Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari display kontur diatas dapat dilihat bahwa sebaran turbulensi begitu besar diiringi dengan banyaknya jumlah vorteks yang terjadi di sepanjang aliran melewati airfoil. Dapat dinyatakan bahwa airfoil jenis memiliki tingkat turbulensi yang palig tinggi dibandingkan kedua kandidat airfoil lainnya. Dengan metodologi yang sama dilakukan pada variasi sudut serang pada airfoil N0012 sehingga menghasilkan data hasil simulasi untuk keseluruhan variasi sudut serang ditampilkan pada tabel 4.3. hal ini bertujuan untuk menyederhanakan penulisan pada penelitian ini. Tabel 4.3. Hasil simulasi untuk N0012 Angle of attack Lift force N Drag force N Cl Cd Turbulent Energy Jkg 0.01675955 4 0.04035338 4 0.00515944 4 0.01242282 5 71.4496660 6 5 1.04645185 0.09757478 4 0.32215114 0.03003848 5 368.738503 1 10 1.64397798 0.22023664 7 0.50610009 4 0.06780004 9 476.973310 1 15 1.65842352 0.57959751 9 0.51054716 6 0.17842961 5 1530.99620 3 20 2.35352482 0.95207197 1 0.72453472 4 0.29309620 9 1323.50563

4.2 Pembahasan

Tiga parameter penting dalam pemilihan jenis airfoil sebagai kandidat utama pembentuk propeler adalah koefisien gaya angkat, koefisien gaya hambat, dan energi turbulensi. Perbandingan antara koeffisien gaya angkat dengan gaya hambat seperti pada gambar 4.10 dapat dijadikan sebagai tolok ukur unjuk kerja airfoil dalam hal aerodinamis. sedangkan parameter energi turbulensi dijadikan sebagai tolok ukur awal dari kemampuan geometri airfoil itu sendiri dalam menghasilkan tingkat kebisingan. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.10. Grafik koefisien gaya angkat dengan variasi sudut serang Dari grafik 4.10 dinyatakan bahwa pada sudut serang 0 , koefisien gaya angkat untuk airfoil Clark-Y lebih tinggi dengan range yang cukup jauh di susul pada urutan kedua airfoil Onera12 yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan airfoil NACA0012. Pada sudut serang 5 , koefisien gaya angkat tetap lebih tinggi. Sedangkan untuk urutan tertinggi kedua tidak lagi dimiliki airfoil Onera12,tetapi digantikan oleh NACA0012. Pada sudut serang 10 , koefisien gaya angkat dari onera12 melonjak jauh dari nilai sebelumnya pada sudut serang 5 sehingga sehingga sedikit melampau unjuk kerja Cl dari Clark-Y. pada sudut serang 15 , koefisien gaya angkat airfoil Clark-Y mengalami peningkatan sangat jauh dengan range lebih dari 2 kali lipat dari nilai sebelumnya . Sementara koeffisien gaya angkat airfoil NACA0012 hanya naik sedikit sekali dan Onera12 mengalami penurunan nilai koefisien gaya angkat. Universitas Sumatera Utara Sedangkan untuk grafik koefisien gaya hambat dengan variasi sudut serang dapat dilihat pada grafik 4.11. Gambar 4.11. Grafik koefisien gaya hambat dengan variasi sudut serang Untuk koefisien gaya hambat, dari grafik 4.11 diperoleh bahwa koefisien gaya hambat tertinggi dimiliki oleh airfoil NACA 0012 sedangkan untuk airfoil onera12 dan Clark-Y memiliki nilai yang hampir sama dan memiliki koefisien gaya hambat yang terendah ditunjukkan pada gambar 4.12. Gambar 4.12. Grafik perbandingan C l C d dengan variasi sudut serang Universitas Sumatera Utara Perbandingan antara koefisien gaya angkat dengan koefisien gaya hambat merupakan penentu dari unjuk kerja aerodinamika airfoil. Dari gambar 4.12 dapat diketahui bahwa ketiga jenis airfoil memiliki ClCd yang maksimum pada sudut serang 5 . Dan memang pada umumnya berdasarkan pengujian pengujian yang lain dinyatakan bahwa hampir setiap airfoil memiliki ClCd maksimum pada sudut serang 5 . Walaupun untuk Cl maksimum berada pada kisaran sudut serang 10 keatas. Sedangkan untuk karakteristik turbulensi pada masing masing sudut serang ditunjukkan pada gambar 4.13 Gambar 4.13. Grafik energi turbulensi dengan variasi sudut serang Turbulensi sebagai akibat dari aktifitas fluida dengan karakter yang acak mengakibatkan pergerakannya menjadi sumber kebisingan. Parameter ini lah yang menjadi penentu awal tingkat kebisingan. Dari grafik pada gambar 4.13 di ketahui bahwa pada ClCd maksimum, yakni pada sudut serang 5 energi turbulensi yang Universitas Sumatera Utara terendah dimiliki oleh airfoil Clark –Y. Sedangkan pada sudut serang 15 dimana dihasilkan Cl maksimum untuk Clark-Y, energi turbulensinya jauh dibawah airfoil yang lain pada sudut serang yang sama. Dengan demikian dapat ditentukan bahwa kandidat airfoil terpilih untuk dibentuk menjadi propeler adalah airfoil Clark-Y dimana memiliki nilai yang tinggi pada unjuk kerja aerodinamis dan memiliki nilai yang rendah dalam tingkat turbulensi yang dihasilkannya.

4.3 Penentuan Disain Propeler