dikonversikan menjadi energi. Dan diperkirakan tahun 2020 nanti 19 juta ton minyak tersedia dari biomassa, 46 dari limbah yang dihasilkan makhluk hidup seperti
limbah pasar, sisa pertanian, dan limbah perternakan.
Potensi biomassa di Indonesia cukup tinggi. Dengan hutan tropis Indonesia yang sangat luas, setiap tahun diperkirakan terdapat limbah kayu sebanyak 25 tahun
ton yang terbuang dan belum dimanfaatkan . Jumlah energi yang terkandung dalam kayu yaitu 100 milyar kkal dalam setahun. Demikian juga sekam padi, tongkol
jagung, cangkang kemiri, kulit durian dan tempurung kelapa yang merupakan limbah pertanian dan perkebunan yang memiliki potensi yang besar sekali.
2.3.1 KONVERSI TERMAL BIOMASSA
Teknologi konversi termal biomassa meliputi pembakaran langsung, gasifikasi, pirolisi atau karbonisasi. Dalam teknologi konversi termal biomassa, proses
pembakaran langsung adalah proses yang paling mudah dibandingkan dengan lainnya. Biomassa langsung dibakar tanpa proses-proses lainnya.
Biomassa dapat dibakar dalam bentuk serbuk, briket, ataupun batangan yang disesuaikan dengan penggunaan dan kondisi biomassa. Teknologi pembakaran
langsung relatif memiliki efisiensi cukup rendah, yaitu 20 – 25.
Teknologi konversi termal berikutnya adalah pirolisis, yaitu pembakaran biomassa pada kondisi tanpa oksigen. Tujuannya adalah melepaskan zat terbang
volatile matter yang terkandung pada biomassa. Secara umum kandungan zat terbang dalam biomassa cukup tinggi. Produk padat pada proses ini berupa arang
char yang kemudian disebut karbonisasi. Karbonisasi biomassa atau yang lebih dikenal dengan pengarangan adalah suatu proses untuk menaikkan nilai kalor
biomassa dan dihasilkan pembakaran yang bersih dengan sedikit asap.
Hasil karbonisasi adalah berupa arang yang tersusun atas karbon dan berwarna hitam. Prinsip proses karbonisasi adalah pembakaran biomassa tanpa adanya
Universitas Sumatera Utara
kehadiran oksigen. Sehingga yang terlepas hanya bagian volatile matter, sedangkan karbonnya tetap tinggal di dalamnya. Temperatur karbonisasi akan sangat
berpengaruh terhadap arang yang dihasilkan sehingga penentuan temperatur yang tepat akan menentukan kualitas arang. Sedikit banyaknya arang yang dihasilkan
bergantung pada komposisi awal biomassa. Semakin banyak kandungan valotile matter maka semakin sedikit arang yang dihasilkan karena banyak bagian yang
terlepas keluar.
2.3.2 PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN MENJADI BAHAN BAKAR BIOMASSA
Energi dari sampah adalah energi yang dapat diperbaharui renewable. Di daerah pedesaan penggunaan bahan bakar masih banyak yang menggunakan bahan langsung
dari alam. Pemakaian energi dari kayu bakar yang selama ini dilakukan, akan berakibat pada penggundulan hutan dan berakibat kerusakan hutan. Karena itu perlu
diversifikasi sumber energi. Salah satunya memanfaatkan sampah atau limpah sebagai bahan bakar alternatif.
Bila kita membakar sampah ditempat terbuka dengan sempurna sampai api dan baranya padam, maka yang tersisa adalah abu. Abu tidak dapat dibakar lagi, ada
perbedaan abu dengan arang. Abu adalah sisa pembakaran sempurna yang sudah tidak dapat dibakar kembali, biasanya berwarna putih abu-abu. Sementara itu arang adalah
gumpalan padat sisa pembakaran yang belum sempurna yang masih dapat dibakar kembali dan berwarna hitam.
Limbah pertanian terjadi pada pengelolaan apa yang dinamakan tanaman pangan, seperti padi, jagung, ubi kayu, kacang tanah, dan kedelai. Sedangkan jenis
tanaman keras menghasilkan terutama kelapa dan kelapa sawit. Berikut ini adalah Tabel potensi energi biomassa di Indonesia :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Potensi energy biomassa di Indonesia
Sumber energy Produksi 10
6
tonth Energy 10
9
kcalth Pangsa Kayu
25,0 100,0
72,0 Sekam padi
7,55 27,0
19,4 Jenggal jagung
1,52 6,8
4,9 Tempurung kelapa
1,25 5,1
3,7 Potensi total
35,32 138,9
100 sumber : Abdul kadir, 1995
Bahan buangan kegiatan pertanian lainnya dapat disebut ubi kayu batang dan daun, kacang tanah batang, daun dan kulit polong dan kedelai batang, daun dan
kulit polong pada umumnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sendiri untuk berbagai keperluan. Abdul kadir, 1995.
2.4 TANAMAN KEMIRI