ditempuh adalah membangun interaksi yang seimbang bagi anggota masyarakatnya dan diperlukan kesadaran bersama untuk saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Menurut
Yewangoe 2002: 37, dengan demikian untuk mewujudkan kerukunan itu perlu adanya kesadaran bersama tentang keterpaduan kekuatan-kekuatan tersebut, sehingga secara bersama
pula dapat menemukan jalan keluar yang memadai bagi terciptanya kesejahteraan bersama. Membangun interaksi yang seimbang dalam suatu kelompok masyarakat dapat dilakukan melalui
musyawarah-musyawarah terbuka untuk membentuk kerjasama-kerjasama yang berkualitas dengan kepentingan bersama-sama. Dalam novel KEI, ada beberapa bentuk kerukunan yang
digambarkan dalam kehidupan masyarakat Kei, yaitu sebagi berikut.
4.2.1 Hubungan Kerjasama Antar Masyarakat Kei
Menurut Hendropuspito 1989: 236 bahwa kerja sama adalah suatu bentuk proses sosial di mana dua atau lebih perorangan atau kelompok mengadakan kegiatan guna mencapai tujuan
yang sama. Membangun kerja sama bukan hanya bertujuan untuk menghasilkan program kerja bersama dalam masyarakat tersebut. Namun, kerja sama juga dapat mempererat hubungan setiap
individu yang terlibat di dalamnya. Dalam kehidup bermasyarakat, suatu kegiatan kerja sama sangat diperlukan untuk melatih cara berfikir yang baik, berbicara anggota masyarakatnya
menghasilkan kesepakatan bersama sebelum kerja sama tersebut dimulai. di antara anggota masyarakatnya juga berfungsi untuk mempererat keberasamaan pada setiap anggota masyarakat.
Dalam novelnya, Erni Aladjai menggambarkan kehidupan rukun yang tercipta di antara masyarakat di pulau Kei. Kerukunan tersebut terjalin melalui hubungan kerjasama-kerjasama
yang dibangun antar masyarakatnya. Kerja sama yang dilakukan dalam bentuk kegiatan aktivitas kemanusiaan. Banyak kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh masyarakat yang berada di
pulau Kei khususnya di kamp-kamp pengungsian. Hal inilah yang terlihat dalam kutipan berikut.
Universitas Sumatera Utara
Namira sedang memotong-motong sayur pare saat Sala mendekatinya, membawa serumpun ikat ikan bobara dan sekeranjang kerang.
“Kami dari memancing, kasihan ibu-ibu pengungsi yang sedang menyusui itu, mereka makan mi instan terus,” kata Sala sembari meletakkan ikan
dalam sebuah loyang dan mengangkatnya di depan Namira. Gadis itu terpana mendengar rangkaian kalimat yang meluncur dari mulut Sala.
Jarang sekali lelaki di usia muda seperti dirinya memikirkan nasib air susu ibu-ibu, KEI: 70.
Dari kutipan di atas, dapat dilihat bahwa apa yang sedang dilakukan oleh Sala merupakan bentuk kepeduliannya terhadap para ibu yang berada di pengungsian. Saat kerusuhan sedang
terjadi, Sala bahkan tidak memikirkan tentang kondisi dirinya. Keinginan Sala mambantu sesamanya tulus dari hatinya, bukan karena paksaan.
Di pengungsian, para pemuda terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan kemanusiaan. Bersama dengan Tim Relawan Kemanusiaan TKR, para kaum pemuda saling bahu membahu
untuk memberikan pelayanan dan pengamanan kepada warga yang sedang mengungsi. Baik kaum lelaki dan perempuan, yang tua dan yang muda, saling bekerja sama untuk kepentingan
bersama-sama. Di sana para perempuan anggota Tim Relawan Kemanusiaan TKR
tengah memasak buat para pengungsi. Batu-batu besar berdiri tiga menyerupai segitiga. Di atasnya dandang-dandang besar mengepulkan uap
panas. Namira turut serta. Gadis bermata cokelat itu menggosok-gosokkan majun di permukaan meja panjang. Lalu, dia meleret-leretkan loyang yang
berisi makanan buat pengungsi, KEI: 70. Pukul tujuh malam, para perempuan saling membantu mengangkat
loyang-loyang berisi ubi, sayur, dan ikan kuah. Para lelaki makan malam secara bergantian. Selebihnya berjaga-jaga di luar, KEI: 71.
Di desa Kei, masyarakatnya hidup dalam kemajemukan. Beragaman agama, etnis, antargolongan ada dalam kehidupan masyarakatnya. Namun, dalam kemajemukan tersebut
masyarakatnya dapat hidup berdampingan. Walaupun di tengah konflik SARA Suku, Agama,
Universitas Sumatera Utara
Ras, dan Antargolongan yang terjadi, masyarakat Kei tetap saling menghargai dan menolong sesamanya. Mereka selalu menjaga kehidupan yang rukun dalam keberagamannya tersebut.
4.2.2 Kerukunan Antar Umat Beragama