3.4 Diagram Alir Penelitian
disaring dipanaskan pada suhu
56
o
C didinginkan hingga mencapai suhu ruang
diaduk sampai merata
dipress menggunakan cetak kempa selama 30 menit pada suhu 70
o
C
dilepas dari cetakan
dipotong sesuai ukuran spesimen
Pasir Aspal
Pasir Halus Aspal Cair
Campuran Komposit
Sifat Fisis : 1. Densitas
2. Porositas 3. Daya serap air
Sifat Mekanik : 1. Uji impak
2. Uji kekuatan lentur
diaduk sampai merata Campuran
Poliester dan
Styrofoam
p
Dituang ke dalam cetakan Serat pinang disusun di tengah
Didinginkan pada suhu ruang selama 24 jam
Genteng Komposit Polimer
Data Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan
Dikeringkan di bawah sinar
matahari
Universitas Sumatera Utara
29
De ns
ita s
gr c
m
3
4.1. Sifat Fisis Gente 4.1.1. Pengujian Den
Densitas merupakan benda dengan volum
persamaan 2.1. Data disajikan dalam Tabel
Tabel 4.1. Nilai Nomor
Sampel Pasir Hitam
1 2
3 4
Berdasarkan T pada interval 2,13 –
tanpa serat pinang de densitas tertinggi terli
Dari Tabel 4.1. dapa persentase serat pinan
Gambar 4.1. G
29
2.13 2.54
2.35 2.3
1.9 2
2.1 2.2
2.3 2.4
2.5 2.6
1 2
3
De ns
ita s
gr c
m
3
Persentase Serat Pinang
Densitas
Densitas
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
nteng Komposit Polimer ensitas density
n sifat fisis yang menunjukkan perbandinga ume. Besarnya densitas dapat dihitung dengan
ata hasil pengujian dan perhitungan densita bel 4.1. sebagai berikut:
ilai Densitas Genteng Komposit Polimer Serat Persentase Berat
am : Aspal : Serat Pinang : Styrofoam : Polie 65 : 5 : 0 : 1 : 29
64 : 5 : 1 : 1 : 29 63 : 5 : 2 : 1 : 29
62 : 5 : 3 : 1 : 29
n Tabel 4.1. di atas dapat dilihat bahwa nilai – 2,54 grcm
3
. Nilai densitas terendah terlihat dengan nilai densitas sebesar 2,13 grcm
3
, se rlihat pada sampel 2 dengan nilai densitas sebe
dapat dilihat gambar grafik hubungan antara de nang berikut ini.
4.1. Grafik Hubungan Densitas Dengan dan Tanpa
29
Densitas
gan antara massa gan menggunakan
nsitas selengkapnya
erat Pinang
oliester Densitas
grcm
3
2,13 2,54
2,35 2,30
ai densitas berada hat pada sampel 1
, sedangkan nilai besar 2,54 grcm
3
. a densitas dengan
npa Serat Pinang
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Gambar 4.1 dapat diamati bahwa kerapatan genteng yang dihasilkan nilainya menurun pada sampel 3 dan 4, pengurangan pasir dan
penambahan serat mengakibatkan adanya penambahan fraksi volume, hal ini disebabkan adanya perbedaan antara kerapatan serat pinang dan pasir, dengan
fraksi berat yang sama antara pasir dan serat pinang namun fraksi volume keduanya akan berbeda sehingga dengan pengurangan pasir dan penambahan serat
pinang dalam fraksi berat yang sama dapat menambah volume genteng komposit polimer yang dihasilkan, hal ini akan berpengaruh terhadap nilai kerapatan
genteng tersebut. Hasil pengujian sampel 2 menunjukkan nilai kerapatannya lebih besar
dibandingkan sampel 1, 3 dan 4 yaitu 2,54 grcm
3
, penambahan fraksi berat serat pinang sebanyak 1 memberikan pengaruh yang optimum terhadap volume
genteng komposit polimer yang dihasilkan. Namun pada sampel 3 dan 4 dengan komposisi serat 2 dan 3, nilai kerapatannya menurun, hal ini disebabkan
jumlah serat yang digunakan sudah melebihi batas maksimal, ketidakmampuan matriks mengikat serat dalam jumlah yang banyak mengakibatkan sampel kurang
optimum, banyak serat yang terlepas dan terjadinya banyak rongga baik di permukaan material maupun yang terbentuk di dalamnya.
Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa penambahan serat pinang dalam batas ukuran tertentu dapat memperbaiki sifat fisis genteng komposit
polimer yang dihasilkan, namun jika serat yang digunakan sudah melebihi batas maksimal maka komposit yang dihasilkan akan kurang optimum. Suryati, 2012
Saat ini Badan Standarisasi Nasional Indonesia belum mengeluarkan persyaratan khusus untuk densitas genteng polimer, dalam penelitian ini standart
yang digunakan mengacu pada spesifikasi sebuah genteng polimer komersil. Nilai kerapatan genteng polimer acuan adalah sebesar 1500 kgm
3
atau sama dengan 1,5 grcm
3
sedangkan nilai kerapatan genteng polimer yang dihasilkan dalam penelitian ini berkisar antara 2130 kgm
3
sampai 2540 kgm
3
atau sama dengan 2,13 grcm
3
sampai 2,54 grcm
3
. Ini artinya kerapatan yang diperoleh dalam penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan nilai kerapatan genteng rujukan.
Nilai kerapatan yang mendekati standart diperoleh pada sampel 1 yaitu 2130 kgm
3
. Hal ini menunjukkan bahwa densitas genteng yang dihasilkan dalam
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini lebih opt karena semakin besar
tersebut.
4.1.2. Pengujian Porosi Porositas didefinisika
suatu sampel yang be dalam satuan persen
persamaan 2.2. Data disajikan dalam Tabel
Tabel 4.2. Nilai Nomor
Sampel Pasir Hitam
1 2
3 4
Berdasarkan T pada interval 12,36
dengan komposisi se sedangkan nilai porosi
sebesar 19,51 . Da porositas dengan perse
Gambar 4.2. Graf
12.6 12.36
16.84 19.51
5 10
15 20
25
1 2
3
Po ro
sit as
Persentas serat pinang
Porositas
Porositas
h optimum dibandingkan dengan densitas gent sar nilai kerapatan suatu bahan maka semaki
orositas porosity
sikan sebagai banyaknya lubang atau pori yang berhubungan langsung dengan kerapatan. Porosi
n . Besarnya porositas dapat dihitung denga ata hasil pengujian dan perhitungan porosita
bel 4.2. sebagai berikut.
ilai Porositas Genteng Komposit Polimer Ser Persentase Berat
am : Aspal : Serat Pinang : Styrofoam : Polie 65 : 5 : 0 : 1 : 29
64 : 5 : 1 : 1 : 29 63 : 5 : 2 : 1 : 29
62 : 5 : 3 : 1 : 29
n Tabel 4.2. di atas dapat dilihat bahwa nilai por – 19,51. Nilai porositas terendah terlihat
serat pinang 1 dengan nilai porositas sebe porositas tertinggi terlihat pada sampel 4 dengan
Dari Tabel 4.2. dapat dilihat gambar grafik hubun n persentase serat pinang berikut ini.
rafik Hubungan Porositas Dengan dan Tanpa S
Porositas
genteng komersil, akin bagus bahan
ng terdapat dalam orositas dinyatakan
ngan menggunakan ositas selengkapnya
erat Pinang oliester
Porositas
12,60 12,36
16,84 19,51
i porositas berada hat pada sampel 2
sebesar 12,36 ,
gan nilai porositas k hubungan antara
npa Serat Pinang
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan gambar 4.2 dapat diamati bahwa porositas genteng yang dihasilkan mengalami kenaikan pada sampel 3 dan 4 yaitu 16,48 dan 19,51,
hal ini sesuai dengan kerapatan yang diperoleh pada sampel 3 dan 4 yaitu 2,35 grcm
3
dan 2,30 grcm
3
. Porositas berbanding terbalik dengan kerapatan suatu bahan yang berpengaruh terhadap kekuatan sifat fisis maupun mekanis. Pada
sampel 2 menunjukkan persentase porositas yang terendah yaitu sebesar 12,36, hal ini menunjukkan tidak banyaknya rongga atau kekosongan pada sampel
tersebut. Porositas juga sangat berpengaruh terhadap kekuatan mekanis suatu bahan karena apabila semakin banyak rongga maka semakin rendah pula sifat
mekanisnya.
4.1.3. Pengujian Daya Serap Air DSA
Pengujian daya serap air dilakukan untuk mengetahui besarnya persentase air yang terserap oleh sampel yang direndam selama 24 jam Husna,2011. Pengujian
daya serap air telah dilakukan pada semua sampel dengan masing-masing komposisi. Besarnya daya serap air dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.3. Data hasil pengujian dan perhitungan daya serap air selengkapnya disajikan dalam Tabel 4.3. sebagai berikut.
Tabel 4.3. Nilai Daya Serap Air Genteng Komposit Polimer Serat Pinang Nomor
Sampel Persentase Berat
Pasir Hitam : Aspal : Serat Pinang : Styrofoam : Poliester DSA
1 65 : 5 : 0 : 1 : 29
5,90 2
64 : 5 : 1 : 1 : 29 5,24
3 63 : 5 : 2 : 1 : 29
7,29 4
62 : 5 : 3 : 1 : 29 7,66
Berdasarkan Tabel 4.3. di atas dapat dilihat bahwa nilai daya serap air berada pada interval 5,24 – 7,66. Nilai daya serap air terendah terlihat pada
sampel 2 dengan komposisi serat pinang 1 yaitu sebesar 5,24, sedangkan nilai daya serap air tertinggi terlihat pada sampel 4 dengan komposisi serat pinang
3 yaitu sebesar 7,66. Dari Tabel 4.3. dapat dilihat gambar grafik hubungan antara daya serap air dengan persentase serat pinang berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
DS A
Gambar 4.3. Grafik H Berdasarkan g
seiring dengan bertam 2 dimana pada sampe
penguat. Dengan ada menjadi homogen se
dibandingkan dengan ini sesuai dengan ka
bersifat kedap air. Untuk sampel 3
hal ini oleh penggun matriks serta ketidak
komposit yang dihasi dapat membentuk ban
Jika kita meruj penyerapan air maksi
dalam penelitian ini unt standart antara 5,24
genteng komposit pol dibandingkan dengan
menyerap air.
5.9 5.24
7.29 7.66
2 4
6 8
10
1 2
3
DS A
Persentase Serat Pinang
Daya Serap Air
Daya Serap Air
k Hubungan Daya Serap Air Dengan dan Tanpa S n gambar 4.3 dapat dilihat bahwa daya serap
ambahnya serat. Daya serap air terendah terdapa mpel ini menggunakan serat pinang sebany
danya serat sebanyak 1 ini membuat ikatan m sehingga cacat berupa rongga yang terbentuk
an komposit yang menggunakan serat pinang le n karakteristik matriks poliester, aspal dan s
pel 3 dan 4 dimana daya serap airnya sebesar 7,29 unaan serat yang terlalu banyak, lemahnya i
dak homogenan campuran mengakibatkan terjadi hasilkan, selain permukaan komposit yang tida
uk banyaknya rongga di dalam material komposit. erujuk pada Badan Standarisasi Nasional Indone
ksimal 10, maka genteng komposit polimer ni untuk sampel 1 sampai 4 lebih rendah nilainya
5,24 sampai 7,66. Hal ini menunjukkan bahwa polimer yang dihasilkan pada penelitian ini
gan nilai daya serap air Badan SNI, karena
Daya Serap Air
npa Serat Pinang rap air meningkat
dapat pada sampel nyak 1 sebagai
n matriks dan pasir ntuk relatif rendah
lebih banyak, hal n styrofoam yang
7,29 dan 7,66, a ikatan serat dan
jadinya cacat pada tidak merata juga
posit. Indonesia, dimana
er yang dihasilkan nya yaitu di bawah
hwa daya serap air ni lebih optimum
rena lebih sedikit
Universitas Sumatera Utara
4.2. Sifat Mekanik G 4.2.1. Pengujian Ku
Uji impak bertujua pembebanan dinamis.
dimana sampel dilet menuju sampel. Besa
persamaan 2.4. Data disajikan dalam Tabel
Tabel 4.4. Nilai K Nomor
Sampel Pasir Hita
1 2
3 4
Berdasarkan T pada interval 1837,9
sampel 4 dengan nila tertinggi terlihat pada
4985,9 Jm
2
. Dari Ta impak dengan persent
Gambar 4.4. Grafik H
2562.5 4985.9
2016.2 1837.9 1000
2000 3000
4000 5000
6000
1 2
3
Ku at
Im pa
k J
m
2
Persentase Serat Pinang
Kuat Impak
Genteng Komposit Polimer Kuat Impak impact
ujuan untuk menentukan ketangguhan sa is. Metode impak ini disesuaikan dengan
diletakkan pada kedua penumpu lalu pembeba esarnya kuat impak dapat dihitung dengan
ta hasil pengujian dan perhitungan kuat impa bel 4.4. sebagai berikut.
ai Kuat Impak Genteng Komposit Polimer Se Persentase Berat
itam : Aspal : Serat Pinang : Styrofoam : Pol 65 : 5 : 0 : 1 : 29
64 : 5 : 1 : 1 : 29 63 : 5 : 2 : 1 : 29
62 : 5 : 3 : 1 : 29
n Tabel 4.4. di atas dapat dilihat bahwa nilai kua 1837,9 – 4985,9 Jm
2
. Nilai kuat impak terenda nilai impak sebesar 1837,9 Jm
2
, sedangkan ni da sampel 2 dengan komposisi serat pinang 1
Tabel 4.4. dapat dilihat gambar grafik hubun entase serat pinang berikut ini.
afik Hubungan Kuat Impak Dengan dan Tanpa S
1837.9
3 Kuat Impak
sampel terhadap n model Charpy,
bebanan tiba–tiba gan menggunakan
pak selengkapnya
Serat Pinang Poliester
Impak Jm
2
2562,5 4985,9
2016,2 1837,9
kuat impak berada ndah terlihat pada
n nilai kuat impak 1 yaitu sebesar
hubungan antara kuat
npa Serat Pinang
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar 4.4 di atas kekuatan tertinggi dihasilkan pada sampel 2 yaitu sebesar 4985,9 Jm
2
, hal ini dikarenakan penggunaan serat yang optimum yaitu sebanyak 1 sehingga ikatan matriks dan serat homogen. Sedangkan pada sampel
3 dan 4 dengan komposisi serat 2 dan 3 , kekuatannya menurun dibandingkan dengan sampel 2.
Kekuatan impak dapat didefinisikan kekuatan bahan terhadap pembebanan dinamis. Kekuatan impak bertambah seiring dengan penambahan serat pinang
pada komposisi tertentu, dan dapat memperbaiki sifat bahan yang sebelumnya getas menjadi liat. Pada sampel 4 dengan komposisi serat pinang 3 terlihat nilai
kuat impak terendah dibandingkan dengan komposisi serat yang lain. Hal ini dapat disebabkan serat yang digunakan sebanyak 3 sedangkan komposisi
matriks dalam penelitian ini menggunakan poliester dengan komposisi yang tetap yaitu 29 sehingga serat mendominasi komposit, adanya kejenuhan dari matriks
pada komposisi serat pinang 3 mengakibatkan ikatan antara matrik dan serat melemah, kurangnya tingkat pembasahan matriks terhadap serat mengakibatkan
banyak serat yang terlepas dari matriks, sehingga kondisi fisik genteng yang dihasilkan pada komposisi ini kurang baik.
4.2.2. Pengujian Kuat Lentur
Pengujian kekuatan lentur bertujuan untuk mengetahui ketahanan polimer terhadap pembebanan. Pengujian ini menggunakan metode three point bending.
Besarnya kuat lentur dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.5. Data hasil pengujian dan perhitungan kuat lentur selengkapnya disajikan dalam Tabel
4.5. sebagai berikut.
Nomor Sampel
Persentase Berat Pasir Hitam : Aspal : Serat Pinang : Styrofoam : Poliester
Lentur MPa
1 65 : 5 : 0 : 1 : 29
5,265 2
64 : 5 : 1 : 1 : 29 11,594
3 63 : 5 : 2 : 1 : 29
4,398 4
62 : 5 : 3 : 1 : 29 4,196
Tabel 4.5. Nilai Kuat Lentur Genteng Komposit Polimer Serat Pinang
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan ta pada interval 4,196 -
4 dengan nilai sebesa pada sampel 2 dengan
Tabel 4.5. dapat dil persentase serat pinan
Gambar 4.5. Grafik H Dari gambar 4.5
lentur spesimen sanga tidak diperkuat serat
kekuatan lenturnya bertambahnya jumlah
Sedangkan pada sampe 2 dan 3 mengala
dari sampel 1 tanpa jumlah yang banyak
masuk dengan sempur memiliki ikatan yang
5.265 11.594
4.398 4.196
2 4
6 8
10 12
14
1 2
3
Ku at
Le nt
ur M
Pa
Persentase Serat Pinang
Kuat Lentur
n tabel 4.5. di atas dapat dilihat bahwa nilai kua - 11,594 MPa. Nilai kuat lentur terendah terliha
besar 4,196 MPa, sedangkan nilai kuat lentur t ngan komposisi serat pinang 1 yaitu sebesar 11,594
dilihat gambar grafik hubungan antara kuat nang berikut ini.
afik Hubungan Kuat Lentur Dengan dan Tanpa S r 4.5 di atas maka dapat dilihat bahwa pertam
ngat dipengaruhi oleh komposisi serat. Pada rat diperoleh hasil uji sebesar 5,265 MPa. Unt
a meningkat, penambahan kekuatan ini lah serat pinang yang digunakan pada kom
mpel 3 dan 4, sampel dengan fraksi berat serat ngalami penurunan kekuatan bahkan kekuatanny
npa serat, hal ini disebabkan oleh pengguna ak mengakibatkan matriks tidak dapat meng
purna, akibatnya serat akan terjebak dalam ng kuat dengan matriksnya.
4.196 Kuat Lentur
kuat lentur berada rlihat pada sampel
ur tertinggi terlihat 11,594 MPa. Dari
kuat lentur dengan
npa Serat Pinang ambahan kekuatan
da sampel 1 yang Untuk sampel 2
ni seiring dengan komposisi tertentu.
rat pinang sebesar nnya lebih rendah
unaan serat dalam ngikat serat yang
am matriks tanpa
Universitas Sumatera Utara
Jika kita merujuk pada genteng polimer komersil, dimana kuat lentur sebesar 10 MPa, maka genteng komposit polimer yang dihasilkan dalam
penelitian ini untuk sampel 2 sudah mendekati nilai tersebut yaitu 11,594 MPa. Nilai kuat lentur dari hasil penelitian ini pada sampel 2 lebih besar dibandingkan
dengan kuat lentur genteng komersil. Hal ini membuktikan bahwa penambahan serat pinang sebagai penguat pada pembuatan genteng komposit polimer dapat
meningkatkan kekuatan lenturnya pada komposisi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
38
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan untuk genteng komposit polimer dengan pengujian sifat fisis dan sifat mekanik sebagai
berikut : 1. Sifat fisis genteng komposit polimer
dengan variasi komposisi menggunakan bahan pasir hitam, aspal, serat pinang, styrofoam dan
poliester yaitu 64:5:1:1:29 . diperoleh densitas sebesar 2,54 grcm
3
, porositas sebesar 12,36, daya serap air sebesar 5,24. Hasil yang
memenuhi SNI adalah nilai daya serap air yang berada pada interval 5,24 - 7,66, sesuai dengan daya serap air SNI-0096:2007 maksimal
10. Sedangkan nilai densitas yang memenuhi standart genteng polimer komersil yaitu berada pada interval 2,13 grcm
3
– 2,54 grcm
3
, sesuai dengan nilai densitas genteng polimer komersil sebesar 1,5 gr cm
3
. 2. Sifat mekanik genteng komposit polimer dengan variasi komposisi
menggunakan bahan pasir hitam, aspal, serat pinang, styrofoam dan poliester yaitu 64:5:1:1:29 diperoleh kekuatan impak sebesar 4985,9
Jm
2
, kekuatan lentur sebesar 11,594 MPa. Hasil yang memenuhi standart genteng polimer komersil adalah nilai kuat lentur pada sampel 2 yaitu
sebesar 11,594 MPa, sesuai dengan nilai kuat lentur genteng polimer komersil sebesar 10 MPa.
5.2 Saran