Karakteristik Petani Sampel Analisis Usahatani Bawang Merah di Daerah Penelitian

1.5. Karakteristik Petani Sampel

Adapun karakteristik petani yang menjadi sampel dalam penelitian ini meliputi, luas lahan, umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani dan jumlah tanggungan. Karakteristik petani dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Karakteristik Petani Sampel di Kelurahan Haranggaol No. Karakteristik Satuan Range Rataan 1. 2. 3. 4. 5. Luas lahan Umur Tingkat pendidikan Lama berusahatani Jumlah tanggungan Ha Tahun Tahun Tahun Jiwa 0,12 - 0,72 28 - 60 6 - 17 4 – 30 0 - 7

0,28 45

10 20 3 Sumber: Data diolah dari lampiran 1. Universitas Sumatera Utara V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Teknis Budidaya Usahatani Bawang Merah

Kegiatan usahatani bawang merah di daerah penelitian terdiri dari pengolahan lahan, pembuatan bedengan, penanaman, penyiangan, pemupukan, penyemprotan, panen dan pascapanen.

5.1.1. Pengolahan Lahan

Tanaman bawang merah dapat tumbuh baik pada tanah sawah atau tegalan, tekstur sedang sampai liat dengan ketinggian 0-1000 m dpl, pH 5,6-6,5 dan suhu 20-30 °C. Haranggaol berada pada ketinggian 751-1400 m dpl, pH 6,38 menurut analisis BPTP Medan dan suhu rata-rata 26-28 °C, sehingga daerah ini sangat cocok ditanami bawang merah. Luas lahan pertanian di kelurahan Haranggaol berkisar 975 Ha dan lahan untuk bawang merah hanya 60 Ha. Luas lahan rata-rata yang digunakan untuk usahatani bawang merah oleh keluarga tani masing-masing sebesar 0,28 Ha. Lahan yang dimiliki petani merupakan milik sendiri dari warisan turun-temurun. Pengolahan lahan bertujuan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman bawang merah. Lahan yang telah memadat dan keras harus diolah, agar menjadi agregat-agregat tanah yang halus sehingga bertekstur gembur. Lahan juga harus dibersihkan dari semak belukar, rumput, gulma dan sisa tanaman lain, sehingga akan tercipta kondisi lahan yang dapat menjamin pertumbuhan dan pembentukan umbi bawang merah. Universitas Sumatera Utara Pengolahan lahan di daerah penelitian dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam 20-40 cm, dilanjutkan dengan menggemburkan tanah hingga benar-benar gembur. Lahan disiapkan dalam bentuk bedengan-bedengan lebar 100-200 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan. Jarak antar bedengan 20-40 cm, sekaligus sebagai parit untuk memudahkan pemupukan dan penyemprotan serta melindungi umbi dari genangan air terutaman pada musim hujan. Tenaga kerja untuk mengolah lahan yang digunakan ± 32 HKOHa dan untuk pembuatan bedengan ± 21 HKOHa.

5.1.2. Penanaman

Petani di kelurahan Haranggaol terlebih dahulu menaburkan pupuk organik kompos secara merata sebelum melakukan penanaman. Penggunaan pupuk organik ± 1943,63 kgHa. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara menaburkan kompos pada lubang tanam yang sudah disiapkan, dengan jarak tanam 20x20 cm. Jenis bibit yang digunakan petani adalah bawang bangkok yang dipesan dari Medan dan bawang lokal bawang goreng. Harga bibit bawang merah adalah Rp.15.000Kg dengan kebutuhan benih rata-rata sebanyak 655,31 KgHa. Bibit yang telah disiapkan ditanam pada lobang yang sudah diberi pupuk kompos dengan 1 umbilubang. Selanjutnya lubang ditutup tanah yang sudah digemburkan dengan menggunakan cangkul. Tenaga kerja yang digunakan untuk menanam bawang merah di daerah penelitian ± 30 HKOHa. Universitas Sumatera Utara

5.1.3. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan secara baik dan benar akan menghasilkan produktivitas tanaman yang tinggi. Kegiatan pemeliharaan dalam usahatani bawang merah mencakup kegiatan penyiangan, pemupukan dan penyemprotan. a Penyiangan Di daerah penelitian Kelurahan Haranggaol petani melakukan penyiangan tanaman bawang merah untuk memutuskan daur hidup rumput-rumput atau gulma yang berada di sekitar tanaman bawang merah, karena gulma menjadi tempat menompangnya hama dan dapat produksi bawang merah. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penyulaman dan pembumbunan pada saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam HST, selanjutnya dilakukan penyiangan susulan sesuai kondisi gulma di lapangan. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk penyiangan di daerah penelitian ± 31 HKOHa. b Pemupukan Penggunaan pupuk pada umumnya ditentukan petani berdasarkan luas lahan, kesuburan tanah dan ketersediaan modal. Pemupukan yang dilakukan merupakan pemupukan susulan setelah pemberian pupuk organik kompos. Pemupukan kedua dilakukan pada saat tanaman berumur 30 HST. Kebutuhan pupuk dan dosis yang digunakan petani di daerah penelitian sangat beragam sesuai kebutuhan tanaman bawang merah dan pengetahuan petani. Rata- rata penggunaan tenaga kerja untuk kegiatan pemupukan pertama ± 23 HKOHa, sedangkan untuk pemupukan susulan ± 10 HKOHa. Jenis dan harga pupuk yang digunakan petani di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 11. Universitas Sumatera Utara Tabel 11. Jenis dan Harga Pupuk yang Digunakan Petani Bawang Merah per Hektar di Daerah Penelitian c Penyemprotan Penyemprotan bertujuan untuk memberantas hama dan penyakit yang menganggu pertumbuhan tanaman bawang merah dengan menggunakan pestisida yang sesuai dengan jenis hama dan penyakit yang menyerang bawang merah . Jenis dan harga pestisida yang digunakan petani di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 12 berikut. Tabel 12. Jenis dan Harga Pestisida yang Digunakan Petani Bawang Merah per Hektar di Daerah Penelitian No. Jenis Pupuk Satuan Kebutuhan Harga Rp 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pupuk Organik Kompos Amophos NPK Urea PKB Paten Kali Butir ZA TSP Kcl Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg Kg 1943,63 177,66 177,05 118,13 76,54 29,17 24,70 31,65 1.500,- 5.000,- 6.400,- 4.600,- 6.200,- 4.200,- 5.000,- 6.000,- Sumber: Data diolah dari lampiran 5. No. Jenis Pestisida Satuan Kebutuhan Harga Rp 1. 2. 3. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pestisida Tepung Antracol 70 WP Trigard 75 WP Dhitane M-45 80WP Pestisida Cair Agrimec 18 EC Ampligo150 ZC Amistartop 325 SC Spontan 400 SL Dursban 200 EC Curacron 500 EC Score 250 EC Revus gram gram gram ml ml ml ml ml ml ml ml 3.316,04 281,71 517,20 210,14 215,91 194,96 452,23 731,40 251,98 268,70 171,63 105,- 750,- 85,- 1.300,- 1.700,- 650,- 100,- 120,- 450,- 360,- 850,- Sumber: Data diolah dari lampiran 7. Universitas Sumatera Utara Penyemprotan dilaksanakan mulai 3- 60 HST karena banyak hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah, seperti: ulat tanah, ulat bawang Spodoptera spp, Trip, dan penyakit layu Fusarium. Oleh karena itu, pestisida yang digunakan petani juga beragam sesuai jenis hama dan penyakit tanaman bawang merah yang ada di lapangan. Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk penyemprotan ini ± 85 HKOHa.

5.1.4. Panen dan Pascapanen

Tanaman bawang merah yang telah berumur 90 HST sudah dapat dipanen dengan tanda-tanda leher batang lunak, tanaman rebah dan daun menguning. Pemanenan sebaiknya dilaksanakan pada saat tanah kering dan cuaca cerah untuk menghindari adanya serangan penyakit busuk umbi sebelum pengeringan. Pemanenan bawang merah merah menggunakan cabut manual, lalu daunnya diikat untuk digantung di gudang penyimpanan. Setelah 10 hari digantung, selanjutnya daun bawang merah dipotong dan umbinya dijemur selama 1 hari penuh. Rata-rata jumlah produksi bawang merah di daerah penelitian adalah 7.219 KgHa, dengan rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk panen ± 32 HKOHa dan untuk kegiatan penjemuran ± 9 HKOHa. Dalam usahatani bawang merah di daerah penelitian tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengerjakan berbagai macam kegiatan yang meliputi pengolahan lahan, pembuatan bedengan, penanaman, penyiangan, pemupukan, penyemprotan, panen dan pascapanen. Curahan tenaga kerja berasal dari dalam keluarga TKDK dan luar keluarga TKLK. Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani bawang merah di daerah penelitian didasarkan pada hari kerja orang HKO dengan upah Rp.50.000,- per HKO. Universitas Sumatera Utara

5.2. Produktivitas Bawang Merah di Daerah Penelitian

Produksi bawang merah di daerah penelitian adalah 2.058,33 kg per petani dengan produktivitas 7.219 kgHa 7,22 tonHa sedangkan produksi bawang merah di kabupaten Simalungun sebesar 6.119 ton dengan produktivitas 14 tonHa data Dinas Pertanian Simalungun tahun 2009. Bila produktivitas bawang merah di daerah penelitian dibandingkan dengan produktivitas bawang merah kabupaten Simalungun, maka produktivitas bawang merah di daerah penelitian 6,78 tonHa lebih rendah dari produktivitas bawang merah kabupaten Simalungun. Kabupaten Brebes Jawa Tengah merupakan daerah sentra produksi bawang merah dengan produksi sebesar 215.600 ton dengan produktivitas 8,83 tonHa Statistik Pertanian, bahwa produktivitas bawang merah di daerah penelitian lebih rendah 1,61 tonHa. Dengan demikian hipotesis 1 yang menyatakan tingkat produktivitas bawang merah di daerah penelitian tergolong tinggi tidak diterima ditolak. 5.3. Pengaruh Faktor Produksi terhadap Produksi Bawang Merah Berdasarkan data faktor produksi yang sudah diolah dapat dilihat seberapa besar pengaruh faktor produksi tersebut terhadap produksi bawang merah di kelurahan Haranggaol. Besarnya pengaruh produksi yang tersedia terhadap produksi bawang merah di kelurahan Haranggaol dapat dilihat pada tabel 13. Universitas Sumatera Utara Tabel 13. Pengaruh Faktor Produksi Usahatani Bawang Merah Terhadap Total Produksi Bawang Merah Sumber: Data diolah dari Lampiran 24. Dari tabel 13. dapat dapat dilihat nilai R 2 sebesar 0,97. Koefisien determinasi menunjukkan informasi bahwa 97 variasi produksi usahatani bawang merah dapat dijelaskan oleh faktor produksi, sedangkan sisanya sebesar 3 dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan tabel 13. di atas dapat sebuah persamaan sebagai berikut: Y = - 372,743+ X 1 618,989 + X 2 1,656 + X 3 0,577 + X 4 1,079 - X 5 0,217 - X 6 0,197 + X 7 25,038 +µ Keterangan : Y = Produksi Bawang Merah kg X 1 = Luas Lahan Ha X 2 = Bibit kg X 3 = Pupuk Organik kg X 4 = Pupuk Kimia kg X 5 = Pestisida Tepung gr X 6 = Pestisida Cair ml X 7 = Tenaga Kerja HKO µ = Kesalahan Pengganggu Varibel Koef. Regresi Std.error T-Hitung Signifikansi Keterangan Constant Luas Lahan Bibit Pupuk Organik Pupuk Kimia Pestisida Tepung Pestisida Cair Tenaga Kerja -372,743 618,989 1,656 0,577 1,079 - 0,217 - 0,197 25,038 186,093 1225,712 1,789 0,261 1,691 0,097 0,139 5,618 -2,003 0,505 0,926 2,213 0,638 -2,234 -1,414 4,456 0,058 0,619 0,365 0,038 0,530 0,036 0,171 0,000 Tidak Nyata Tidak Nyata Nyata Tidak Nyata Nyata Tidak Nyata Nyata R 2 = 0,97 F.Ratio = 102,91 F.Tabel 0,05 = 2,46 T.Tabel 0,05 = 1,717 Universitas Sumatera Utara

5.3.1. Uji Serempak

Berdasarkan hasil analisis regresi diketahui bahwa secara serempak ada pengaruh sarana produksi terhadap total produksi usahatani bawang merah. Hal ini dapat disimpulkan berdasarkan nilai F-hitung yang diperoleh yakni sebesar 102,91 sedangkan F-tabel 0,05 adalah sebesar 2,46 pada tingkat kepercayaan 95 secara serempak variabel bebas faktor produksi memberikan pengaruh nyata terhadap produksi bawang merah.

5.3.2. Uji Parsial

Dari hasil analisis regresi pada tabel 13. dapat dilihat juga bagaimana secara parsial pengaruh faktor produksi terhadap produksi bawang merah di kelurahan Haranggaol. 1. Luas lahan diperoleh T-hitung 0,505 lebih kecil dari T-tabel 1,717 dan signifikansi 0,619 lebih besar dari α 0,05, sehingga luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah. 2. Bibit diperoleh T-hitung 0,926 lebih kecil dari T-tabel 1,717 dan signifikansi 0,365 lebih besar dari α 0,05, sehingga bibit tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah. 3. Pupuk Organik diperoleh T-hitung 2,213 lebih besar dari T-tabel 1,717 dan signifikansi 0,038 lebih kecil dari α 0,05, sehingga pupuk organik berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah. Koefisien regresi sebesar 0,577 dapat diartikan bahwa untuk setiap penambahan 1 kg pupuk organik akan meningkatkan produksi sebesar 0,577 Kg. Universitas Sumatera Utara 4. Pupuk Kimia diperoleh T-hitung 0,638 lebih kecil dari T-tabel 1,717 dan signifikansi 0,530 lebih besar dari α 0,05, sehingga pupuk kimia tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah. 5. Pestisida Tepung diperoleh T-hitung 2,234 lebih besar dari T-tabel 1,717 dan signifikansi 0,036 lebih kecil dari α 0,05, sehingga pestisida tepung berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah. Koefisien regresi sebesar -0,127 dapat diartikan bahwa untuk setiap penambahan 1 gram pestisida tepung akan menurunkan produksi sebesar 0,127 Kg. 6. Pestisida cair diperoleh T-hitung 1,414 lebih kecil dari T-tabel 1,717 dan signifikansi 0,171 lebih besar dari α 0,05, sehingga pestisida cair tidak berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah. 7. Tenaga Kerja diperoleh T-hitung 4,456 lebih besar dari T-tabel 1,717 dan signifikansi 0,000 lebih kecil dari α 0,05, sehingga tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah. Koefisien regresi sebesar 25,038 dapat diartikan bahwa untuk setiap penambahan 1 HKO tenaga kerja akan meningkatkan produksi sebesar 25,038 Kg. Dengan demikian, hipotesis 2 yang menyatakan faktor produksi lahan,bibit, tenaga kerja, pupuk dan pestisida berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah di daerah penelitian, dapat diterima. Universitas Sumatera Utara

5.4. Analisis Usahatani Bawang Merah di Daerah Penelitian

Analisis usahatani bawang merah per petani atau per hektar di daerah penelitian selama 1 musim tanam dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 14. Analisis Usahatani Bawang Merah per Petani dan per Hektar di Daerah Penelitian Selama 1 Musim Tanam Sumber: Data diolah dari Lampiran 2-16. Dari tabel 14. Dapat dilihat bahwa biaya produksi di daerah penelitian terdiri dari biaya lahan, bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, penyusutan peralatan, timbang dan transportasi dengan total sebesar Rp 9.191.267,- per petani dan Rp.33.241.659,- per hektar. Penerimaan rata-rata yang diperoleh dengan penjualan bawang merah Rp 12.000,-kg yaitu sebesar Rp 24.700.000,- per petani dan Rp.86.627.930,- per hektar. Sehingga total pendapatan bersih adalah sebesar Rp.15.508.733,- per petani dan Rp 53.386.271,- per hektar. No. Uraian Per Petani Per Hektar Persentase Fisik Nilai Rp Fisik Nilai Rp 1. 2. 3. 4. Biaya 1.1. Lahan PBB 1.2. Bibit 1.3. Pupuk 1.4. Pestisida 1.5. Tenaga Kerja 1.6. Timbang Trans. 1.7. Penyusutan Total Biaya Harga Bawang Merah Penerimaan Pendapatan Usahatani 0,28 Ha 180 Kg 72,37 HKO 1 kg 2.058,33 kg 62.600,- 2.700.000,- 1.909.400,- 573.133,- 3.618.333,- 102.917,- 224.883,- 9.191.267,- 12.000,- 24.700.000,- 15.508.733,- 1 Ha 655,31 kg 279,5 HKO 1 kg 7.218,99 kg 237.610,- 9.829.596,- 6.390.662,- 1.859.380,- 13.689.377,- 360.950,- 874.083,- 33.241.659,- 12.000,- 86.627.930,- 53.386.271,- 0,68 29,38 20,77 6,24 39,37 1,12 2,45 100,00 Universitas Sumatera Utara Tabel 15. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah Berdasarkan Strata di Daerah Penelitian Sumber: Data diolah dari Lampiran 16 Berdasarkan keterangan pada tabel 15. di atas dapat diketahui bahwa penerimaan usahatani untuk strata I luas lahan 0,5 Ha sebesar Rp 50.400.000,- per petani jika dibandingkan dengan penerimaan usahatani untuk strata II luas lahan ≤ 0,5 Ha sebesar Rp.19.560.000,- per petani, terlihat perbedaan yang signifikan. Demikian juga halnya dengan biaya usahatani untuk strata I sebesar Rp 18.325.600,- per petani sedangkan untuk strata II sebesar Rp 7.364.400,- per petani. Sehingga pendapatan bersih usahatani bawang merah untuk setiap strata bervariasi, dimana pendapatan bersih untuk strata I sebesar Rp.32.074.400,- per petani dan strata II sebesar Rp 12.195.600,- per petani. Dengan demikian berdasarkan analisis di atas, hipotesis 3 yang menyatakan biaya produksi, penerimaan dan pendapatan bersih usahatani bawang merah di daerah penelitian untuk setiap strata bervariasi dapat diterima.

5.5. Kelayakan Usahatani Bawang Merah