16
Faktor-faktor yang mendasari pemilihan antibiotika Sanjoyo, 2008: a.
Penyebab infeksi pemilihan antibiotika yang rasional adalah berdasarkan pemeriksaan
mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Pada infeksi berat seringkali harus segera diberikan antibiotika sementara sebelum diperoleh hasil pemeriksaan
mikrobiologik. Pemilihan antibiotika harus didasarkan kepada pengobatan empiris yang rasional berdasarkan etiologi yang paling mungkin serta antibiotika terbaik
untuk infeksi tersebut Setiabudy dan Vincent, 2007. b.
Faktor pasien Faktor pasien yang perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotika adalah
fungsi organ tubuh pasien yaitu fungsi ginjal, fungsi hati, riwayat alergi, daya tahan terhadap infeksi status imunologis, daya tahan terhadap obat, beratnya
infeksi, usia, untuk wanita apakah sedang hamil atau menyusui.
2.2.2 Klasifikasi antibiotika
Antibiotika dapat digolongkan atas dasar mekanisme kerjanya sifatnya
apakah bakterisid atau bakteriostatis Tjay dan Rahardja, 2006:
a. Bakterisid adalah zat yang pada dosis biasa berkhasiat mematikan kuman.
Contohnya penisilin, sefalosporin, aminoglikosida, polimiksin B, kolistin, vankomisin, basitrasin, sikloserin, heksamin dan rifampisin.
b. Bakteriostatis adalah zat yang pada dosis biasa terutama berkhasiat
menghentikan pertumbuhan dan perbanyakan kuman. Pemusnahannya harus dilakukan oleh sistem pertahan tubuh sendiri dengan jalan fagositosis
dimakan oleh limfosit seperti sulfonamid, kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida, linkomisin, P-amino salisilat dan asam fusidat.
Universitas Sumatera Utara
17
Penggolongan lain juga didasarkan spektrum aktivitasnya Siswandono dan Soekardjo 1995:
a. Antibiotika broad-spektrum aktivitas luas efektif terhadap kuman gram
positif dan kuman gram negatif. Antara lain turunan tetrasiklin, kloramfenikol, rifampisin, beberapa turunan penisilin seperti ampisilin,
amoksisilin, karbenisilin dan sebagian besar turunan sefalosporin. b.
Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap Gram positif. Misalnya penisilin G, penisilin V, eritromisin lebih peka terhadap gram
positif dan larut dalam suasana basa, klindamisin, kanamisin dan asam fusidat.
c. Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap Gram negatif.
contohnya streptomisin, gentamisin, polimiksin B dan asam nalidiksat. d.
Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap Mycobacteriae anti tuberkulosis. Contoh: streptomisin, kanamisin, rifampisin, sikloserin dan
viomisin. e.
Antibiotika yang aktif terhadap jamur anti jamur. Contoh: griseofulvin dan antibiotika polien seperti nistatin,amfoterisin B dan kandisidin.
Berdasarkan perbedaan morfologi dan fungsi biokimia sel-sel mikroba dan sel-sel host, pada prinsipnya ditemukan lima jenis aktivitas yang dapat dihalang
oleh antibiotika. Berdasarkan sasaran tindakan antibiotika terhadap mikroba, maka antibiotika dapat digolongkan ke dalam lima golongan Setiabudy dan
Vincent, 2007:
Universitas Sumatera Utara
18
a. Antibiotika penghambat sintesis dinding sel
Antibiotika yang menghambat sintesis dinding sel mikroba. Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah penisilin, sefalosporin, basitrasin,
vankomisin dan sikloserin. Dinding sel bakteri, terdiri dari polipeptidoglikan yaitu suatu kompleks polimer mukopeptida glikopeptida. Sikloserin menghambat
reaksi yang paling dini dalam proses sintesis dinding sel, diikuti berturut-turut oleh basitrasin, vankomisin dan diakhiri oleh pensilin serta sefalosporin, yang
menghambat reaksi terakhir transpeptidasi dalam rangkaian reaksi tersebut. Oleh karena tekanan osmotik dalam sel kuman lebih tinggi daripada di luar sel maka
kerusakan dinding sel kuman akan menyebabkan dinding sel pecah atau lisis Setiabudy dan Vincent, 2007.
b. Antibiotika penghambat sintesis protein ribosom Obat yang termasuk ke dalam kelompok menghambat sintesis protein
mikroba adalah aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin dan
kloramfenikol. Untuk kehidupannya sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom. Ribosom pada bakteri terdiri dari
dua sub unit yaitu ribosom 30S dan 50S Setiabudy dan Vincent, 2007. Untuk berfungsi pada sintesis protein kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal
rantai messenger-ribonuclic acid mRNA menjadi ribosom 70S. Streptomisin mengikatkan diri pada komponen ribosom 30S menyebabkan kode pada mRNA
salah dibaca oleh transfer-RNA sehingga terbentuk protein abnormal dan tidak berfungsi bagi sel mikroba, gentamisin, kanamisin dan neomisin memiliki
mekanisme kerja yang sama. Tetrasiklin mengikatkan diri pada ribosom 30S dan menghalanginya masuknya kompleks tRNA-asam amino pada lokasi asam amino,
Universitas Sumatera Utara
19
sedangkan kloramfenikol mengikatkan diri pada ribosom 50S menghambat pengikatan asam amino oleh enzim peptidil transferase Nasution dan Ronald,
1988. c.
Antibiotika penghambat sintesis asam nukleat Antimikroba yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba, yang
termasuk ke dalam kelompok ini ialah rifampisin dan golongan kuinolon. Rifampisin berikatan dengan enzim polimerase ribonuclic acid RNA sehingga
menghambat sintesis RNA dan deoxyribonucleic acid DNA. Golongan kuinolon menghambat enzim DNA girase pada kuman yang berfungsi menata kromosom
yang sangat panjang menjadi bentuk spiral hingga muat dalam sel kuman yang kecil Nasution dan Ronald, 1988.
d. Antibiotika pengganggu fungsi membran sel Antibiotika yang menggangu keutuhan membran sel mikroba. Obat yang
termasuk dalam kelompok ini ialah polimiksin. Antibiotika seperti polimiksin mengandung 5 buah gugus NH
2
bebas dalam molekulnya sehingga bersifat basa. Polimiksin ini akan merusak membran sel setelah bereaksi dengan fosfat pada
fosfolipid membran sel mikroba. Polimiksin tidak efektif terhadap bakteri gram positif karena kadar fosfat bakteri ini sangat rendah sedangkan pada bakteri gram
negatif yang telah resisten terhadap antibiotika ini terhadap antibiotika ini ternyata telah mempunyai kadar fosfat yang rendah pula pada membran selnya Nasution
dan Ronald, 1988. e.
Antibiotika penghambat metabolisme energi mikroba antimetabolit Antibiotika yang menghambat metabolisme sel mikroba. Antibiotika yang
termasuk ke dalam kelompok ini adalah sulfonamid, trimetropin, asam p-amino
Universitas Sumatera Utara
20
salisilat PAS dan sulfon. Dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek bakteriostatik. Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya.
Kuman patogen harus mensintesis sendiri asam folat dari asam para amino benzoat PABA untuk kebutuhan hidupnya. Apabila solfonamid atau sulfon
menang bersaing dengan PABA maka terbentuklah analog asam folat yang non fungsional. Akibatnya kehidupan mikroba akan terganggu. Untuk dapat bekerja
dihidrofolat harus diubah menjadi asam tetrahidrofolat, Enzim dihidrofolat reduktase yang berperan di sini dihambat oleh trimetropim Setiabudy dan
Vincent, 2007.
2.3 Farmakoekonomi 2.3.1 Pengertian farmakoekonomi