TATA KELOLA: BIROKRASI EFEKTIF DAN EFISIEN

PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 47 bahkan hamper semua sungai di Sulawesi Utara sudah tercemar, begitu pula danau-danau yang berada di wialyah Sulawesi Utara sudah tergolong cemar berat. Pada tahun 2015, terjadi kemarau panjang sebagai akibat dari pengaruh el nino sehingga luas hutan dan lahan kritis menjadi sangat tinggi, semnetara di pihak lain, laju deforestrasi yang masih relatif tinggi karena alasan ekonomi. Pada intinya, kualitas lingkungan hidup di Sulawesi Utara semakin menurun dan dalam hal pengelolaan limbahbeban pencemaran sampai saat ini belum dilakukan secara optimal. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati masih harus didorong, sehingga dampak perubahan iklim dapat diminimalisir dan frekuensi kejadian bencana, kerentanan wilayah dan masyarakat terhadap bencana semakin menurun.

4.2.6. TATA KELOLA: BIROKRASI EFEKTIF DAN EFISIEN

Kualitas tatakelola pemerintahan good governance adalah prasyarat tercapainya sasaran pembangunan daerah, baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Penerapan tata kelola pemerintahan yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya aspek keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum, keadilan, dan partisipasi masyarakat. Dari sisi penguatan kapasitas pemerintahan birokrasi, pemerintah daerah Sulawesi Utara terus berupaya memantapkan kualitas pelaksanaan reformasi birokrasi nasional RBN di segala area perubahan yang disasar, baik kebijakan, kelembagaan, SDM aparatur, maupun perubahan mindset dan culture set. Reformasi birokrasi diharapkan dapat menciptakan birokrasi yang bermental melayani yang berkinerja tinggi sehingga kualitas pelayanan publik akan meningkat sehingga berkontribusi pada peningkatan daya saing dan keberhasilan pembangunan di berbagai bidang. Birokrasi pemerintahan belum efisien dan budaya pelayanan masih lemah. Reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan telah dijalankan, akan tetapi belum sepenuhnya dapat mencegah munculnya distorsi produk-produk kebijakan publik, karena proses yang belum sepenuhnya transparan dan akuntabel baik pada saat penyusunan, pelaksanaan maupun monitoring dan evaluasinya. Pada umumnya masyarakat berpendapat bahwa birokrasi pemerintahan tidak efisien dan pelayanan publik belum optimal. Prinsip dasar good governance seperti partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas belum sepenuhnya dijalankan dalam birokrasi pemerintahan dan jabatan- jabatan publik. Masalah ini diperburuk oleh belum terbangunnya sistem rekrutmen pejabat publik berdasarkan prinsip meritokrasi. Pemantapan akuntabilitas keuangan dan akuntabilitas kinerja secara bertahap memang sudah ditingkatkan. Hal ini tercermin dari makin PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021 BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 48 meningkatnya pemerintah KabupatenKota yang mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian WTP berdasarkan audit yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan BPK. Meskipun demikian harus diakui bahwa pencapaian Opini WTP belum mencerminkan birokrasi yang bersih dan bebas KKN, manajemen aset barang milik daerah belum dikelola secara tertib administrasi dan tertib hukum; dan sistem pengendalian internal belum berjalan efektif. Tantangan ke depan yang perlu ditindaklanjuti, diantaranya peningkatkan kualitas dan independensi pemeriksaan keuangan; pengembangan sistem dan pemantapan pemeriksaan kinerja; memperbaiki manajemen pengelolaan aset secara modern berbasis TIK; dan peningkatan efektifitas Sistem Pengendalian Intern SPI. Berdasarkan hasil penilaian kementerian Pendayaagunaan Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi, Kinerja Pemerintah Daerah masih rendah terkait dengan signifikansi input anggaran dengan kinerja organisasi; lemahnya orientasi pada pencapaian indikator hasil outcome; lemahnya akuntabilitas kinerja instansi kabupatenkota. Oleh karena itu, diperlukan komitmen pimpinan instansi untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik. Terkait dengan Politik Pemerintahan; Provinsi Sulawesi Utara akan melanjutkan upaya Pembentukan Daerah Otonom Baru yatu Provinsi Bolaang Mongondow Raya, Kota Langowan, Kota Tahuna, dan Kabupaten Talaud Selatan.

4.2.7. KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT