PENEGAKAN DIAGNOSA .1 Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik

kolorektal, seperti infeksi, wasir, sindrom iritasi usus, atau penyakit inflamasi usus. Kanker kolorektal dapat menyebabkan satu atau lebih gejala di bawah ini :  Perubahan kebiasaan buang air besar, seperti diare, sembelit, atau penyempitan tinja, yang berlangsung selama lebih dari beberapa hari  Sebuah perasaan bahwa anda harus memiliki buang air besar yang tidak lega dengan demikian  Rektal perdarahan  Darah dalam tinja yang mungkin membuatnya terlihat gelap  Kram atau perut belly nyeri  Kelemahan dan kelelahan  Penurunan berat badan yang tidak diinginkan 2.11 PENEGAKAN DIAGNOSA 2.11.1 Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik Menanyakan tanda-tanda atau gejala yang mungkin. Menanyakan riwayat medis lengkap untuk memeriksa gejala dan faktor risiko, termasuk sejarah keluarga penderita. Untuk pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa bagian abdomen untuk mendeteksi ada massa atau pembesaran organ. Melakukan pemeriksaan colok dubur :

2.11.1.1 Pemeriksaan Rektum

Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral, posterior, dan anterior, serta spina iskiadika, sakrum dan koksigeus dapat diraba dengan mudah. Metastasis intraperitoneal dapat teraba pada bagian anterior rektum dimana sesuai dengan posisi anatomis kantong douglas sebagai akibat infiltrasi sel neoplastik. Terabanya massa abdominal menunjukkan suatu penyakit yang sudah lanjut. Pada rectal examination pemeriksaan colok dubur yang harus dinilai adalah: Universitas Sumatera Utara a. Keadaan tumor: ekstensi lesi pada dinding rektum serta letak bagian terendah terhadap cincin anorektal, serviks uteri, bagian atas kelenjar prostat atau ujung os koksigeus. b. Mobilitas tumor: hal ini sangat penting untuk mengetahui prospek terapi pembedahan lesi yang sangat dini biasanya masih dapat digerakkan pada lapisan otot dinding rektum. Pada lesi yang sudah mengalami ulserasi lebih dalam umumnya terjadi perlekatan dan fiksasi karena penetrasi atau perlekatan ke struktur ekstrarektal seperti kelenjar prostat, buli-buli, dinding posterior vagina atau dinding anterior uterus.

2.11.2 Pemeriksaan Laboratorium

Penelitian laboratorium dilakukan dengan tujuan menilai fungsi organ pasien hati, ginjal untuk mengantisipasi prosedur diagnostik dan terapi dan juga untuk memperkirakan beban tumor. Studi mungkin termasuk yang berikut:  Jumlah sel darah lengkap  Tes fungsi hati  Tes fungsi ginjal  Tumor marker :  Carcinoembrionic Antigen CEA  CA 19-9

2.11.2.1 CEA

CEA adalah sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang masuk ke dalam peredaran darah, dan digunakan sebagai marker serologi untuk memonitor status kanker kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini dan metastasis ke hepar. CEA tidak spesifik untuk screening kanker kolorektal. Nilai CEA serum baru dapat dikatakan Universitas Sumatera Utara bermakna pada monitoring berkelanjutan dan berguna sebagai pertanda prognosis setelah pembedahan dan sebagai pembanding dengan nilai sebelum dilakukan operasi. Tingginya kadar CEA pre-operatif merupakan suatu indikator prognostik yang buruk. Tingginya kadar CEA dalam serum menunjukkan bahwa kanker lebih ekstensif dan kemungkinan terjadi kekambuhan post-operatif. Setelah dilakukan reseksi kanker secara lengkap, kadar CEA serum akan turun menjadi normal, kegagalan serum CEA menjadi normal post-operatif menunjukkan reseksi yang dilakukan tidak lengkap dan masih tersisa. Nilai normal: 5,0 ngml .

2.11.2.2 CA 19-9

Kegunaan pemeriksaan CA 19-9 adalah sebagai penanda tumor tumor marker. Selain itu digunakan untuk diagnosis kanker pankreas, membantu membedakan kanker pankreas dan saluran empedu, serta kondisi non kanker seperti pankreatitis, memonitor respon terhadap terapi, memonitor prognosis kanker pankreas, pemeriksaan pendukung seperti: CEA, bilirubin, fungsi hati. 2.11.3 Pemeriksaan Penunjang 2.11.3.1 Fleksibel Sigmoidoskopi Sebuah ramping, fleksibel, berongga, berlampu tabung dimasukkan melalui rektum ke dalam usus besar oleh pemeriksa terlatih. Sigmoidoscope adalah sekitar 2 kaki panjang 60 cm dan memberikan pemeriksaan visual dari rektum dan bawah sepertiga dari usus besar kolon sigmoid. Sederhana pembersihan usus, biasanya dengan enema, perlu untuk mempersiapkan usus besar, dan prosedur ini biasanya dilakukan tanpa sedasi. Jika ada polip atau tumor ini, pasien dirujuk untuk kolonoskopi sehingga seluruh usus dapat diperiksa. Universitas Sumatera Utara

2.11.3.2 Pemeriksaan Barium Enema dengan Kontras Udara

Penggunaan prosedur ini, yang juga Disebut Double-Contrast Barium Enema DCBE, telah menjadi sangat jarang karena meningkatnya ketersediaan kolonoskopi. Barium sulfat diperkenalkan ke dalam usus dibersihkan melalui rektum untuk sebagian mengisi dan membuka usus besar. Air kemudian diperkenalkan untuk memperluas usus dan meningkatkan kualitas sinar-X yang diambil. Metode ini kurang sensitif dibandingkan kolonoskopi untuk memvisualisasikan polip kecil atau kanker. Jika polip atau kelainan lainnya terlihat, pasien harus dirujuk untuk kolonoskopi sehingga usus besar dapat diperiksa lebih lanjut.

2.11.3.3 Kolonoskopi

Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh mukosa kolon dan rektum. Sebuah standar kolonoskopi panjangnya dapat mencapai 160 cm. Kolonoskopi merupakan cara yang paling akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94 . Teknologi kromoendoskopi dapat membantu membedakan jenis polip dan adenokarsinoma awal sehingga tindakan polipektomi dapat dilakukan pada saat pemeriksaan kolonoskopi dilakukan tanpa perlu konfirmasi pemeriksaan histopatologi. Kanker kolorektal stadium lanjut nampak sebagai massa eksofitik besar tumbuh ke intralumen, atau sebagai striktur kolon karena pertumbuhan sirkumferential intralumen. Keganasan dicirikan sebagai striktur kolon yang ulseratif, berindurasi, asimetris, dan mempunyai tepi yang iregular. Penampakan secara kolonoskopi hanya merupakan gambaran sugestif, bukan suatu hal defenitif. Sehingga pemeriksaan patologi anatomi dari biopsi kolon dan pemeriksaan analisis sitologi dari sikatan mukosa kolon diperlukan. Universitas Sumatera Utara

2.11.3.4 Biopsi

Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat penting. Jika terdapat sebuah obstruksi sehingga tidak memungkinkan dilakukannya biopsi maka sikat sitologi akan sangat berguna. Pada penelitian mengenai gambaran histologi kanker kolorektal dari tahun 1998-2001 di Amerika Serikat yang melibatkan 522.630 kasus kanker kolorektal. Didapatkan gambaran histopatologi dari kanker kolorektal sebesar 96 berupa adenokarsinoma, 2 karsinoma lainnya termasuk karsinoid tumor , 0,4 epidermoid karsinoma, dan 0,08 berupa sarkoma.

2.11.3.5 Pencitraan Imaging

Pencitraan yang memadai dari dada dan perut harus diperoleh untuk tujuan pementasan, idealnya sebelum operasi. Perut panggul Computed Tomography CT, kontras USG perut hati, dan perut panggul Magnetic Resonance Imaging MRI scan sesuai untuk pencitraan perut dan hati, untuk tujuan pementasan. Pencitraan juga mungkin termasuk rontgen dada atau CT dada scan, dan studi barium perut untuk lebih menggambarkan lesi primer sebelum operasi. Positron Emission Tomography PET Scanning yang muncul sebagai modalitas sangat berguna untuk pementasan dan penilaian dari kanker kolorektal. Tambahan terbaru, perpaduan PET CT scan, memungkinkan untuk deteksi deposit metastasis dan memiliki resolusi jaringan berdasarkan tambah dari CT. Dari catatan, beberapa histologis, terutama varian sel cincin meterai mucinous kanker kolorektal, mungkin tidak baik divisualisasikan pada scan PET. Universitas Sumatera Utara

2.11.4 Screening Penapisan Kanker Kolorektal

Penapisan screening merupakan suatu deteksi dini dengan melakukan investigasi pada individu asimptomatik yang bertujuan untuk mendeteksi adanya penyakit pada stadium dini dapat dilakukan tindakan kuratif. Sehingga akan berakibat menurunnya mortalitas. Dengan deteksi dini penapisan juga akan didapatkan lesi prekursor kanker, jika diterapi akan menurunkan insidensi kanker kolorektal. Pemeriksaan penapisan untuk masyarakat luas meliputi :  FOBT Fecal Occult Blood Test setahun sekali  Sigmoidoskopi fleksibel setiap 5 tahun  Enema barium kontras ganda setiap 5 tahun  Kolonoskopi setiap 10 tahun Pemeriksaan penapisan ini sangat di anjurkan kepada masyarakat yang mempunyai gejala-gejala, faktor risiko, dan berusia di atas 50 tahun.

2.12 PENATALAKSANAAN