor dengan memberikan kemudahan-kemudahan sehingga terjadi pergerakan modal yang signifikan dalam perkembangan daerah. Agar dapat terwujudnya hal tersebut, maka dalam pengelolaan keuangan daerah dilakukan melalui peningkatan efisiensi dan efektifitas anggaran daerah, antara lain: a. Meningkatkan efisiensi pengelolaan pengeluaran daerah dengan memperketat pengeluaran pos-pos belanja yang menimbulkan in efisiensi b. Mengoptimalkan peningkatan pendapatan daerah melalui kebijakan intensifikasi ekstensifikasi, dan penataan administrasi pendapatan daerah yang transparan c. Meningkatkan kontrol internal atas pengelolaan keuangan daerah d. Secara bertahap menerapkan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah SAKD e. Mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah f. Menetapkan Peraturan Daerah tentang Pajak dan Retribusi Daerah sesuai Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Untuk menganalisa proyeksi keuangan daerah dan pendanaannya dapat diperoleh dari tabel 3.2 berikut :