kerumunan warga sedang membicarakan bagaimana cara mengamankan desa mereka, KEI: 18.
Ismael Kabalmay adalah salah satu tokoh agama di pulau Kei tepatny di desa Elaar. Ismael menyuarakan agar setiap warga Kei tidak terpancing oleh riak-riak konflik yang sedang
melanda desa mereka. Semua warga mendengarkan seruan tokoh ulama tersebut. Mereka paham betul apa yang disampaikan oleh Ismael Kabalmay. Warga saling berpelukan dan meyatukan
diri. Persaudaran warga Kei cukup kental. Baik warga perantau maupun penduduk asli di desa Kei saling menolong dan menghormati. hal ini digambarkan pada kutipan berikut.
Tiga hari kemudian, kabar itu terbukti. Para penyerang telah mematahkan kelompok kecil pemuda Evu yang menjaga batas keamanan desa. Seorang
pengusaha keturunan Cina Ambon pemilik kapal barang “Cinta Semusim” yang sering berangkat ke Makassar mengambil barang-barang tekstil dan
bahan-bahan pangan, mengajak siapa saja yang ada di dekat bibir pantai untk mengungsi.
Kapal barang KM Cinta Semusim bertolak dari dermaga pulau Evu. Gadis itu menuju ke Makassar bersama ratusan pengungsi yang merupakan para
pedagang Bugis dan Buton, KEI: 147-148.
Pemilik kapal “Cinta Semusim” yang merupakan seorang keturunan Cina Ambon adalah pengusaha yang cukup sukses di pulau Kei. Upayanya untuk menyelamatkan setiap warga yang
terjebak dalam situasi kerusuhan pada saat itu mengisyaratkan sikap solidaritasnya yang tinggi terhadap sesamanya. Pengusaha keturunan Cina Ambon tersebut tidak membeda-bedakan warga
yang ingin di selamatkan. Semua warga yang terjebak kerusuhan diajak untuk masuk ke dalam kapalnya. Hal ini menggambarkan perbedaan suku diantara warga Kei bukanlah penghalang bagi
mereka untuk saling menolong dan menjaga sesamanya. Justru di dalam perbedaan yang ada, masyarakat Kei dapat hidup rukun dan berdampingan dengan baik.
4.2.4 Hubungan Persahabatan
Persahabatan merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang terjadi di masyarakat. Persahabatan berbicara tentang hubungan yang terjalin di antara dua individu atau lebih.
Universitas Sumatera Utara
Hubungan yang dimaksud di sini adalah hubungan yang lebih kental dan mendalam dari hubungan pertemanan pada umumnya. Menurut Kurth dalam Ahmadi, 1999: 232, persahabatan
adalah suatu hubungan antar pribadi yang akrab atau intim yang melibatkan setiap individu sebagai suatu kesatuan.
Dalam novel KEI, digambarkan persahabatan di antara Namira dan Mery sudah lama terjalin. Di keluarganya, Namira dan Mery memiliki latar belakang yang sama, yaitu mereka
berdua sama-sama anak tunggal. Dalam menjalin persahabatan, faktor dari latar belakang persamaan menjadi sangat penting karena dapat mendorong mutu dari persahabatan itu sendiri.
Menurut Ahmadi 1999: 232 bahwa pada umumnya persahabatan timbul karena kecenderungan adanya persamaan di antara keduanya, seperti kesenangan atau hoby, berfikir, keinginan atau
cita-cita, nasib dan sebagainya. Hubungan Namira dan Mery sangat dekat. Sejak duduk di sekolah dasar, Mery dan Nanmira sudah menjalin hubungan persahabatan. Bahkan mereka
seperti saudara kandung. Semuanya ini terlihat dalam kutipan berikut. Namira amat menyayangi Mery, mereka sudah serupa saudara kandung.
Mery dan Namira yang sama-sama anak tunggal telah saling mengikat diri dalam tali persaudaraan semenjak mereka masih duduk di bangku sekolah
dasar, KEI: 133.
Mery sudah seperti bagian dari keluarga besar Namira. Kedua orang tua Namira sangat menyayangi Mery. Hubungan keduanya terlihat unik pada saat Mery ikut makan malam bersama
dengan keluarga besar Namira. Saat doa pemubaka makan malam dimulai, fenomena yang terlihat adalah Mery berdoa sesuai dengan kepercayaannya, sedangkan Namira beserta
keluarganya akan berdoa sesuai dengan kepercayaan yang dianut. Walaupun diantara keduanya ada perbedaan agama, namun Mery selalu mendapatkan kehangatan dari kedua orang tua
Namira.
Universitas Sumatera Utara
Orang-orang di rumah Namira selalu sayang padanya. Jika Mery datang disaat mereka bersiap-siap makan malam maka Samrina akan
memaksanya ikut makan bersama kendati Mery baru usai makan di rumahnya. Jika ikut makan di sana, maka ayah Namira akan memimpin
makan malam seraya berkata “Mari berdoa menurut kepercayaan masing- masing.” Mery sering tertawa dalam hati. Kalimat itu mengingatkan dia
pada penutupan pidato dalam Upacara Hari Senin, KEI: 104.
Setiap kali Mery datang bertamu kerumah Namira, Samrina akan menyambutnya dengan hangat. Samrina adalah ibu dari sahabatnya Mery. Rasa kepedulian Samrina terhadap keluarga
Mery cukup besar. Jika Mery datang, Samrina akan menyakan keadaan orang tuanya. Hal ini menggambarkan hubungan antara Mery dengan Namira telah diikat oleh sebuah kekeluargaan.
Setiap kali Mery datang ke rumah Namira, Samrina akan berhenti menjahit. Dia akan merentangkan kedua tangannya dan Mery bergegas
menyongsongnya.
“Bagaimana kabar ibu dan bapakmu?” tanya Samrina. “Papa sedang melakukan penyuluhan TBC di desa letfuan.” Ayah Mery
Kaplale adalah seorang mantra kesehatan, KEI: 108-109. “Ibumu bagaimana kabarnya, apakah dia sehat?” tanya Samrina lagi pada
Mery. “Mama sedang sibuk mengurusi LSM nya.”
“Ibu amat bangga pada ibumu, Mery. Dia perempuan yang cerdas dan mau berjuang untuk rakyat kecil macam kami ini.” KEI: 109.
Semenjak kerusuhan terjadi di pulau Kei, Namira dan Mery menjadi terpisah-pisah. Namira berada di kamp pengungsian warga, sedangkan Mery tinggal bersama keluarganya.
Keduanya saling merindukan. Hal ini digambarkan pengarang pada saat kedatangan Mery yang tiba-tiba ke kamp pengungsian warga tempat Namira tinggal. Mereka langsung berpelukan untuk
melepaskan kerinduannya masing-masing. Keesokan harinya, betapa Namira terkejut dan bahagia. Mery tiba-tiba
muncul dan berdiri di depan tenda sambil merentangkan tangan. Wajahnya sedih, tapi dia berusaha tersenyum. Kedua gadis itu lantas berpelukan.
Mery telah bersusah payah mencari tahu kabar Namira, KEI, 94.
Universitas Sumatera Utara
Mery memeluk sahabatnya. Mengalirkan kekuatan pada gadis itu. Malam itu mereka tidur berdampingan dalam hening. Tak ada lagi percakapan
jelang lelap seperti dulu yang biasa mereka lakukan, KEI: 95.
Menurut Ahmadi 1999: 232 bahwa persahabatan merupakan konsep sosial yang murni, persahabatan menuntut pemeliharaan dalam semua interaksinya. Persahabatan
merupakan jenis interaksi sosial yang tulus keluar dari hati tanpa melihat aspek-aspek sosialnya masing-masing. Sebuah hubungan persahabatan membutuhkan rasa kesetiaan
dan kepedulian diantara individunya yang saling berhubungan. Hal inilah yang digambarkan pengarang dalam hubungan persahabatan antara Namira dengan Mery.
Konflik yang sedang memanas di pulau Kei dan sekitarnya adalah konflik yang berbau SARA. Akan tetapi, Namira dan Mery tetap menjaga hubungan persahabatan mereka
dengan baik. Keesokan magribnya, di bibir Pantai Langgur, Namira melepas Mery balik
ke desanya. Mereka kembali berpelukan. “Kamu tetap sayang saya, walaupun saya Islam kan?” Tanya Namira pada Mery dengan mata
bengkak. “Jangan bicara begitu, Ra, tak ada Islam, tak ada Kristen…”, KEI, 95.
“Kapan kita bisa bersama lagi?” tanya Namira kembali. “Secepatnya Ra, kalau kampung sudah aman. Saya sudah meminta pada
mama agar kamu dibawa ke Evu. Tapi ibu bilang demi keselamatanmu, kamu di sini dulu. Ini hanya untuk sementara…” Mery memeluk Namira
untuk kesekian kalinnya. Gadis itu berbisik; “Makanlah kue itu, itu pertama kali mama turun ke dapur. Mama dan papa mengingatmu. Berdoa semoga
rusuh akan lekas berakhir.” KEI, 96.
Dari kutipan di atas, menggambarkan kesetiaan Mery terhadap sahabatnya. Mery menegaskan kepada Namira bahwa perbedaan agama diantara mereka tidak mengurangi rasa
persaudaraannya terhadap Namira. Keluarga Mery juga memiliki rasa yang sama. Keluarga Mery selalu mendokan Namira. Dari pengalaman Namira, Emeliana ibunya Mery adalah sosok
ibu yang baik. Sama halnya seperti yang dilakukan Samrina kepada Mery, jika setiap kali
Universitas Sumatera Utara
Namira bertamu kerumah Mery, Emeliana selalu menyambutnya dengan ramah. Terkadang Emeliana menemani Namira dan Mery bermain. Bentuk kekeluargaan inilah yang tergambar dari
hubungan persahabatan Namira dengan Mey. Sepanjang Namira mengenalnya, Emeliana memiliki mata yang ramah dan
penuh kasih sayang. Dia selalu sibuk bekerja mengurusi pendidikan kerakyatan. Jika Namira bertamu di rumah Mery, dan kebetulan Emeliana
tak sedang serius bekerja, dia akan menonton bersama kedua gadis itu, KEI: 110.
Sejak kerusuhan memanas di pulau Kei dan sekitarnya, Mery selalu mencurahkan perhatiannya kepada Namira. Mery sangat sedih dengan kondisi Namira. Dia terus mencari tahu
khabar tentang keadaan sahabatnya itu. Hal ini digambarkan pada kutipan berikut. Mery memeluk Namira dan mengucapkan maaf berkali-kali. Mereka
bertangis-tangisan dalam kondisi panik. Beberapa saat yang lalu, Mery meminta pamannya untuk menjemput Namira di Langgur dan
membawanya ke Evu. Emiliana baru saja menerima kabar lewat radio komunikasi kalau Langgur telah rusuh, dia meminta Mery dan Orlando
adiknya segera menjemput Namira, KEI: 128.
Dari kutipan di atas, digambarkan bagaimana kepanikan yang dirasakan Mery saat mengetahui kamp pengungsian yang ditempati Namira diserang oleh kelompok perusuh. Secepat
mungkin Mery menjemput Namira ke kamp pengungsiannya. Upaya yang dilakukan oleh Mery terhadap sahabatnya itu adalah bentuk kesetiaan yang dibangun dalam hubungan persahabatan
mereka. Persahabatan Mery dengan Namira yang sudah lama terjalin kini membuat keduannya memiliki ikatan batin yang kuat. Mereka sudah seperti bersaudara. Walaupun diantara mereka
terdapat perdebedaan agama yang begitu mencolok, namun keduanya tetap rukun dalam menjalin hubungan persahabatannya.
4.2.5 Hubungan Cinta