Analisis Kesiapan Pemerintah Desa dalam Pelaksanaan PP Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Anggaran Dana Desa (Studi Kasus: Kabupaten Simalungun)
LAMPIRAN 1
KUISIONER PENELITIAN
Nama :
Alamat :
Usia :
Jenis Kelamin : Pendidikan :
Jabatan :
Berilah tanda Check List (√) pada jawaban yang sesuai. Keterangan:
a. STS : Sangat tidak siap b. TS : Tidak siap c. CS : Cukup Siap
d. S : Siap
(2)
I. Parameter Komitmen
NO Parameter Komitmen Alternatif Jawaban
STS TS CS S SS
1 Pemerintah desa memiliki petunjuk pelaksanaan anggaran dana desa yang bersumber dari pemerintah pusat 2 Pemerintah desa memiliki peraturan
pelaksanaan anggaran dana desa yang bersumber dari pemerintah pusat 3 Pemerintah desa menggunakan dana
Desa yang diterima sejak pencairan dana Desa
4 Pemerintah desa menggunakan dana Desa untuk pembangunan sarana dan prasarana Desa
5 Pemerintah desa menggunakan dana Desa untuk pengembangan potensi ekonomi lokal
6 Pemerintah desa menggunakan dana Desa untuk pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan
7 Pemerintah desa menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana Desa secara tepat waktu
(3)
II. Parameter Kesiapan Sumber Daya Manusia NO Parameter Kesiapan Sumber Daya
Manusia
Alternatif Jawaban
STS TS CS S SS
1 Pemerintah Desa memiliki struktur pemerintah Desa yang jelas dan diisi oleh perangkat desa
2 Aparatur Desa mampu menyusun APBDesa yang menjadi acuan penyaluran dana Desa
3 Aparatur Desa mampu menyusun laporan realisasi dana Desa dan sesuai dengan waktu yang ditetapkan
4 Pemerintah Desa mampu menyusun RPJM Desa dan RKP Desa
5 Pemerintah desa menyiapkan informasi terkait pelaksanaan
pembangunan Desa bagi masyarakat melalui media informasi yang dimiliki Desa
6 Pemerintah desa mengikuti pembinaan tentang PP Nomor 60 tahun 2014
7 Pemerintah desa mendapatkan pendampingan dana Desa
(4)
III. Parameter Pengelolaan Laporan Keuangan NO Parameter Pengelolaan Laporan
Keuangan
Alternatif Jawaban
STS TS CS S SS
1 Pengelolaaan keuangan desa dilaksanakan sesuai dengan
permendagri nomor 113 tahun 2014 2 Penyusunan dan penyerahan laporan
keuangan desa dilakukan secara tepat waktu
3 Dalam laporan keuangan Desa tidak terdapat dana SILPA >30% yang merupakan suatu indikasi penggunaan dana Desa belum
sepenuhnya dilaksanakan dengan baik 4 Penyusunan laporan keuangan Desa
dilakukan dengan menggunakan pendekatan akuntansi
5 Laporan keuangan Desa dapat diakses oleh masyarakat melalui media internet atau media informasi Desa sebagai wujud transparansi keuangan Desa
(5)
IV Parameter Kesiapan Perencanaan Pembangunan Desa NO Parameter Kesiapan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa
Alternatif Jawaban
STS TS CS S SS
1 Penyusunan APB Desa dilaksanakan tanpa tenaga pendamping/
dilaksanakan secara mandiri
2 Penyusunan APB Desa dilaksanakan dengan memperhatikan potensi dan kebutuhan Desa
3 Perencanaan pembangunan Desa disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa
4 Penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa dilakukan dengan
menyelanggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa secara partisipatif
5 RPJM Desa disusun dengan mengacu pada RPJM Kabupaten
6 RKP Desa disusun sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah kabupaten yang berkaitan dengan pagu indikatif desa dan rencana kegiatan pemerintah daerah provinsi maupun pemerintah kabupaten.
(6)
LAMPIRAN 2
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 20 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items
,909 7
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Komitmen 24,30 16,853 ,597 ,910
Komitmen 26,35 16,134 ,774 ,898
Komitmen 24,55 13,945 ,911 ,875
Komitmen 24,25 16,197 ,795 ,897
Komitmen 24,75 12,197 ,813 ,891
Komitmen 24,80 11,853 ,839 ,889
Komitmen 24,40 14,989 ,679 ,900
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,627 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 135,909
df 21
(7)
Communalities
Initial Extraction Komitmen 1,000 ,522 Komitmen 1,000 ,736 Komitmen 1,000 ,848 Komitmen 1,000 ,690 Komitmen 1,000 ,742 Komitmen 1,000 ,782 Komitmen 1,000 ,594 Extraction Method: Principal
Component Analysis.
Total Variance Explained
Component
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Total
% of
Variance Cumulative % Total % of Variance
Cumulative %
1 4,913 70,191 70,191 4,913 70,191 70,191
2 ,975 13,925 84,116
3 ,578 8,251 92,367
4 ,266 3,797 96,164
5 ,185 2,646 98,809
6 ,061 ,867 99,677
7 ,023 ,323 100,000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa Component
1 Komitmen ,722 Komitmen ,858 Komitmen ,921 Komitmen ,831 Komitmen ,861 Komitmen ,884 Komitmen ,770 Extraction Method: Principal Component Analysis.
(8)
a. 1 components extracted.
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 20 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items
,890 7
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
SDM 24,25 27,461 ,509 ,894
SDM 25,00 21,053 ,840 ,853
SDM 24,85 22,134 ,779 ,862
SDM 24,95 21,629 ,750 ,866
SDM 24,85 23,082 ,669 ,876
SDM 24,60 24,674 ,642 ,880
SDM 24,90 21,989 ,656 ,880
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,690 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 122,321
df 21
(9)
Communalities
Initial Extraction
SDM 1,000 ,765
SDM 1,000 ,949
SDM 1,000 ,955
SDM 1,000 ,901
SDM 1,000 ,815
SDM 1,000 ,661
SDM 1,000 ,602
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Component
Initial Eigenvalues
Extraction Sums of Squared Loadings
Total % of Variance Cumulative % Total
% of Variance
Cumulative % 1 4,279 61,128 61,128 4,279 61,128 61,128 2 1,369 19,556 80,684 1,369 19,556 80,684
3 ,722 10,313 90,998
4 ,322 4,596 95,593
5 ,202 2,886 98,479
6 ,088 1,261 99,740
7 ,018 ,260 100,000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa Component
1 2
SDM ,610 ,627 SDM ,897 -,381 SDM ,839 -,501 SDM ,834 -,454 SDM ,763 ,483 SDM ,750 ,315 SDM ,748 ,205
(10)
Extraction Method: Principal Component Analysis.
a. 2 components extracted.
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 20 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha N of Items
,878 5
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Laporan Keu 17,20 8,589 ,629 ,873
Laporan Keu 17,15 7,818 ,884 ,828
Laporan Keu 17,20 7,747 ,913 ,823
Laporan Keu 17,50 6,053 ,736 ,861
Laporan Keu 17,55 6,682 ,656 ,877
KMO and Bartlett's Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy. ,761
Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square 79,78 4
df 10
(11)
Communalities
Initial Extraction Laporan Keu 1,000 ,526 Laporan Keu 1,000 ,873 Laporan Keu 1,000 ,910 Laporan Keu 1,000 ,737 Laporan Keu 1,000 ,646 Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Component
Initial Eigenvalues
Extraction Sums of Squared Loadings
Total
% of Variance
Cumulative
% Total
% of Variance
Cumulative % 1 3,693 73,856 73,856 3,693 73,856 73,856
2 ,730 14,598 88,454
3 ,398 7,954 96,408
4 ,115 2,308 98,716
5 ,064 1,284 100,000
Extraction Method: Principal Component Analysis. Component Matrixa
Compone nt
1 Laporan Keu ,726 Laporan Keu ,935 Laporan Keu ,954 Laporan Keu ,859 Laporan Keu ,804 Extraction Method: Principal Component Analysis.
a. 1 components extracted.
(12)
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100,0 Excludeda 0 ,0 Total 20 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's
Alpha
N of Items ,845 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
APBDES 23,00 6,421 ,616 ,853
APBDES 22,30 9,274 ,681 ,825
APBDES 22,35 8,871 ,793 ,809
APBDES 22,35 8,766 ,836 ,804
APBDES 22,80 6,905 ,580 ,851
APBDES 22,45 8,366 ,927 ,787
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,685 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 123,999
df 15
Sig. ,000
Communalities
Initial Extraction APBDES 1,000 ,568 APBDES 1,000 ,680 APBDES 1,000 ,762 APBDES 1,000 ,854 APBDES 1,000 ,515 APBDES 1,000 ,895
(13)
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Component
Initial Eigenvalues
Extraction Sums of Squared Loadings
Total
% of Variance
Cumulative
% Total
% of Variance
Cumulative % 1 4,274 71,241 71,241 4,274 71,241 71,241
2 ,851 14,180 85,422
3 ,488 8,129 93,550
4 ,298 4,969 98,520
5 ,077 1,290 99,810
6 ,011 ,190 100,000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa Component
1 APBDES ,753 APBDES ,825 APBDES ,873 APBDES ,924 APBDES ,718 APBDES ,946 Extraction Method: Principal Component Analysis.
a. 1 components extracted.
(14)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Dwipayana AAGN Ari, dkk. 2003. Membangun Good Governance Didesa. Yogyakarta: IRE Press
Erlina. 2008. Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Cetakan pertama. Medan: USU Press
Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analitis Multi Variat Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Greenberg, J and Baron, R.A. 1997. Behavior In Organisations, 6th Edition, New
Jersey, Prentice – Hall International
H. Hadari Nawawi. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang
Kompetitif, Cetakan ke 7. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Hamidi. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Universitas muhammadiyah Malang
Hasibuan, S.P. Melayu. 2002. Organisasi Dan Motivasi. Jakarta: Pt. Erlangga Indriantoro dan Supomo, 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia
Jogiyanto, HM. 2001. Analisis Perancangan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi Offset
Kansil.C.S.T. 1984. Desa Kita Dalam Peraturan Tata Pemerintahan Desa. Jakarta: Ghalia Indonesia
Kartohadikusumo, Soetardjo. 1984. Desa. Yogyakarta: PN Balai Pustaka
Miner, John. B. 1992. Indsutrial Organizational Psychology. Singapore: MC Graw – Hill INC
Muchtar, A.M. 2002. Audit Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan
Praketek Aplikasi Bisnis. Edisi ke-1. Yogyakarta: Andi Offset
Poerwadarminta W. J. S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Balai Pustaka
(15)
Saparin Sumber. 1986. Tata Pemerintahan Dan Administrasi Pemerintahan Desa. Jakarta timur: Ghalia Indonesia
Sjabadhyni, B. Graito & Wutun R.R. 2001. Pengembangan Kualitas SDM Dari
Perspektif Psikologi. Depok: Bagian Psikologi Industri dan organisasi
Fakultas Psikologi UI
Soetrisno Loekman, dkk. 1992. Pembangunan Desa Dan Lembaga Swadaya
Masyarakat. Jakarta : CV Rajawali
Sudjatmiko Budiman, Zakaria Yando. 2014. Desa Kuat Indonesia Hebat. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yusada
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Supriyono, R. A. 2006. Pengaruh Variabel Perantara Komitmen Organisasi dan
Partisipasi Penganggaran Terhadap Hubungan Antara Usia dan Kinerja Manajer di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Universitas
Katolik Indonesia Atma Jaya
Susetiawan. 2010. Pembangunan Perdesaan dalam Rangka Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat. Bogor: Pemikiran Guru Besar Perguruan Tinggi
Badan Hukum Milik Negara IPB Press
Widjaja. A. W. 1996. Pemerintahan Desa Dan Administrasi Desa. Jakarta Utara: PT Raja Grafindo Persada
Widjaja. H. A. W. 2001. Pemerintahan Desa/ Marga Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Widjaja. H. A. W. 2002. Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Yarnest. 2003. Panduan Aplikasi Statistic Dengan Menggunakan SPSS 17,00. Malang: Penerbit DIOMA
(16)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Jenis penelitian desktriptif kualitatif bertujuan untuk mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya. Dengan demikian diharapkan fenomena tentang kesiapan pemerintah desa serta kendala - kendala yang dihadapi di daerah dapat dideskripsikan secara gamblang untuk kemudian dianalisis dan diinterpretasikan untuk menarik suatu kesimpulan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desa – desa yang tersebar di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Adapun pemilihan desa- desa di Kabupaten Simalungun tersebut adalah karena Kabupaten Simalungun merupakan salah satu Kabupaten terluas di Sumatera Utara dengan jumlah desa sebanyak 388 desa. Dengan jumlah desa besar tersebut, tentu Kabupaten Simalungun mendapatkan jumlah dana desa yang cukup besar dibandingkan dengan kabupaten – kabupaten disekelilingnya. Hal tersebut menjadi hal yang menarik untuk menjadi bahan penelitian ini. Dengan metode yang digunakan, maka peneliti akan menggunakan data-data yang diambil langsung dari informan dengan menggunakan metode wawancara dengan pemerintah desa. Waktu yang
(17)
digunakan untuk penelitian ini adalah bulan Juli 2015 dimulai dengan pengajuan judul dan pengesahan judul hingga penyelesaian dan pengesahan skripsi.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional adalah penentuan batasan yang lebih menjelaskan ciri-ciri spesifik yang lebih substantif dari suatu konsep. Alasan peneliti menetapkan batasan operasional adalah untuk menghindari timbulnya salah pengertian atau salah tafsir terhadap istilah-istilah dalam judul penelitian. Tujuan dari batasan operasional adalah agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah didefenisikankonsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu, batasan operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Daerah yang menjadi objek penelitian adalah Kabupaten Simalungun 2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesiapan pemerintah desa
dalam melaksanakan PP Nomor 60 Tahun 2014
3. Variabel independen dalam penelitian ini adalah komitmen (X1), kesiapan SDM (X2), kesiapan laporan keuangan (X3) dan kesiapan Perencanaan Pembangunan Desa (X4)
(18)
3.4 Defenisi Operasional
Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan variabel independen.
3.4.1 Variabel Dependen
Variabel dependen sering juga disebut dengan variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering juga disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Prof. Dr. Sugiyono: 2007: 40). Dalam penelitian ini, variabel dependennya adalah kesiapan pemerintah desa.
3.4.2Variabel Independen
Variabel independen sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor,
antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnnya variabel dependen (terikat) (Prof. Dr. Sugiyono: 2007: 39). Dalam penelitian ini, variebel independennya adalah Komitmen (X1), Kesiapan sumber daya manusia (X2), Kesiapan pengelolaan laporan keuangan (X3) dan kesiapan Perencanaan Pembangunan Desa (X4).
a. Komitmen
Menurut Porter et.al dalam Miner, (1992:124), komitmen adalah dukungan yangkuat dari pimpinan dan bawahan satuan kerja termasuk pemerintah desa penerima dana dekonsentrasi/ tugas pembantuan.
(19)
b. Sumber Daya Manusia
Menurut Hasibuan (2000:3), sumber daya manusia adalah semua manusia yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan desa. Pelaksanaan pembangunan desa dengan bantuan anggaran dana desa dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan suatu tugas bagi pemerintah desa untuk menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan terkait dengan perhitungan jumlah dana per desa hingga pada pelaporan keuangan desa. Pelaksanaan pembangunan desa tersebut memerlukan SDM yang benar-benar mampu dalam menjalanan roda pemerintahan desa serta menguasai setiap tata pemerintahan desa. Perlu adanya upaya untuk menghindari terjadinya praktik KKN dalam pelaksanaan pemerintahan desa dengan menempatkan SDM yang baik agar pelaksanaan program pemerintah pusat dan desa tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
c. Pengelolaan Laporan Keuangan
Menurut Permendagri nomor 113 tahun 2014 pengelolaan keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan Desa. Penatausahaan keuangan Desa dilakukan oleh bendahara Desa dengan wajib mencatat semua penerimaan dan pengeluaran dan melakukan tutup buku setiap akhir tahun. Selain itu bendahara Desa juga wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban yang disampaikan kepada Kepala Desa setiap bulannya atau paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
(20)
d. Perencanaan Pembangunan Desa
Perencanaan pembangunan desa adalah kumpulan rencana pembangunan desa baik dalam jangka waktu enam tahun maupun jangka waktu satu tahun. Rencana pembangunan desa dalam jangka enam tahun disebut sebagai rencana pembangunan jangka menengah desa dan untuk jangka waktu satu tahun disebut sebagai rencana pembangunan tahunan desa atau yang disebut juga rencana kerja pemerintah desa.
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karaterisitik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karaktertistik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu” (Sugiyono 2007: 90). Populasi dalam penelitian ini adalah desa yang berada di wilayah Kabupaten Simalugun, Provinsi Sumatera Utara.
Sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode simple random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Adapun desa-desa yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah:
(21)
Tabel 3.1 Daftar Sampel Penelitian
No Nama Desa
1 Pamatang Simalungun
2 Bongguron Kariahan
3 Sihubu Raya
4 Janggir Leto
5 Sinar Naga Mariah
6 Sihapalan
7 Silimakuta Barat
8 Purba Dolok
9 Kebun Sayur
10 Marjandi
11 Rambung Merah
12 Totap Majawa
13 Marubun Jaya
14 Dame Raya
15 Ujung Saribu
16 Naga Saribu
17 Saran Padang
18 Sibangun Mariah
19 Saribu Jandi
20 Naga Bosar
Sumber: Hasil Olahan Penulis (2015)
3.6 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diambil langsung dari responden. Dalam penelitian ini, responden yang akan menjadi sumber informasi adalah pemerintah desa yang dalam hal ini adalah kepala desa yang masuk dalam anggota sampel.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yakni dengan melakukan survey lapangan. Survey ini dilakukan secara lebih mendalam dengan cara
(22)
digunakan dalam metode survey dalam penelitian ini adalah kuisioner dan wawancara. Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan tanyajawab dengan pihak-pihak terkait yang bertujuan untuk mendalami informasi yang belum didapat pada studi kepustakaan sedangkan kuisioner adalah suatu teknik pengumpulan data penelitian pada kondisi tertentu kemungkinan tidak memerlukan kehadiran peneliti. Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat dikemukakan secara tertulis melalui suatu kuisioner. Teknik ini memberikan tanggung jawab kepada responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan. (Supomo dan Indriantoro 2009).
3.8 Skala Pengukuran
Skala adalah perangkat ukur yang digunakan untuk mengetahui intensitas, arah atau tingkat dalam sebuah variabel yang berada pada tingkat pengukuran ordinal. Penelitian ini menggunakan skala likert, yaitu pengukuran yang memungkinkan responden untuk merangking seberapa kuat mereka siap atau tidak siap terhadap pernyataan-pernyataan tertentu. Skala ini mempunyai jarak dari sangat positif ke sangat negatif terhadap obyek sikap tertentu. Skala likert juga diartikan sebagai cara pengukuran dengan menghadapkan seorang responden dengan sebuah pernyataan dan kemudian diminta untuk memberikan jawaban.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi dari penelitian kemendagri (2012) dimana skala pengukuran kuisioner menggunakan skala: 1 = sangat tidak siap
2 = tidak siap 3 = cukup siap 4 = siap 5 = sangat siap
(23)
3.9 Metode Analisis Data 3.9.1 Uji Instrumen Data
a. Uji Validitas
Uji validitas adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana validitas data diperoleh dari penyebaran kuisioner. Uji validitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antar masing-masing pertanyaan ataupun pernyataan dengan skor total pengamatan (Arikunto, 2006:202).
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali atau lebih (Umar 2003:176). Reliabilitas dapat dikatakan menunjukkan kekonsistenan dari suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Makin kecil kesalahan pengukuran makin reliabel alat pengukur begitu pula sebaliknya. Pengujian keandalan alat pengukuran dalam penelitian ini menggunakan reliabilitas menggunakan metode alpha (α). Metode alpha yang digunakan adalah metode Cronbanch. Menurut Yarnest (2003; 68) instrumen dapat dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisien reliabilitas diatas 0,6. Setelah menilai alpha, selanjutnya membandingkan nilai tersebut dengan angka kritis reliabilitas. Instrumen yang dipakai dalam variabel diketahui handal (reliabel) apabila memiliki Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2002:42).
3.9.2 Analisis Deskripstif Kualitatif
Teknik yang dipakai dalam menganalisis data adalah analisis kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Metode deskriptif menurut
(24)
Indriantoro dan Supomo (2002:26), merupakan penelitian terhadap masalah-masalah yang berupa fakta saat ini dari suatu populasi.
Penelitian ini menggunakan deskripsi analisis. Metode analisis untuk mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data untuk memberikan penjelasan lengkap mengenai penelitian. Metode ini untuk memaparkan sesuatu dengan cara mendiskripsikan, mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan kondisi yang saat ini terjadi. Metode analisis deskriptif sesuai dengan hakikatnya adalah data yang telah terkumpul kemudian diseleksi, dikelompokkan, dilakukan pengkajian, intepretasi dan disimpulkan. Selanjutnya hasil kesimpulan itu didesripsikan.
Adapun langkah-langkap analisis deskriptif antara lain:
a. Pengelompokan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data, perhatian yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan hasil kuisioner, peneliti melakukan pengelompokan atau distribusi tentang karakteristik responden seperti umur, jenis kelamin, pendidikan dan jabatan. Selanjutnya juga dilakukan pengelompokan jawaban responden kesiapan pemerintah desa terhadap anggaran dana desa.
b. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Berdasarkan hasil jawaban kuisioner dan wawancara maka pada tahap ini akan dijelaskan dengan
(25)
alternatif lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.
c. Menulis Hasil Penelitian
Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan subjek. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek, dibaca berulang kali sehinggga penulis mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana didalamnya mencakup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.
(26)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Pemerintahan Desa Di Kabupaten Simalungun
Pemerintahan Desa/Nagori adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah Nagori dan Maujana Nagori dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistim Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Penyelenggaraan pemerintahan Desa dilaksanakan oleh pemeritah Desa dan badan permusyawaratan Desa (BPD/ Maujana Nagori). Pemerintah Desa adalah organisasi pemerintah Desa yang terdiri dari: Kepala Desa (Pangulu); tungkat nagori yang terdiri dari Sekretaris Nagori, pembantu Pangulu urusan teknis dan kepala-kepala dusun; unsur staf yang terdiri dari sekretaris Nagori dan kepala-kepala urusan. Dalam penyelenggara pemerintahan Nagori, Pangulu memimpin penyelenggaraan pemerintahan Nagori berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Maujana Nagori yaitu berkewajiban untuk memberikan laporan penyelenggaraan pemerintah Nagori kepada Bupati, memberikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada Maujana Nagori serta meninformasikan laporan penyelenggaraan pemerintahan Nagori kepada masyarakat.
Maujana Nagori adalah lembaga yang merupakan perwujudan Demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Nagori sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Nagori. Maujana Nagori berfungsi menetapkan peraturan Nagori bersama Pangulu dan menampung aspirasi masyarakat. Anggota maujana Nagori
(27)
terdiri dari pemangku adat, golongan propesi, pemuka agama dan tokoh pemuka masyarakat lainnya.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Deskripsi Proses Pengumpulan Data Kuisioner
Pada bab sebelumnya, disampaikan bahwa besarnya sampel yang digunakan yaitu sebanyak 20 buah kuisioner yang telah disebarkan kepada masing-masing pemerintah desa dan telah mendapatkan balasannya.
Tabel 4.1 Deskripsi proses pengumpulan data kuisioner Kuisioner yang disebar
Kuisioner yang kembali
Kuisioner valid
Kuisioner yang tidak memenuhi syarat
20
20
20
0
100%
100%
100%
0%
Sumber: Data diolah
Tabel 4.1 menunjukkan penyebaran dan tingkat pengembalian dengan jumlah kuisioner yang disebar sebanyak 20 kuisioner, yang kemudian dari jumlah 20 kuisioner yang disebar, kembali sebanyak 20 kuisioner atau 100% dan seluruhnya dianggap memenuhi syarat.
4.2.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan pemerintah Desa di kabupaten Simalungun, dapat diketahui karakteristik responden sebagai berikut.
(28)
a. Usia
Karakteristik pemerintah Desa dilihat dari Usia disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.2 Distribusi responden menutur umur
No Umur Jumlah (Orang) Persentase
1 <40 Tahun 3 15%
2 40 – 50 11 55%
3 > 50 Tahun 6 30%
JUMLAH 20 100%
Sumber : Data diolah
Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki umur antara 40-50 tahun yakni sebesar 11 orang dengan persentase sebesar 55%. Hal ini menunjukkan umumnya pemerintah desa khususnya kepala Desa di kabupaten Simalungun merupakan kepala Desa golongan tua dan masih mampu terlibat dalam urusan pemerintahan Desa.
b. Jenis Kelamin
Karakteristik pemerintah Desa dilihat dari jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.3 Distribusi responden menurut jenis kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase
1 Laki-laki 18 90%
2 Perempuan 2 10%
JUMLAH 20 100%
Sumber : Data diolah
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar jenis kelamin pemerintah Desa khususnya kepala Desa adalah laki-laki dengan jumlah 18 orang atau
(29)
sebesar 90% dari jumlah keseluruhan responden. Sedangkan jenis kelamin perempuan hanya sebanyak 2 orang atau sebesar 10%. Hal tersebut menunjukkan bahwa posisi kepala Desa dominan dipegang oleh laki-laki.
c. Tingkat Pendidikan
Aspek pendidikan sangat penting bagi keberlangsungan suatu pemerintahan agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Bila dilihat dari tingkat pendidikan, Karakteristik pemerintah Desa di kabupaten Simalungun dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 4.4 Distribusi responden menurut tingkat pendidikan
No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase
1 SMP 1 5%
2 SMA 13 65%
3 Diploma 2 10%
4 Sarjana 4 20%
JUMLAH 20 100%
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pendidikan pemerintah Desa khususnya kepala Desa masih dominan lulusan SMA yaitu sebanyak 13 orang atau sebesar 65%. Pendidikan sarjana sebanyak 4 orang atau sebesar 20% dari jumlah seluruh responden. Pendidikan diploma sebanyak 2 orang atau sebesar 10% dan juga masih terdapat juga kepala Desa yang merupakan tamatan SMP yaitu 1 orang atau 5% dari jumlah seluruh responden.
(30)
4.2.3 Hasil Uji Instrumen Data
a. Uji validitas
Uji validitas adalah alat ukur kebenaran suatu penelitian. Sebuah penelitian dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur serta dapat mengungkapkan data dan variabel yang akan diteliti secara tepat. Kriteria validitas dalam penelitian ini dengan analisis faktor (Confimatory Factor Anaysis) yaitu dikatakan valid jika nilai KMO > 0,5 dan Barlett’s Test dengan signifikansi < 0,05. Hasil validitas ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Data
NO Variabel Nilai KMO Loading factor Barletts test Keterangan 1
X11
0,627
0,722 0,000 Valid
X12 0,858 0,000 Valid
X13 0,921 0,000 Valid
X14 0,831 0,000 Valid
X15 0,861 0,000 Valid
X16 0,884 0,000 Valid
X17 0,770 0,000 Valid
2
X21
0,690
0,610 0,000 Valid
X22 0,897 0,000 Valid
X23 0,839 0,000 Valid
X24 0,834 0,000 Valid
X25 0,763 0,000 Valid
X26 0,750 0,000 Valid
X27 0,748 0,000 Valid
3
X31
0,761
0,726 0,000 Valid
X32 0,935 0,000 Valid
X33 0,954 0,000 Valid
X34 0,859 0,000 Valid
X35 0,804 0,000 Valid
4
X41
0,685
0,753 0,000 Valid
X42 0,825 0,000 Valid
X43 0,873 0,000 Valid
X44 0,924 0,000 Valid
X45 0,718 0,000 Valid
X46 0,946 0,000 Valid
(31)
Berdasarkan hasil perhitungan nilai KMO menyatakan nilai KMO > 0,5
dan barlett’s test < 0,05. Sedangkan kriteria valid per indikator menunjukkan nilai
loading factor > 0,5. Dengan demikian setiap item pertanyaan pada kuisioner memiliki konsistensi internal dan dinyatakan valid.
b. Uji Relibialitas
Untuk menguji relibialitas dilakukan dengan cara mencari angka relibialitas dari butir-butir pertanyaan masing-masing dalam kuisioner dengan menggunakan rumus standardized item alpha. Setelah digunakan item α, selanjutnya membandingkan item tersebut dengan angka kritis relibialitas dapat ditentukan sebesar 0,60. Sehingga dapat dikatakan reliabel jika nilai α lebih besar dari angka kritis reliabelitas. Nilai yang dihasilkan merupakan nilai reliabilitas variabel penelitian. Hasil pengujian reliabilitas terhadap parameter komitmen (X1), SDM (X2), pengelolaan keuangan (X3) dan Anggaran pendapatan dan belanja desa (X4) ditunjukkan Tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6 Relibialitas Instrumen Penelitian
No Variabel Nilai α Relibialitas Keterangan
1 X1 0,60 0,909 Reliabel
2 X2 0,60 0,890 Reliabel
3 X3 0,60 0,878 Reliabel
4 X4 0,60 0,845 Reliabel
Sumber : Lampiran 2
Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa semua nilai relibialitas lebih besar dari nilai kritis α, sehingga semua pertanyaan dalam satu variabel dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
(32)
4.2.4 Hasil Analisis Data
Hasil penililaian kesiapan Pemerintah Desa di Kabupaten Simalungun dalam pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014 dengan melihat indikator: Komitmen, SDM, pengelolaan laporan keuangan, anggaran pendapatan dan belanja Desa dijelaskan tabel 4.7 berikut.
a. Parameter Komitmen
Kesiapan pemerintah Desa yang diukur dengan komitmen dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 4.7 Hasil penilaian parameter komitmen
NO Parameter Komitmen Alternatif Jawaban
STS TS CS S SS
1 Pemerintah desa memiliki petunjuk pelaksanaan anggaran dana desa yang bersumber dari pemerintah pusat
- - - 40% 60%
2 Pemerintah desa memiliki peraturan pelaksanaan anggaran dana desa yang bersumber dari pemerintah pusat
- - - 45% 55%
3 Pemerintah desa menggunakan dana Desa yang diterima sejak pencairan dana Desa
- - 15% 35% 50%
4 Pemerintah desa menggunakan dana Desa untuk pembangunan sarana dan prasarana Desa
- - - 35% 65%
5 Pemerintah desa menggunakan dana Desa untuk pengembangan potensi ekonomi lokal
- 15% 5% 30% 50%
6 Pemerintah desa menggunakan dana Desa untuk pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan
- 15% 10% 25% 50%
7 Pemerintah desa menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana Desa secara tepat waktu
- 5% - 35% 60%
(33)
Berdasarkan tabel 4.7 tentang penilaian kesiapan pemerintah Desa dari segi komitmen, dapat dilihat dari jawaban-jawaban yang diberikan dari masing-masing indikator. Dari indikator memiliki petunjuk pelaksanaan anggaran dana Desa, responden terbesar menjawab sangat siap sebanyak 12 orang dan 8 orang menjawab siap. Penilaian dari indikator memiliki peraturan pelaksanaan anggaran dana Desa, responden terbesar menjawab sangat siap sebanyak 11 orang dan 9 orang menjawab siap. Dari indikator menggunakan dana Desa sejak pencairan dana Desa, responden terbesar menjawab sangat siap sebanyak 10 orang, siap 7 orang dan menyatakan cukup siap sebanyak 3 orang. Dari indikator penggunaan dana Desa untuk pembangunan sarana dan prasarana Desa, responden tersebar menjawab sangat siap sebanyak 13 orang dan siap sebanyak 7 orang. Dari indikator penggunaan dana Desa untuk pengembangan potensi ekonomi lokal, responden terbesar menjawab sangat siap sebanyak 10 orang, siap sebanyak 6 orang, cukup siap 1 orang serta tidak siap sebanyak 2 orang. Dari indikator penggunaan dana Desa untuk pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan, responden terbesar menjawab sangat siap sebanyak 10 orang, siap sebanyak 5 orang, cukup siap sebanyak 2 orang dan tidak siap sebanyak 3 orang. Dari indikator yang terakhir dari parameter komitmen yaitu penyaampaian laporan realisasi penggunaan dana Desa secara tepat waktu, responden terbesar menjawab 12 orang, siap sebanyak 7 orang dan tidak siap sebanyak 1 orang.
b. Parameter Sumber Daya Manusia
Kesiapan pemerintah Desa yang diukur dengan kesiapan sumber daya manusia dapat dilihat dari tabel berikut.
(34)
Tabel 4.8 Hasil Penilaian parameter sumber daya manusia
NO Parameter Kesiapan Sumber Daya Manusia
Alternatif Jawaban
STS TS CS S SS
1 Pemerintah Desa memiliki struktur pemerintah Desa yang jelas dan diisi oleh perangkat desa
- - 5% 25% 70%
2 Aparatur Desa mampu menyusun APBDesa yang menjadi acuan penyaluran dana Desa
- 15% 20% 25% 40%
3 Aparatur Desa mampu menyusun laporan realisasi dana Desa dan sesuai dengan waktu yang ditetapkan
- 15% 5% 40% 40%
4 Pemerintah Desa mampu menyusun RPJM Desa dan RKP Desa
- 20% 5% 35% 40%
5 Pemerintah desa menyiapkan informasi terkait pelaksanaan
pembangunan Desa bagi masyarakat melalui media informasi yang dimiliki Desa
- 10% 20% 25% 45%
6 Pemerintah desa mengikuti pembinaan tentang PP Nomor 60 tahun 2014
- 5% 10% 35% 50%
7 Pemerintah desa mendapatkan pendampingan dana Desa
- 20% 10% 20% 50%
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.8 tentang penilaian kesiapan pemerintah Desa ditinjau dari kesiapan sumber daya manusia dapat dilihat dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh para responden dari masing-masing indikator yang disiapkan. Dari indikator memiliki struktur pemerintah Desa, responden terbesar menjawab sangat siap yaitu sebanyak 14 orang dan cukup siap yaitu sebanyak 1 orang. Dari indikator kemampuan menyusun APBDesa, responden terbesar menjawab sangat siap yaitu sebanyak 8 orang dan terkecil tidak siap sebanyak 3 orang. Dari indikator berikutnya yaitu kemampuan penyusunan laporan realisasi dana Desa, responden terbesar menjawab sangat siap dan siap masing-masing sebanyak 8 orang, cukup siap sebanyak 1 orang dan masih terdapat juga ketidaksiapan
(35)
sebanyak 3 orang. Dari indikator kemampuan menyusun RPJMDesa dan RKP Desa, responden terbesar menjawab sangat siap yaitu sebanyak 8 orang, siap 7 orang, cukup siap 1 orang dan tidak siap sebanyak 4 orang. Dari indikator kesiapan informasi terkait pelaksanaan pembangunan Desa, responden terbesar menjawab sangat siap yaitu sebanyak 9 orang, siap 5 orang, cukup siap 4 orang dan tidak siap sebanyak 2 orang. Dari indikator mengikuti pembinaan PP Nomor 60 tahun 2014, responden menjawab sangat siap sebanyak 10 orang, siap sebanyak 7 orang, cukup siap 2 orang dan tidak siap sebanyak 1 orang. Indikator yang terakhir dari parameter kesiapan sumber daya manusia ini yaitu mendapatkan pendamping dana desa, responden menjawab sangat siap sebanyak 10 orang, siap sebanyak 4 orang, cukup siap sebanyak 2 orang dan tidak siap sebanyak 4 orang.
c. Parameter Pengelolaan Laporan Keuangan
Kesiapan pemerintah Desa yang diukur dengan kesiapan pengelolaan laporan keuangan dapat dilihat dari tabel berikut.
(36)
Tabel 4.9 Hasil penilaian parameter pengelolaan laporan keuangan
NO Parameter Pengelolaan Laporan Keuangan
Alternatif Jawaban
STS TS CS S SS
1 Pengelolaaan keuangan desa dilaksanakan sesuai dengan
permendagri nomor 113 tahun 2014
- - 5% 45% 50%
2 Penyusunan dan penyerahan laporan keuangan desa dilakukan secara tepat waktu
- - 5% 40% 55%
3 Dalam laporan keuangan Desa tidak terdapat dana SILPA >30% yang merupakan suatu indikasi penggunaan dana Desa belum
sepenuhnya dilaksanakan dengan baik
- - 5% 45% 50%
4 Penyusunan laporan keuangan Desa dilakukan dengan menggunakan pendekatan akuntansi
- 15% 5% 30% 50%
5 Laporan keuangan Desa dapat diakses oleh masyarakat melalui media internet atau media informasi Desa sebagai wujud transparansi keuangan Desa
- 15% - 45% 40%
Sumber : Data diolah
Kesiapan pemerintah Desa juga diukur dari segi kesiapan dalam pengelolaan laporan keuangan Desa. Kesiapan pemerintah Desa dalam mengelola laporan keuangan ini dapat dilihat dari tabel 4.9 diatas. Dari indikator yang pertama yaitu pengelolaan keuangan Desa dilakukan sesuai dengan permendagri nomor 113 tahun 2014, responden terbesar menjawab sangat siap sebanyak 10 orang, siap sebanyak 9 orang dan cukup siap sebanyak 1 orang. Dari indikator yang kedua yaitu penyusunan dan penyerahan laporan keuangan dilakukan secara tepat waktu, responden menjawab sangat siap sebanyak 11 orang, siap sebanyak 8 orang, dan cukup siap sebanyak 1 orang. Dari indikator yang ketiga yaitu tidak terdapatnya dana SILPA > 30%, responden menjawab sangat siap 10 orang, siap sebanyak 9 orang dan cukup siap sebanyak 1 orang. Dari indikator yang keempat
(37)
yaitu penyusunan laporan keuangan dilakukan dengan menggunakan pendekatana akuntansi, responden menjawab sangat siap sebanyak 10 orang, siap sebanyak 6 orang, cukup siap sebanyak 1 orang dan tidak siap sebanyak 3 orang. Dari indikator yang terakhir dari parameter SDM ini yaitu ketersediaan media informasi untuk laporan keuangan agar dapat diakses oleh masyarakat, responden menjawab sangat siap sebanyak 8 orang, siap sebanyak 9 orang dan tidak siap sebanyak 3 orang.
d. Parameter Perencanaan Pembangunan Desa
Kesiapan Pemerintah Desa yang diukur dari kesiapan perencanaan pembangunan Desa dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 4.10 Hasil penilaian parameter perencanaan pembangunan desa
NO Parameter Kesiapan Perencanaan Pembangunan Desa
Alternatif Jawaban
STS TS CS S SS
1 Penyusunan APB Desa dilaksanakan tanpa tenaga pendamping/
dilaksanakan secara mandiri
- 20% 10% 20% 50%
2 Penyusunan APB Desa dilaksanakan dengan memperhatikan potensi dan kebutuhan Desa
- - - 25% 75%
3 Perencanaan pembangunan Desa disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa
- - - 30% 70%
4 Penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa dilakukan dengan
menyelanggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa secara partisipatif
- - - 30% 70%
5 RPJM Desa disusun dengan mengacu pada RPJM Kabupaten
- 10% 15% 15% 60%
6 RKP Desa disusun sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah kabupaten yang berkaitan dengan pagu indikatif desa dan rencana kegiatan pemerintah daerah provinsi maupun pemerintah kabupaten.
- - - 40% 60%
(38)
Penilaian kesiapan pemerintah Desa dari parameter anggaran pendapatan dan belanja Desa dapat ditunjukkan dari tabel 4.10 diatas. Dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh responden dari masing-masing indikator menunjukkan bagaimana tingkat kesiapan dari pemerintah Desa tersebut. Dari indikator yang pertama yaitu penyusunan APBDesa dilakukan tanpa tenaga pendamping, responden menjawab sangat siap sebanyak 10 orang, siap sebanyak 4 orang, cukup siap sebanyak 2 orang, dan tidak siap sebnayak 4 orang. Dari indikator yang kedua yaitu penyusunan APBDesa dilakukan dilaksanakan dengan memperhatikan potensi dan kebutuhan Desa, responden menjawab sangat siap sebanyak 15 orang dan siap sebanyak 5 orang. Dari indikator perencanaan pembangunan Desa disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa, responden menjawab sangat siap sebanyak 14 orang dan siap sebanyak 6 orang. Dari indikator penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa dilakukan dengan menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa secara partisipatif, responden menjawab sangat siap sebanyak 14 orang dan siap sebanyak 6 orang. Dari indikator penyusunan RPJM Desa disusun dengan mengacu kepada RPJM Kabupaten, responden menjawab sangat siap sebanyak 12 orang, siap sebanyak 3 orang, cukup siap sebanyak 3 orang dan tidak siap sebanyak 2 orang. Dari indikator yang terakhir yaitu RKP Desa disusun dengan informasi dari pemerintah daerah Kabupaten dan Provinsi, responden menjawab sangat siap sebanyak 12 orang dan siap sebanyak 8 orang.
(39)
4.3 Deskriptif Kualitatif
Penilaian kesiapan pemerintah Desa di kabupaten Simalungun dalam pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014 tentang anggaran dana Desa dengan melihat indikator: komitmen, SDM, pengelolaan laporan keuangan dan anggaran pendapatan dan belanja Desa adalah pemerintah Desa di kabupaten Simalungun dapat dikategorikan sangat siap untuk melaksanakan anggaran dana Desa. Hal ini didasarkan pada penilaian kesiapan dari masing-masing parameter yang pada umumnya menjawab siap dan sangat siap.
Pengukuran kesiapan dilihat dari parameter komitmen secara keseluruhan pada umumnya menyatakan sangat siap dari masing-masing indikator yang diberikan dengan jawaban diatas 50% dari semua responden. Ketidaksiapan hanya terdapat pada 3 indikator terakhir dengan persentase dibawah 15%. Pengukuran kesiapan pemerintah Desa dilihat dari parameter SDM secara keseluruhan pada umumnya menyatakan sangat siap dari masing-masing indikator yang diberikan dengan jawaban yang dominan bagi sangat siap. Sementara untuk ketidaksiapan dari pemerintah Desa bila dilihat dari indikator yang diberikan, masih terdapat SDM pemerintah Desa yang belum siap dalam menjawab kebutuhan-kebutuhan dalam pelaksanaan anggaran dana Desa. Pengukuran kesiapan pemerintah Desa dilihat dari parameter pengelolaan laporan keuangan pada umumnya menyatakan sangat siap bila dilihat dari persentase jawaban yang diberikan oleh responden yaitu rata-rata 50% dari semua responden. Sementara dari segi ketidaksiapan, responden yang tidak siap berada pada indikator keempat dan kelima dengan persentase masing-masing 15%. Dari parameter yang terakhir yaitu anggaran pendapatan dan belanja Desa, dapat dilihat kesiapan pemerintah Desa dari respon yang diberikan terhadap indikator-indikator yang diberikan. Pada umumnya pemerintah desa menjawab sangat siap untuk melaksanakan PP nomor 60 tahun
(40)
2014 dengan rata-rata persentase jawaban sebesar 55%. Untuk ketidaksiapan hanya terdapat pada indikator yang pertama dan kelima masing-masing persentasenya sebesar 20% dan 10%.
Tabel 4.11 Distribusi Kesiapan Pemerintah Desa
No Nama Desa
Kesiapan Pemerintah Desa Komitmen Sumber
Daya Manusia Pengelolaa n Laporan Keuangan Perencanaa n Pembangun an Desa
1 Pamatang
Simalungun Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap 2 Bongguron
Kariahan Siap Siap Siap Sangat Siap
3 Sihubu Raya Siap Siap Siap Siap
4 Janggir Leto Sangat Siap Cukup Siap Cukup Siap Siap 5 Sinar Naga
Mariah Siap Siap Siap Siap
6 Sihapalan Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap
7 Silimakuta
Barat Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap 8 Purba Dolok Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap 9 Kebun Sayur Sangat Siap Cukup Siap Sangat Siap Sangat Siap 10 Marjandi Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap 11 Rambung
Merah Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap 12 Totap Majawa Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap 13 Marubun Jaya Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap
14 Dame Raya Siap Cukup Siap Siap Siap
15 Ujung Saribu Siap Siap Siap Sangat Siap
16 Naga Saribu Cukup Siap Tidak Siap Siap Siap
17 Saran Padang Siap Cukup Siap Siap Siap
18 Sibangun
Mariah Sangat Siap Siap Sangat Siap Sangat Siap
19 Saribu Jandi Cukup Siap Tidak Siap Siap Siap
20 Naga Bosar Cukup Siap Tidak Siap Siap Siap
Sumber : Data diolah
Hasil yang ada sehubungan permasalahan-permasalahan maupun keluhan-keluhan yang dihadapi oleh pemerintah Desa dalam pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014 adalah sebagai berikut:
(41)
a. Anggaran dana Desa yang diterima dari pemerintah pusat tidak dapat dipergunakan untuk operasional pemerintah Desa;
b. Anggaran dana Desa yang diterima tidak dapat dipergunakan untuk kesejahteraan pemerintah Desa;
c. Masyarakat Desa masih kurang puas terhadap pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Desa yang dimana hal tersebut terjadi akibat kurangnya pemahaman dari masyarakat itu sendiri;
d. Terdapatnya potongan dana yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten terhadap dana yang akan diterima oleh pemerintah Desa;
e. Peraturan pelaksanaan dana Desa dari pemerintah Kabupaten datang setelah pembangunan dilaksanakan oleh pemerintah Desa;
f. Masih terdapat keterlambatan dalam pencairan dana Desa; dan g. Adanya inkonsistensi jumlah dana Desa yang diterima.
(42)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Penelitian ini menguji bagaimana kesiapan dari pemerintah Desa dalam pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014 tentang anggaran dana Desa yang bersumber dari pemerintah pusat. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 20 Nagori (Desa) yang tersebar di beberapa kecamatan yang berada di kabupaten Simalungun. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kesiapan pemerintah Desa dalam pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014 yang diukur dengan parameter komitmen, SDM, pengelolaan laporan keuangan dan perencanaan pembangunan dapat disimpulkan bahwa pemerintah Desa di kabupaten Simalungun dilihat dari parameter komitmen, pengelolaan keuangan Desa dan perencanaan pembangunan adalah sangat siap dan dari parameter SDM adalah siap.
2. Dalam pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014, pemerintah Desa dikabupaten Simalungun memiliki keluhan-keluhan maupun permasalahan yang datang dari eksternal pemerintah Desa tersebut antara lain: tidak adanya dana operasional bagi pemerintah Desa dalam pelaksanaan pembangunan Desa yang bersumber dari dana Desa tersebut; tidak adanya alokasi dana untuk kesejahteraan pemerintah Desa; masyarakat Desa yang belum sepenuhnya mendukung pemerintah Desa dalam pembangunan Desa; keterlambatan pengesahan peraturan pelaksanaan dana Desa dari pemerintah Kabupaten; adanya keterlambatan pencairan dana Desa serta ketidakkonsistenan jumlah dana yang diterima.
(43)
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan diatas, beberapa saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat diharapkan mampu mengevaluasi dari setiap pelaksanaan program yang telah berjalan dalam satu tahun untuk menggali kendala-kendala yang dihadapi oleh pemerintah Desa disetiap Desa dalam pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014 tersebut karena pada kenyataannya masih terdapat keluhan-keluhan dan kendala yang dihadapi pemerintah Desa. Selain itu pemerintah pusat perlu meninjau kesesuaian pelaksanaan dana Desa dari apa yang telah diatur dalam PP nomor 60 tahun 2014 tersebut dengan apa yang terjadi dilapangan agar PP nomor 60 tersebut benar-benar efektif dan efisien untuk mewujudkan pembangunan nasional.
2. Bagi Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah kabupaten Simalungun diharapkan mampu mendukung kelancaran pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014 ini sebagai wujud dukungan dalam pembangunan nasional dengan menciptakan birokrasi yang bersih dan tidak menjadi suatu ancaman bagi pemerintahan Desa terkait pencairan dana Desa dari rekening kas daerah ke rekening kas Desa. Pemerintah daerah tentunya juga dapat membantu pemerintah Desa untuk menjawab setiap keluhan-keluhan yang dihadapi dalam pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014 ini secara khususnya dan roda pemerintahan Desa secara umumnya.
(44)
3. Bagi Pemerintah Desa
Bagi pemerintah Desa diharapkan lebih mampu memahami apa yang menjadi tujuan dari pemerintah pusat dalam program pembangunan nasional dari desa-desa agar pembangunan tersebut dapat sesuai dengan apa yang diharapkan dan berjalan secara efektif dan efisien. Pemerintah desa tentunya menjadi ujung tombak dari program pemerintah ini yang menjadi penentu keberhasilan pembangunan desa-desa di Indonesia secara umumnya sehingga perlu adanya kesiapan dan perlu adanya keseriusan bagi pemerintah Desa untuk melaksanakannya.
4. Bagi Masyarakat
Masyarakat seharusnya turut mengambil andil dalam rangka pembangunan yang dilaksanakan di Desanya. Hal ini dapat dilaksanakan dengan memberi dukungan dan kepercayaan bagi pemerintah Desa yang menjadi motor dalam pembangunan ini. Masyarakat juga tentunya dapat melakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintah Desa dan memberikan masukan-masukan yang positif demi mewujudkan masyarakat madani,, terciptanya good governance dan mengembangkan model pembangunan berkeadilan yang seluruhnya bermuara pada terciptanya kesejahteraan masyarakat.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya disarankan agar mengambil sampel kabupaten dan kota yang berbeda diluar kabupaten Simalungun. Hal ini dimaksudkan agar dapat membandingkan bagaimana kesiapan dari pemerintah Desa di kabupaten/kota yang lainnya. Diharapkan juga setelah program pemerintah ini berjalan beberapa tahun kedepan, adanya peneliti yang meneliti bagaimana implementasi serta dampak yang muncul dari PP nomor 60 tahun 2014 ini.
(45)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Desa
Kata “desa” sendiri berasal dari bahasa India yakni “swadesi” yang berarti tempat asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur yang merujuk pada satu kesatuan hidup, dengan satu kesatuan norma, serta memiliki batas yang jelas (Soetardjo, 1984:15, Yuliati, 2003:24). Sesuai batasan definisi tersebut, maka di Indonesia dapat ditemui banyak kesatuan masyarakat dengan peristilahannya masing-masing seperti Dusun dan Marga bagi masyarakat Sumatera Selatan, Dati di Maluku, Nagari di Minang, Wanua di Minahasa dan Nagori di Simalungun sendiri. Pada daerah lain masyarakat setingkat desa juga memiliki berbagai istilah dan keunikan sendiri baik mata pencaharian maupun adat istiadatnya.
Menurut defenisi umum, desa adalah sebuah aglomerasi permukiman di wilayah perdesaan (Hardjatno, 2007). Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administrative di bawah Kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa. Menurut Poerwadarminta (1976) Desa adalah sekelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan, kampong (di luar kota) dusun atauudik (dalam arti daerah pedalaman sebagai lawan dari kota). Beradasarkan Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, di mana Desa atau yang disebut dengan nama lain (selanjutnya disebut desa), adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
(46)
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa adalah sekelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan, kampong (di luar kota); dusun atau udik (dalam arti daerah pedalaman sebagai lawan dari kota) (Poerwadarminta, 1976). Desa merupakan suatu daerah hukum yang merupakan wilayah masyarakat hukum terbentuk atas dasar ikatan tertentu,
antara lain: (1) bentuk genealogis, (2) bentuk “teritorial” dan (3) bentuk campuran keduanya.
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Pengakuan Desa dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 18B ayat 1 dan 2, serta dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah nomor 32 tahun 2004, di mana Desa atau yang disebut dengan nama lain (selanjutnya disebut desa), adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini kemudian ditegaskan lagi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005
(47)
tentang Desa dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
2.1.2. Karakteristik Desa
Di Indonesia, wilayah yang disebut desa seharusnya dilihat dalam tahapan yang tidak sama. Masyarakat yang telah mulai menetap juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain, antara Jawa dengan luar Jawa, antara desa dekat kota dengan desa yang jauh dari kota, antara wilayah dataran tinggi dengan dataran rendah, demikian pula antara pantai dan pedalaman. Di Indonesia kelihatannya belum ada kajian mendalam tentang hal ini. Secara umum masyarakat yang telah mulai menetap yang disebut dengan desa, istilah sebutannya sangat beragam di berbagai suku bangsa. Di Jawa disebut desa, di Aceh disebut Gapong, di Papua disebut kampong dan masih banyak berbagai istilah tentangnya. Sangatlah penting mengklasifikasikan penduduk yang telah mulai menetap. Kalau digolongkan menurut sistem produksinya, ada penduduk desa yang digolongkan dengan desa subsistensi. Sistem produksi yang dikembangkan adalah berproduksi untuk kepentingan hidup diri mereka sendiri dan pemenuhan penduduk desa itu sendiri. Kebudayaan produksi bukan mengubah alam akan tetapi mengadaptasi alam. Artinya apa yang di dalam alam sekitarnya itulah sumber kehidupan mereka. Karakter sistem sosialnya bersifat komunal. Ikatan antar hubungan personal dan pemilikan diatur atas dasar pemilikan komunal. Contoh jelas akan hal ini adalah tanah, adat. Bagi desa yang
(48)
belum mengenal ekonomi uang, aktivitas ekonominya dilakukan dengan cara barter (Susetiawan, 2010).
Desa merupakan bentukan dan pengembangan konsep asli bangsa Indonesia, meskipun ada kemiripan dengan desa di India yang bernuansa Hindu. Kehidupan masyarakat desa terikat pada nilai-nilai budaya asli yang sudah diwariskan secara turun menurun dan melalui proses adaptasi yang sangat panjang dari interaksi intensif dengan perubahan lingkungan biofisik masyarakat. Kearifan lokal merupakan salah satu aspek karakteristik masyarakat, yang terbentuk melalui proses adaptasi yang kondusif bagi kehidupan masyarakat, sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya seyogianya dipahami sebagai dasar dalam pembangunan pertanian dan pedesaan (Sumardjo,2010). Kondisi masyarakat perdesaan di Indonesia pada saat ini sangat beragam, mulai dari perilaku berladang berpindah, bertani menetap, desa industri, desa dengan mata pencaharian dominan sektor jasa sampai desa yang dengan fasilitas modern (semi urban dan urban) dapat ditemukan di wilayah Indonesia di era milenium ini. Pada tahun 1952 (Hadikoesoemo, 1965) terkait dengan desa terungkap bahwa norma-norma daerah hukum masyarakat itu menurut hukum adat: (1) berhak mempunyai wilayah sendiri yang ditentukan oleh batas-batas yang sah, (2) berhak mengurus dan mengatur pemerintahan dan rumah tangganya sendiri, (3) berhak mengangkat pimpinan atau majelis pemerintahannya sendiri, (4) berhak memiliki harta benda dan sumber keuangannya sendiri, (5) berhak atas tanahnya
sendiri, (6) berhak memungut pajak sendiri. Atas dasar prinsip-prinsip tersebut terdapat keberagaman hukum asli di masing-masing desa yang tersebar di seluruh
(49)
nusantara ini. Di Sumatera Barat misalnya, ada nagari yang mempunyai tata aturan adat yang khas, demikian juga di tempat lain. Desa mengandung sejumlah kearifan-kearifan lokal (local wisdom) yang apabila dicermati nilai yang terkandung dalam kearifan tersebut maka dapat menjadi suatu kekuatan untuk beradaptasi dengan lingkungan dimana suatu masyarakat berdomisili di suatu wilayah desa. Kearifan tersebut dapat dicermati dari aturan-aturan, norma, tata krama/ tata susila, bahasa, kelembagaan, nama dan gelaran, teknologi yang digunakan (konstruksi rumah, tata letak rumah, teknik irigasi, teknik pengolahan tanah dan peralatannya, teknik membuat jalan/ jembatan, teknik perahu dan sebagainya). Sekiranya nilai (value) yang terkandung di dalam aspek-aspek tersebut diperhatikan dalam pengembangan teknologi di era odern ini, meski menggunakan bahan yang mungkin berbeda, maka keserasian lingkungan dan daya adaptasi tampaknya menjadi tetap tinggi. Infrastruktur itu alat penting bagi kemajuan perkembangan masyarakat desa, namun masyarakat paham arti pentingnya infrastruktur itu jauh lebih penting sebab orang akan bertindak dengan alat yang dimilikinya karena mereka mengetahui arti pentingnya alat yang dipunyai. Meskipun infrastuktur perdesaan banyak ditemui di desa, pertanyaannya apakah infrastuktur yang ada telah dipahami arti pentingnya bagi kehidupan masyarakat perdesaan. Data statistik tentangnya seperti jalan desa, gedung SD, Polindes (Poliklinik Desa), kantor pemerintah desa, kendaraan umum dan infrastuktur lainnya, dapat ditemukan dengan mudah. Jika dilihat dari jumlah yang ada maka penyebaran infrastuktur tidak merata antardesa di Jawa, apalagi dibandingkan dengan desa di luar Jawa. Pembangunan infrastuktur buka sekedar
(50)
ada dan menyebarkan secara merata tentang pengadaannya, akan tetapi perlu analisis infrastuktur mana yang paling penting bagi desa dengan tipologi tertentu, seberapa besar jumlah yang harus dibutuhkan (Susetiawan,2010).
Infrastuktur pendidikan perdesaan seperti gedung SD harus menjadi perhatian utama. Kurangnya gedung SD dan bilamanapun ada, kualitas bangunan yang ada sangat buruk mudah rusak bahkan ambruk. Dalam waktu yang singkat barangkali Jawa tidak banyak membutuhkan infrastuktur itu, akan tetapi bagaimana pemeliharaan infrastuktur tersebut. Luar Jawa keadaanya tidak hanya pada pengadaan infrastuktur bangunan gedung sekolah akan tetapi tenaga pengajar akan siap melayani pendidikan di pelosok desa pedalaman jauh lebih penting untuk diperhatikan. Kesehatan dan Gizi masyarakat harus dilihat pada tipologi desa macam apa. Desa menetap dan berbudidaya di mana penduduk nya kreatif, ada pertanian yang maju dan ada industri perdesaan yang berkembang, mereka tidak kesulitan untuk memenuhi gizi. Bagi masyarakat yang telah memiliki pengetahuan pemenuhan gizi tidak menjadi problematik. Ini terutama dapat dilihat di desa di Jawa. Desa lain yang berada di luar Jawa juga tidak bisa dilihat secara kuantitatif semata akan tetapi juga harus dilihat dari sifat kualitatif penyelenggaraan kesehatan dan gizi. Keadaan seperti itu perlu dilihat lebih teliti desa mana yang mengalami tingkat kesehatan rendah dan kekurangan gizi. Bagi masyarakat desa yang telah menetap lama sebagai masyarakat desa persoalan ini sudah tidak menjadi persoalan serius. Karakteristik wilayah perdesaan sangat berbeda tipologinya baik karakteristik sosial budaya, keadaan infrasturkur yang ada, keadaan di wilayah perdesaan, tingkat kesehatan dan gizi sampai dengan
(51)
karakteristik kondisi kemiskinannya. Tipologi desa seharusnya mempertimbangkan keadaan yang berbeda antar masyarakat di Jawa antara Jawa dan luar Jawa. Kerumitan tipologi dan karakteristik ini tidak mungkin digeneralisasikan dalam proses pembangunan. Oleh sebab itu, desentralisasi menjadi prinsip utama dalam proses pembangunan agar pembangunan lebih cepat untuk menjawab kebutuhan masyarakat perdesaan (susetiawan, 2010).
2.1.3 Alokasi Dana Desa
Pasal 90 ayat 3 dan 5 undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 menyatakan bahwa penyelenggaraan kewenangan desa dapat ditugaskan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Kewenangan desa yang ditugaskan oleh pemerintah pusat didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja negara. Sedangkan, kewenangan desa yang ditugaskan oleh pemerintah daerah didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja daerah. Berdasarkan peraturan diatas jelas bahwa setiap desa akan mendapatkan anggaran dana desa baik dari pusat maupun daerah yang menjadi sumber keuangan dan kekayaan desa.
Alokasi Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar desa untuk mendanai kebutuhan desa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta pelayanan masyarakat. ADD merupakan perolehan bagian keuangan desa dari kabupaten yang penyalurannya melalui Kas Desa. ADD adalah bagian dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten.
(52)
Menurut Sanusi (2004) alokasi dana desa adalah dana yang harus dialokasikan pemerintah kabupaten untuk desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima dari kabupaten yang penggunaannya untuk 30% belanja aparatur dan operator dan 70% untuk belanja publik dan pemberdayaan masyarakat.
Adapun maksud dan tujuan dari alokasi dana desa adalah: a) Maksud
ADD dimaksudkan untuk membiayai program pemerintah desa dalam melaksanakan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan serta pemberdayaan masyarakat.
b) Tujuan
Alokasi Dana Desa (ADD) bertujuan untuk:
a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai kewenangannya.
b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi yang ada.
c. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat.
(53)
Dalam melaksanakan penghitungan Dana Desa setiap Desa, Pemerintah Kabupaten/Kota mengacu pada ketentuan sebagai berikut : 1. Ketentuan terkait sumber dana, model perhitungan, variabel dan bobot
yang digunakan dalam perhitungan sebagaimana diatur dalam bab II Peraturan Menteri Keuangan, yaitu :
(1)Sumber Dana Desa yang digunakan dalam penghitungan Dana Desa setiap Desa berasal dari rincian Dana Desa setiap kabupaten/kota sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden tentang Rincian APBN/APBN-P.
(2)Dana Desa setiap Desa dihitung berdasarkan:
a. Alokasi Dasar, yang merupakan alokasi yang dibagi secara merata kepada setiap Desa sebesar 90% (sembilan puluh per seratus) dari Dana Desa setiap kabupaten/kota; dan
b. Alokasi yang dihitung dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis setiap Desa (yang selanjutnya dalam pedoman ini disebut “Bagian Formula”), dengan bobot sebagai berikut :
25% (dua puluh lima per seratus) untuk jumlah penduduk;
35% (tiga puluh lima per seratus) untuk jumlah penduduk miskin;
(54)
30% (tiga puluh per seratus) untuk tingkat kesulitan geografis.
Ketentuan terkait rumus/formulasi yang digunakan dalam perhitungan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Peraturan Menteri Keuangan ini, yaitu: Dana Desa setiap Desa = (Dana Desa kabupaten/kota – Alokasi Dasar) x [(25% x rasio jumlah penduduk setiap Desa terhadap total penduduk Desa kabupaten/kota yang bersangkutan) + (35% x rasio jumlah penduduk miskin Desa setiap terhadap total penduduk miskin Desa kabupaten/kota yang bersangkutan) + (10% x rasio luas wilayah Desa setiap terhadap luas wilayah Desa kabupaten/kota yang bersangkutan) + (30% x rasio IKG setiap Desa terhadap total IKG Desa kabupaten/kota yang bersangkutan)]. Penghitungan dana desa setiap desa akan dilakukan sebagai berikut:
1) Menghitung variabel pembagi alokasi sebagai berikut: a) Pagu Alokasi Dasar, dengan rumus:
b) Pagu Bagian Formula, dengan rumus:
2) Menghitung bagian alokasi dasar Dana Desa setiap Desa (Alokasi Dasar), dengan rumus :
3) Menghitung bagian alokasi formula Dana Desa setiap Desa dengan urutan sebagai berikut:
(55)
a) Rasio jumlah penduduk desa (Rasio JP), dengan rumus:
b) Bobot jumlah penduduk desa (Bobot JP), dengan rumus:
c) Rasio jumlah penduduk miskin desa (Rasio JPM), dengan rumus:
d) Bobot jumlah penduduk miskin desa (Bobot JPM), dengan rumus:
e) Rasio luas wilayah desa (Rasio LW), dengan rumus:
f)Bobot luas wilayah desa (Bobot LW), dengan rumus:
g) Rasio indeks kesulitan geografis desa (Rasio IKG), dengan rumus:
h) Bobot indeks kesulitan geografis desa (Bobot IKG), dengan rumus:
(56)
i)Total bobot, dengan rumus:
j)Bagian alokasi formula, dengan rumus:
4) Menghitung Dana Desa setiap Desa, dengan rumus:
2.1.4 Pemerintahan Desa
Pemerintahan desa memiliki peranan signifikan dalam pengelolaan proses sosial dalam masyarakat. Tugas utama yang harus diemban pemerintah desa adalah bagaimana menciptakan kehidupan demokratik, memberikan pelayanan sosial yang baik sehingga dapat membawa warganya pada kehidupan yang sejahtera, rasa tentram dan berkeadilan. Pemerintahan desa tersebut merupakan penyelenggaraan urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat dalam system pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam menjalankan pemerintahan suatu desa, dibutuhkan pemerintah desa yang menjadi motor pelaksana dari tugas-tugas yang harus dijalankan dalam pemerintahan desa tersebut. Pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. Kepala desa selaku kepala pemerintahan desa berwenang untuk memimpin pemerintahan desa selama enam 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pelantikan. Kepala desa akan dibantu oleh perangkat desa yang terdiri dari: sekretaris desa; pelaksana kewilayahan; dan pelaksana teknis. Perangkat desa tersebut diangkat langsung
(57)
oleh kepala desa dari warga desa setelah dikonsultasikan kepada Camat atas nama Bupati/Walikota. Perangkat desa tersebut akan bertugas untuk membantu kepala desa dalam melasanakan tugas dan wewenangnya selama masa jabatan kepala desa dan akan bertanggungjawab langsung kepada kepala desa.
Dalam pelaksanaan pemerintahan desa, kepala desa selaku pemerintah desa memiliki wewenang sebagai berikut:
1. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Perwakilan Desa (BPD);
2. Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa;
3. Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset Desa; 4. Menetapkan peraturan Desa;
5. Menetapkan anggaran dan belanja Desa; 6. Membina kehidupan masyarakat Desa;
7. Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat Desa; 8. Mengembangkan sumber pendapatan Desa;
9. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan Negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
10. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa; 11. Memanfaatkan teknologi tepat guna;
12. Mengoordinasi pembangunan Desa secara partsipatif;
13. Mewakili Desa didalam dan diluar pengadilan atau menunjuk kuasa; hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; dan
(58)
14. Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Adapun tugas ataupun tanggungjawab dari seorang kepala desa dalam menjalankan roda pemerintahan desa yaitu:
1. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan UUD 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Meningkatkan kesejahteraan rakyat.
3. Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat. 4. Melaksanakan kehidupan demokrasi.
5. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme.
6. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan desa.
7. Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang undangan. 8. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan yang baik.
9. Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan desa.
10. Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa. 11. Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa.
12. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa.
13. Membina, mengayomi dan melestarikan nilai nilai sosial budaya dan adat istiadat.
(59)
14. Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa. 15. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan
lingkungan hidup.
Dalam melaksanakan tugas – tugas pemerintahan desa diatas, Kepala Desa berhak:
1. Mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah Desa; 2. Mengajukan rancangan dan menetapkan peraturan Desa
3. Menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan dan penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan 4. Mendapatan pelindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan;
dan
5. Memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada perangkat Desa
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pengertian pemerintah desa diatas bahwa, kepala desa akan dibantu oleh perangkat desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Perangkat desa akan bertugas untuk membantu kepala desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
(60)
2.1.4.1 Komitmen
Menurut Robbins (2002:15), komitmen organisasi adalah sebagai keadaan dimana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tersebut dan tujuan-tujuannya, serta berniat untuk memelihara keanggotanya dalam organisasi tersebut. Sedangkan Steers dan Porter dalam Supriyono (2006:24) berpendapat bahwa komitmen organisasi merupakan kondisi dimana karyawan sangat tertarik terhadap tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan sasaran organisasi. Selanjutnya, Greenberg dan Baron (1997:190), komitmen organisasi menggambarkan seberapa jauh seseorang mengidentifikasikan dan melibatkan dirinya pada organisasinya dan keinginan untuk tetap tinggal di organisasi itu. Porter et.al dalam Miner, (1992:124) mendefinisikan komitmen organisasi sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi. Sikap ini dapat ditandai dengan empat hal, yaitu indikatornya diantaranya:
a. Kepercayaan karyawan terhadap organisasi b. Partisipasi karyawan dalam aktivitas kerja c. Loyalitas terhadap organisasi
d. Adanya Perasaan menjadi bagian dari organisasi
Sedangkan menurut Robbins dalam Sjabadhyni dkk (2001:456) memandang komitmen organisasi merupakan salah satu sikap kerja, karena ia merefleksikan perasaan seseorang (suka atau tidak suka) terhadap organisasi tempat ia bekerja. Hal ini didefinisikan sebagai suatu orientasi individu terhadap organisasi yang mencakup loyalitas, identifikasi, dan keterlibatan. Jadi komitmen organisasi
(61)
merupakan orientasi hubungan aktif antara individu dan organisasi. Orientasi hubungan tersebut mengakibatkan individu atas kehendak sendiri bersedia memberikan sesuatu dan sesuatu yang diberikan itu menggambarkan dukungannya bagi tercapainya tujuan organisasi.
Komitmen organisasi dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer dalam Sjabadhyni dkk, (2001:457). Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer dibedakan atas tiga komponen, yaitu:
1) Komponen afektif berkaitan dengan emosional, identifikasi, dan keterlibatan karyawan di dalam suatu organisasi.
2) Komponen normatif merupakan perasaan-perasaan karyawan tentang kewajiban yang harus ia berikan kepada organisasi.
3) Komponen continuance berarti komponen berdasarkan persepsi karyawan tentang kerugian yang akan dihadapinya jika ia meninggalkan organisasi. b. Komitmen organisasi menurut Porter et.al. dalam Miner (1992:128). Komitmen
organisasi dari Porter lebih dikenal sebagai pendekatan sikap terhadap organisasi. Komitmen organisasi ini memiliki dua komponen, yaitu sikap dan kehendak untuk bertingkah laku.
1) Komponen sikap mencakup beberapa hal diantaranya:
a) Identifikasi dengan organisasi, yaitu penerimaan tujuan organisasi, dimana penerimaan ini merupakan dasar komitmen organisasi. Identifikasi karyawan tampak melalui sikap dengan menyetujui
(62)
kebijaksanaan organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai organisasi, rasa kebanggaan menjadi bagian dari organisasi.
b) Keterlibatan sesuai peran dan tanggung jawab pekerjaan di organisasi tersebut. Karyawan yang memiliki komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dan tanggung jawab pekerjaan yang diberikan kepadanya.
c) Kehangatan, afeksi, dan loyalitas terhadap organisasi merupakan evaluasi terhadap komitmen, serta adanya ikatan emosional dan keterikatan antara organisasi dengan karyawan. Karyawan dengan komitmen tinggi merasakan adanya loyalitas dan rasa memiliki terhadap organisasi.
2) Komponen kehendak untuk bertingkah laku, diantaranya:
a) Kesediaan untuk menampilkan usaha. Hal itu tampak melalui kesediaan bekerja melebihi apa yang diharapkan agar organisasi dapat berkembang dan maju. Karyawan dengan komitmen tinggi, ikut memperhatikan nasib organisasi.
b) Keinginan tetap berada dalam organisasi. Pada karyawan yang memiliki komitmen tinggi, hanya sedikit alasan untuk keluar dari organisasi dan berkeinginan untuk bergabung dengan organisasi yang dipilihnya dalam waktu lama.
2.1.4.2 Sumber Daya Manusia
Menurut Hasibuan (2000: 3), sumber daya manusia adalah semua manusia yang terlibat di dalam suatu organisasi dalam mengupayakan terwujudnya tujuan
(1)
3. Bapak Irsyad Lubis, M.Soc,Ph.D Selaku Ketua Program Studi ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Paidi Hidayat, SE,M.Si selaku Sekretaris program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
4. Bapak Wahyu Aryo Pratomo SE, M.Ec selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti hingga skripsi ini dapat diselesaikan. Demikian juga Bapak Drs. Hasan basri Tarmizi, SU dan Bapak Haroni Doli Hamoraon SE, M.Si yang telah memberikan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Kedua orangtua peneliti, Ir. St. Jhon Tigor Siahaan dan Dra. Ratna Juita Sitanggang yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, didikan, perhatian, dukungan moril dan materiil dalam penyelesaian skripsi ini. Demikian juga dengan abang, kakak dan adik saya yang juga memberikan dukungan moril bagi peneliti selama pengerjaan skripsi ini.
6. Rekan – rekan saya IMAS – USU yang selalu memberi dukungan, hiburan dan masukan kepada peneliti selama pengerjaan skripsi ini.
7. Quin Dwi Jayanti Purba yang secara khusus juga memberikan doa, masukan, dukungan moril dan penguatan dalam pengerjaan penelitian ini
(2)
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan peneliti dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata peneliti berharap skripsi ini bermanfaat.
Medan, 14 Maret 2016 Penulis
Pesta Badia Raja Siahaan NIM : 120501064
(3)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Landasan Teori ... 5
2.1.1 Pengertian Desa ... 5
2.1.2 Karakteristik Desa ... 7
2.1.3 Alokasi Dana Desa ... 11
2.1.4 Pemerintahan Desa ... 16
2.1.5 Pembangunan Desa ... 27
2.2 Penelitian Terdahulu ... 32
2.3 Kerangka Konseptual ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
3.1 Jenis Penelitian ... 34
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34
3.3 Batasan Operasional ... 35
3.4 Defenisi Operasional ... 36
3.4.1 Variabel Dependen ... 36
3.4.2 Variabel Independen ... 36
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ... 38
3.6 Jenis dan Sumber Data ... 39
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 40
3.8 Skala Pengukuran ... 40
3.9 Metode Analisis Data ... 41
3.9.1 Uji Instrumen Data ... 41
3.9.2 Analisis Deskriptif Kualitatif ... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44
4.1 Gambaran Umum Pemerintahan Desa di Kabupaten Simalungun ... 44
4.2 Hasil Penelitian ... 45
4.2.1 Deskripsi Proses Pengumpulan Kuisioner ... 45
4.2.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 45
4.2.3 Hasil Uji Instrumen Data ... 48
(4)
5.2 Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 63
LAMPIRAN 1 ... 65
(5)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu 32
3.1 Daftar Sampel Penelitian 39
4.1 Deskripsi Proses Pengumpulan Data Kuisioner 45
4.2 Distribusi Responden Menurut Umur 46
4.3 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin 46
4.4 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan 47
4.5 Hasil Uji Validitas Data 48
4.6 Relibialitas Instrumen Penelitian 49
4.7 Hasil Penilaian Parameter Komitmen 50
4.8 Hasil Penilaian Parameter Sumber Daya Manusia 52
4.9 Hasil Penilaian Parameter Pengelolaan Laporan Keuangan 54 4.10 Hasil Penilaian Parameter Perencanaan Pembangunan Desa 55
(6)
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual 33