PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021
BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 44
Bonus demografi
yang dialami juga
disertai dengan dinamika
kependudukan lain yang juga berdampak luas, yaitu: 1 meningkatnya jumlah penduduk; 2 penuaan penduduk population ageing yang ditandai
dengan meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia; 3 urbanisasi yang ditandai dengan meningkatnya proporsi penduduk perkotaan; dan 4 migrasi
yang ditandai dengan meningkatnya perpindahan penduduk antardaerah. Selain itu pertumbuhan dan perubahan struktur penduduk yang tidak sama
antar kabupaten-kota, sehinga pemanfaatan bonus demografi tersebut harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi kewilayahan. Untuk itu, peluang
bonus demografi ini juga harus diketahui dan dipahami dengan baik oleh seluruh
pemangku kebijakan di daerah
sehingga dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Apabila tidak didukung dengan kebijakan yang tepat,
bonus demografi tidak akan dapat diraih, bahkan dapat menimbulkan berbagai
dampak yang tidak
diinginkan. Penduduk
yang besar
akan meningkatkan tekanan pada kebutuhan pangan dan energi serta kelestarian
dan kualitas lingkungan.
Pertumbuhan penduduk lanjut usia population ageing memerlukan jaminan perlindungan sosial, perlindungan hari tua dan pelayanan penyakit
ketuaan senecsent diseases
dan degeneratif.
Urbanisasi dan
migrasi menuntut ketersediaan infrastruktur perkotaan yang memadai dan pada saat
yang sama berpotensi memunculkan konflik sosial, pengangguran dan kriminalitas.
Tingginya kepadatan
penduduk juga
berpotensi meningkatkan polusi dan penyebaran berbagai penyakit menular. Oleh karena
itu, kebijakan
sumber daya
manusia, kependudukan, kesehatan,
pendidikan, ekonomi dan ketenagakerjaan, infrastruktur dan sumber daya alam serta politik hukum dan keamanan harus diarahkan dengan tepat
untuk meraih manfaat sebesar-besarnya dari bonus demografi.
Sumberdaya manusia yang berkualitas tercermin dari meningkatnya akses pendidikan yang berkualitas pada semua jenjang pendidikan dengan
memberikan perhatian lebih
pada penduduk
miskin dan daerah kepulauanperbatasan; meningkatnya kompetensi guru sesuai sertifikasi
yang diperoleh, meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan, terutama kepada para ibu hamil, anak, remaja dan lansia; meningkatnya
pelayanan
gizi masyarakat
yang berkualitas,
meningkatnya efektivitas
pencegahan dan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, serta berkembangnya jaminan kesehatan.
4.2.3. INFRASTRUKTUR
Ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi relative masih belum optimal. Kondisi jalan provinsi dalam
kondisi mantap baru mencapai 70 pada akhir tahun 2015, sementara akses air bersih di seluruh wilayah provinsi Sulawesi Utara baru mencapai
56. Keterbatasan ketersediaan infrastruktur selama ini merupakan hambatan utama untuk memanfaatkan peluang dalam peningkatan investasi
PROVINSI SULAWESI UTARA 2016-2021
BAB IV |ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS 45
serta menyebabkan mahalnya biaya logistik. Penguatan struktur ekonomi, berupa penguatan sektor primer, sekunder dan tersier secara terpadu,
dengan sektor sekunder menjadi penggerak utama perubahan tersebut. Hal ini berarti infrastruktur yang menunjang aktifitas sector pertanian,
perkebunan, perikanan dan kelautan, serta pariwisata menjadi sector andalan. Kemajuan sektor industri pengolahan masih berjalan lambat.
Padahal agar perekonomian bergerak lebih maju sektor industri pengolahan harus menjadi motor penggerak. Pembangunan infrastruktur seharusnya
diarahkan untuk memperkuat konektivitas antar kabupaten-kota dan antar pulau
di wilayah
Sulawesi Utara
untuk mencapai
keseimbangan pembangunan, mempercepat penyediaan infrastruktur perumahan dan
kawasan permukiman air minum dan sanitasi serta infrastruktur kelistrikan, menjamin ketahanan air, pangan dan energi untuk mendukung
ketahanan nasional, dan mengembangkan sistem transportasi massal perkotaan. Kesemuanya dilaksanakan secara terintegrasi dan dengan
meningkatkan peran kerjasama Pemerintah-Swasta.
Permasalahan krusial terkait dengan infrastruktur adalah percepatan pembangunan infrastruktur di kawasan Kawasan Ekonomi Khusus Bitung
KEK Bitung mengingat batas waktu pembangunan oleh Pemerintah pusat ditargetkan selesai pada tahun 2017. Sampai saat ini pemerintah Provinsi
Sulawesi Utara masih dalam tahapan pematangan lahan, untuk segera mewujudkan
ketersediaan sarana
dan prasarana kawasan penunjang kegiatan di dalam Kawasan Ekonomi Khusus maupun distribusi barang ke
luar Kawasan
Ekonomi Khusus. Permasalahan yanb terkait dengan hal
tersebut adalah upaya menyediakan lahan yang siap untuk dikelola melalui perencanaan matang;, dan bagaimana upaya strategis dalam menjalin
koordinasi yang baik untuk meningkatkan kualitas kegiatan perencanaan pembangunan dalam kawasan ekonomi khusus, termasuk didalamnya upaya
merumuskan percepatan pembangunan infrastruktur transportasi, energi, air bersih sebagai penunjang kegiatan industry.
Sebagai bagian dari cita-cita Pemerintah Sulawesi Utara untuk
mewujudkan pembangunan Sulawesi Utara Hebat sebagai pintu gerbang Indonesia di kawasan Pasifik,
maka pembangunan infrastruktur akan dilakukan secara holistic, spatial dan focus pada tujuan membangun
konektifitas antar wilayah. Berkaitan dnegan hal tersebut, pemerintah Sulawesi Utara bermaksud akan mendorong percepatan pembangunan jalan
toll Manado-Bitung, pembangunan bendungan Kuwil, inisiasi Jalan tol Manado-Tomohon, serta percepatan pembangunan rel kereta api yang
nantinya akan menghubungan Manado dengan kota-kota besar di wilayah Pulau Sulawesi.
4.2.4. PEMBANGUNAN KAWASAN PERBATASAN DAN KEPULAUAN