Sikap Kerja pada Proses Penghalusan Adonan Sikap kerja pada Proses Pencetakan

Gambar 4.4. Pekerja menunggu adonan terbentuk Gambar 4.5. Pekerja mengangkat adonan yang telah terbentuk

4.4.2. Sikap Kerja pada Proses Penghalusan Adonan

Adonan yang telah dibentuk harus dihaluskan terlebih dahulu agar mudah dibentuk. Pekerja membawa adonan tersebut dengan menggunakan tangan pada mesin penghalus dimana waktu yang digunakan untuk membawa dari mesin pembentukan ke mesin penghalusan hanya memerlukan waktu 20 detik sehingga punggung pekerja tidak memiliki kesempatan untuk melakukan relaksasi. Penghalusan adonan roti ini dilakukan pekerja juga dengan posisi berdiri. Proses penghalusan ini dibantu oleh sebuah mesin yaitu mesin press. Berdasarkan pengamatan, sikap pekerja pada saat menghaluskan adonan adalah berdiri tidak dengan posisi yang tegak namun agak sedikit miring ke depan karena pekerja harus memposisikan badan sedemikian rupa sehingga dapat membalik-balikkan adonan pada mesin tersebut. Pada proses ini, adonan harus dibalikkan beberapa kali sebab adonan yang hanya sekali saja dimasukkan dalam mesin tidak akan halus secara merata. Oleh sebab itu, adonan yang keluar diangkat kembali oleh pekerja dengan menggunakan tangan untuk dimasukkan kembali dalam mesin penghalus sampai adonan benar-benar halus. Posisi tubuh yang miring mengakibatkan kaki harus berusaha menopang tubuh dalam jangka waktu yang lama agar tubuh tetap berdiri. Hal ini mengakibatkan kaki bekerja sacara statis sehingga dapat mengakibatkan rasa sakit pada daerah sekitar kaki. Pekerja juga mengalami keluhan pada daerah tangan karena pekerja harus mengangkat dan membalikkan adonan beberapa kali pada mesin penghalus sampai adonan halus. Gambar 4.6. Adonan yang telah terbentuk Gambar 4.7. Penghalusan adonan Gambar 4.8. Pekerja membalikkan adonan beberapa kali sampai adonan halus Gambar 4.9. Adonan yang telah dihaluskan

4.1.3. Sikap kerja pada Proses Pencetakan

Setelah adonan dihaluskan, pekerja membawa adonan untuk dicetak. Adonan diletakkan pada sebuah meja. Adonan kemudian dipotong-potong menjadi bagian- bagian yang lebih kecil menggunakan alat pemotong, yang terbuat dari aluminium, agar adonan lebih mudah untuk dibentuk. Adonan yang telah dipotong-potong kemudian dibentuk menjadi beberapa bentuk sesuai dengan jenis roti. Pada jenis roti tertentu, adonan harus dipipihkan terlebih dahulu dengan menggunakan ampia. Ampia dipegang dengan kedua tangan, kemudian digerakkan maju mundur pada adonan. Setelah adonan pipih, baru adonan dibentuk. Pencetakan adonan ini dilakukan oleh pekerja tanpa menggunakan mesin, langsung menggunakan tangan, karena pekerja merasa lebih cepat menggunakan tangan daripada menggunakan alat pencetak maupun mesin. Kegiatan pencetakan ini dilakukan dengan gerakan tangan yang cepat karena pekerja harus memenuhi semua pesanan roti yang ada. Pada proses pencetakan, pekerja masih bekerja dengan posisi berdiri dalam waktu 9 jam kerja dalam sehari. Disamping itu, pekerja juga bekerja dengan kepala agak menunduk dalam waktu yang lama sehingga otot leher menjadi tertekan. Oleh sebab itu pekerja sering mengeluhkan rasa sakit pada bagian leher. Gambar 4.10. Pemotongan adonan menjadi bagian lebih kecil menggunakan alat potong . Gambar 4.11. Pencetakan adonan Dari gambar 4.11. dapat diketahui bahwa pekerja membentuk adonan dalam posisi berdiri dengan kedua tangan membentuk roti di atas sebuah meja. Pada saat bekerja, posisi tubuh pekerja sedikit membungkuk dan dengan kepala yang menunduk. Gambar 4.12. Pekerja membuat adonan sesuai bentuknya Gambar 4.13. Pekerja meletakkan adonan yang telah dibentuk dalam wadah aluminium

4.1.4. Sikap kerja pada Proses Pemanggangan