dengan persepsi budaya dan respon terhadap nyeri Mohammed, 2012. Sebagai contoh, diungkapkan pada penelitian Liliwati dan kawan-kawan 2007 bahwa
gadis Malaysia yang tinggal di pedesaan cenderung diam dalam menghadapi dismenorea. Penelitian pada gadis Hispanik menunjukkan bahwa, dismenorea
menyebabkan gangguan konsentrasi sebanyak 56, gangguan aktivitas harian sebanyak 51, gangguan aktivitas olah raga sebanyak 50 , gangguan partisipasi
di kelas sebanyak 46, gangguan aktivitas dengan teman sebanyak 36, serta gangguan mengerjakan tugas dan nilai sebanyak 29 Banikarim, 2000. Selain
itu penelitian yang dilakukan di Kota Erbil menunjukkan bahwa akibat terjadinya dismenorea, remaja putri kehilangan 10-20 dari hari sekolah mereka Ahmed
dan Piro, 2012. Dalam penelitiannya, Liliwati dan kawan-kawan 2007 juga menemukan bahwa semakin tinggi tingkat rasa nyeri semakin banyak
ketidakhadiran dan gangguan di kelas. Semua gangguan ini menyebabkan rendahnya kulitas hidup seorang remaja putri ketika mengalami dismenorea
Kumbhar et al.,2011.
2.5. Penanganan Dismenorea
Penanganan dari dismenorea adalah untuk mengurangi dan menghilangkan rasa sakit yang ada dengan memberi intervensi proses fisiologis yang ada. Gejala
yang berupa nyeri dapat diatasi dengan pemberian parasetamol, NSAID, aspirin dan mengurangi aktivitas dari sikloksigenase agar prostaglandin tidak terbentuk.
Metode lain yang digunakan untuk mengatasi dismenorea adalah dengan mencegah terjadinya ovulasi dengan pemberian kontrasepsi oral Proctor dan
Farquar, 2006. Penaganan rasa nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgesia
sederhana seperti aspirin, dan parasetamol. Analgesia sederhana diberikan tertama jika NSAID dikontraindikasikan. Selain analgesia sederhana, non-steroid
anti-inflammatory drugs juga dapat diberikan. Pemberian NSAID memberikan rasa nyaman dari nyeri sekitar 67 pada wanita dengan dismenorea. Wanita
dengan riwayat gastroduodenal ulcer, perdarahan gastrointestinal, atau perforasi gastroduodenal sebaiknya mencari alternatif dari NSAID. Selain NSAID dan
Universitas Sumatera Utara
analgetik sederhana, COX-2 spesific inhibitor juga dapat diberikan sebagai terapi dismenorea Proctor dan Farquar, 2006.
Pemberian kontrasepsi sebagai tatalaksana dismenorea terdiri dari beberapa cara seperti pemberian kontrasepsi oral, levonorgestrel releasing intrauterine
system, dan terapi kombinasi kontrasepsi dengan obat lainnya yang tidak umum. Kombinasi antara kontrasepsi dapat dilakukan dengan kontrasepsi oral maupun
alat kontrasepsi intrauterin. Obat-obat yang digunakan sebagai kombinasi adalah progestogen dan anti progestogen yang menginduksi kejadian anovulasi dan
amenorea; gonadotropin releasing hormones dan danazol yang meringankan rasa nyeri; calcium channel blocker yang mengatur konsentrasi kalsium bebas dalam
sitoplasma sehingga berpengaruh pada kontraksi otot uterus. Selain terapi farmakologis terdapat juga tatalaksana alternatif berupa
herbal,dan suplementasi seperti: thiamin, piridoksin dan magnesium, serta minyak ikan. Perubahan diet dan berolahraga juga memiliki asosiasi dengan berkurangnya
dismenorea Proctor dan Farquahar, 2006. Sementara penanganan dismenorea sekunder dilakukan dengan cara
melakukan terapi pada penyakit yang mendasarinya. Pengobatan kelainan ginekologis ini dapat berupa medikamentosa maupun operatif. Pemberian
analgetik sebagai adjuvan juga dilakukan dalam pengobatan dismenorea sekunder Calis et al., 2013.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL