Pengambilan dan Pengolahan Sampel .1 Pengambilan sampel Karakterisasi Simplisia

20 Sebanyak 1,359 gram raksa II klorida dilarutkan dalam air suling hingga 60 ml. Pada wadah lain sebanyak 5 gram kalium iodida dilarutkan dalam 10 ml airsuling, kemudian keduanya campur dan ditambahkan air suling hingga 100 ml Depkes RI., 1995.

3.2.6 Pereaksi besi III klorida 10

Sebanyak 10 gram besi III klorida ditimbang, dilarutkan dalam air suling sehingga diperoleh larutan 100 ml Depkes RI., 1995.

3.2.7 Pereaksi Bouchardat

Sebanyak 4 gram kalium iodida dilarutkan dalam air suling dan sebanyak 2 gram iodium dilarutkan dalam larutan kalium iodida dan dicukupkan dengan air suling hingga 100 ml Depkes RI., 1995. 3.2.8 Pereaksi natrium hidroksida 2 N Sebanyak 8,001 gram kristal natrium hidroksida ditimbang, dilarutkan dalam air suling sehingga diperoleh larutan 100 ml Depkes RI., 1995.

3.2.9 Pereaksi asam nitrat 0,5 N

Sebanyak 3,4 ml asam nitrat pekat diencerkan dengan air suling hingga 100 ml Depkes RI., 1995.

3.2.10 Pereaksi timbal II asetat 0,4 M

Sebanyak 15,17 g timbal II asetat dilarutkan dalam air suling bebas CO 2 hingga 100 ml Depkes RI., 1995. 3.3 Pengambilan dan Pengolahan Sampel 3.3.1 Pengambilan sampel 21 Pengambilan sampel dilakukan secara purposif tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang tanaman patah tulang yang masih segar, yang diambil dari daerah Padang Bulan, Kotamadya Medan, Sumatera Utara.

3.3.2 Identifikasi tumbuhan

Identifikasi tanaman patah tulang dilakukan oleh bagian Herbarium Medanense MEDA Universitas Sumatera Utara.

3.3.3 Pengolahan sampel

Batang tanaman patah tulang terlebih dahulu di potong menjadi ukuran ukuran yang lebih kecil, dibersihkan dari pengotoran, dicuci bersih dengan air mengalir, ditiriskan, kemudian dikeringkan di udara terbuka dan terlindung dari cahaya matahari. Selanjutnya dikeringkan di lemari pengering pada suhu 50 ˚C.Sampel yang telah kering diserbuk kemudian disimpan dalam wadah bersih.

3.4 Karakterisasi Simplisia

Karakterisasi simplisia meliputi penetapan kadar air,penetapan kadar sari yang larut dalam air,penetapan kadar sari yang larut dalam etanol,penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu tidak larut dalam asam.

3.4.1 Penetapan kadar air

Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu alas bulat, lalu didestilasi selama 2 jam. Setelah itu, toluen dibiarkan mendingin selama 30 menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 ml. Kemudian ke dalam labu tersebut dimasukkan 5 gram sampel yang telah 22 ditimbang seksama, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik.Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen.Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen World Health Organization, 1992.

3.4.2 Penetapan kadar sari yang larut dalam air

Sebanyak 5 gram serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml air-kloroform 2,5 ml kloroform dalam air sampai 1 liter menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam dan disaring. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasarkan rata yang telah ditara.Sisa dipanaskan sampai kering pada suhu 105 o C hingga bobot tetap.Kadar sari yang larut dalam air dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara Depkes RI., 1995.

3.4.3 Penetapan kadar sari larut dalam etanol

Sebanyak 5 gram serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dengan 100 ml etanol 95 menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Disaring dengan cepat untuk menghindarkan penguapan dari etanol, sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara.Sisa dipanaskan sampai kering pada suhu 105 o C hingga bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam 23 etanol dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara Depkes RI., 1995

3.4.4 Penetapan kadar abu

Sebanyak 2 gram serbuk simplisia yang telah digerus ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam krus porselen yang telah terlebih dahulu dipijar dan ditara, kemudian diratakan.Lalu krus dipijarkan perlahan-lahan sampai bobot tetap.Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara Depkes.,RI1995.

3.4.5 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas. Residu dan kertas saring dipijar sampai bobot tetap.Kadar abu yangtidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara Depkes RI., 1995.

3.5 Skrining Fitokimia