Berdasarkan gambar 4.2 dapat diamati bahwa porositas genteng yang dihasilkan mengalami kenaikan pada sampel 3 dan 4 yaitu 16,48 dan 19,51,
hal ini sesuai dengan kerapatan yang diperoleh pada sampel 3 dan 4 yaitu 2,35 grcm
3
dan 2,30 grcm
3
. Porositas berbanding terbalik dengan kerapatan suatu bahan yang berpengaruh terhadap kekuatan sifat fisis maupun mekanis. Pada
sampel 2 menunjukkan persentase porositas yang terendah yaitu sebesar 12,36, hal ini menunjukkan tidak banyaknya rongga atau kekosongan pada sampel
tersebut. Porositas juga sangat berpengaruh terhadap kekuatan mekanis suatu bahan karena apabila semakin banyak rongga maka semakin rendah pula sifat
mekanisnya.
4.1.3. Pengujian Daya Serap Air DSA
Pengujian daya serap air dilakukan untuk mengetahui besarnya persentase air yang terserap oleh sampel yang direndam selama 24 jam Husna,2011. Pengujian
daya serap air telah dilakukan pada semua sampel dengan masing-masing komposisi. Besarnya daya serap air dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.3. Data hasil pengujian dan perhitungan daya serap air selengkapnya disajikan dalam Tabel 4.3. sebagai berikut.
Tabel 4.3. Nilai Daya Serap Air Genteng Komposit Polimer Serat Pinang Nomor
Sampel Persentase Berat
Pasir Hitam : Aspal : Serat Pinang : Styrofoam : Poliester DSA
1 65 : 5 : 0 : 1 : 29
5,90 2
64 : 5 : 1 : 1 : 29 5,24
3 63 : 5 : 2 : 1 : 29
7,29 4
62 : 5 : 3 : 1 : 29 7,66
Berdasarkan Tabel 4.3. di atas dapat dilihat bahwa nilai daya serap air berada pada interval 5,24 – 7,66. Nilai daya serap air terendah terlihat pada
sampel 2 dengan komposisi serat pinang 1 yaitu sebesar 5,24, sedangkan nilai daya serap air tertinggi terlihat pada sampel 4 dengan komposisi serat pinang
3 yaitu sebesar 7,66. Dari Tabel 4.3. dapat dilihat gambar grafik hubungan antara daya serap air dengan persentase serat pinang berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
DS A
Gambar 4.3. Grafik H Berdasarkan g
seiring dengan bertam 2 dimana pada sampe
penguat. Dengan ada menjadi homogen se
dibandingkan dengan ini sesuai dengan ka
bersifat kedap air. Untuk sampel 3
hal ini oleh penggun matriks serta ketidak
komposit yang dihasi dapat membentuk ban
Jika kita meruj penyerapan air maksi
dalam penelitian ini unt standart antara 5,24
genteng komposit pol dibandingkan dengan
menyerap air.
5.9 5.24
7.29 7.66
2 4
6 8
10
1 2
3
DS A
Persentase Serat Pinang
Daya Serap Air
Daya Serap Air
k Hubungan Daya Serap Air Dengan dan Tanpa S n gambar 4.3 dapat dilihat bahwa daya serap
ambahnya serat. Daya serap air terendah terdapa mpel ini menggunakan serat pinang sebany
danya serat sebanyak 1 ini membuat ikatan m sehingga cacat berupa rongga yang terbentuk
an komposit yang menggunakan serat pinang le n karakteristik matriks poliester, aspal dan s
pel 3 dan 4 dimana daya serap airnya sebesar 7,29 unaan serat yang terlalu banyak, lemahnya i
dak homogenan campuran mengakibatkan terjadi hasilkan, selain permukaan komposit yang tida
uk banyaknya rongga di dalam material komposit. erujuk pada Badan Standarisasi Nasional Indone
ksimal 10, maka genteng komposit polimer ni untuk sampel 1 sampai 4 lebih rendah nilainya
5,24 sampai 7,66. Hal ini menunjukkan bahwa polimer yang dihasilkan pada penelitian ini
gan nilai daya serap air Badan SNI, karena
Daya Serap Air
npa Serat Pinang rap air meningkat
dapat pada sampel nyak 1 sebagai
n matriks dan pasir ntuk relatif rendah
lebih banyak, hal n styrofoam yang
7,29 dan 7,66, a ikatan serat dan
jadinya cacat pada tidak merata juga
posit. Indonesia, dimana
er yang dihasilkan nya yaitu di bawah
hwa daya serap air ni lebih optimum
rena lebih sedikit
Universitas Sumatera Utara
4.2. Sifat Mekanik G 4.2.1. Pengujian Ku