28 Menurut  buku  Farmakope  Herbal  Indonesia  [41]  Identitas  ekstrak
temulawak yaitu berupa ekstrak kental, berwarna kuning kecoklatan, berbau khas, rasa pahit. Menurut Ramdja 2009 [42], kurkumin sukar larut dalam air, tapi larut
dalam etanol. Hasil  penelitian  analisa  kualitatif  yang  diperoleh  juga  tidak  jauh  berbeda
dengan  hasil  penelitian  yang  dilakukan  Himesh  2011  [39]  dengan  penampilan padatan kuning berbau, sukar larut dalam air dan dapat larut dalam alkohol.
4.2 ANALISA KUANTITATIF
4.2.1  Analisa Rendemen Ekstrak Pengaruh Waktu Ekstraksi terhadap Rendemen Ekstrak
Pengaruh waktu ekstraksi terhadap rendemen ekstrak pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada gambar 4.1.
Pada  gambar  4.1  dapat  dilihat  bahwa  rendemen  ekstrak  yang  dihasilkan untuk berbagai macam konsentrasi pelarut dan tahap jumlah ekstraksi cenderung
meningkat dengan peningkatan waktu. Semakin  lama  waktu  ekstraksi,  rendemen  yang  diperoleh  pun  akan
meningkat,  hal  tersebut  dikarenakan  semakin  banyak  senyawa  yang  terlarut  ke dalam pelarut [43]. Semakin lama waktu ekstraksi yang digunakan,  waktu kontak
antara  sampel  dan  pelarut  semakin  lama  sehingga  jumlah  senyawa  yang terekstraksi  semakin  banyak.  Kondisi  ini  akan  terus  berlanjut  hingga  tercapai
kondisi  kesetimbangan  antara  konsentrasi  senyawa  di  dalam  bahan  baku  dengan konsentrasi  senyawa  di  pelarut  [19].  Dari  gambar  4.1,  rendemen  ekstrak
temulawak  yang  dihasilkan  berbanding  lurus  dengan  semakin  lamanya  waktu ekstraksi.
Hasil  yang  diperoleh  memperlihatkan  bahwa  waktu  ekstraksi  selama  180 menit  9,20-16,35  menghasilkan  rendemen  ekstrak  yang  lebih  banyak
dibandingkan  waktu  60  menit  4,2-13,35  dan  120  menit  8,45-14,55.  Dari data  yang  diperoleh  dapat  diambil  kesimpulan  bahwa  semakin  lama  waktu
ekstraksi, rendemen yang diperoleh juga akan semakin banyak.
29 Gambar 4.1 Pengaruh Waktu Ekstraksi, Jumlah Tahap dan Konsentrasi Pelarut
sebesar a 50 b 70 dan c 96 Terhadap Rendemen Ekstrak
2 4
6 8
10 12
14 16
18
60 120
180
Re n
d em
en E
k st
rak
Waktu Ekstraksi Menit
a
2 Tahap 3 Tahap
2 4
6 8
10 12
14 16
18
60 120
180
Re n
d em
en E
k st
rak
Waktu Ekstraksi Menit
b
2 Tahap 3 Tahap
2 4
6 8
10 12
14 16
18
60 120
180
Re n
d em
en E
k st
rak
Waktu Ekstraksi Menit
c
2 Tahap 3 Tahap
30 Hasil  penelitian  ini  sama  seperti  hasil  yang  dilaporkan  oleh  Srijanto,  dkk
2004  [19]  yang  melakukan  penelitian  pengaruh  waktu,  suhu  dan  perbandingan bahan  baku-pelarut  pada  ekstraksi  kurkumin  dari  temulawak  menggunakan
pelarut  aseton  dimana  rendemen  ekstrak  mengalami  peningkatan  terhadap  lama waktu ekstraksi.
Pengaruh Konsentrasi Pelarut terhadap Rendemen Ekstrak
Pengaruh  konsentrasi  pelarut  terhadap  rendemen  ekstrak  pada  masing- masing perlakuan dapat dilihat pada gambar 4.2.
Pada  gambar  4.2  dapat  dilihat  bahwa  ekstraksi  dengan  menggunakan pelarut  etanol  70  cenderung  memberikan  hasil  rendemen  ekstrak  yang  lebih
besar jika dibandingkan dengan etanol 50 dan 96. Menurut  Shadmani  2004  [43]  semakin  tinggi  konsentrasi  etanol  maka
semakin rendah tingkat kepolarannya, karena air lebih polar daripada etanol, yang pada  akhirnya  dapat  meningkatkan  kemampuan  pelarut  dalam  mengekstrak
kandungan senyawa yang juga bersifat kurang polar seperti kurkumin. Hasil  yang  diperoleh  memperlihatkan  bahwa  ekstraksi  dengan
menggunakan pelarut etanol dengan konsentrasi 70 4,35-16,35 memberikan hasil  rendemen  ekstrak  yang  lebih  besar  jika  dibandingkan  dengan  etanol  50
4,2-11,1 dan 96 8,85-12,1. Dari  percobaan  yang  dilakukan,  pelarut  etanol  dengan  konsentrasi  70
memberikan  hasil  rendemen  yang  lebih  besar  jika  dibandingkan  dengan konsentrasi  96.  Hal  ini  bisa  saja  terjadi  karena  disebabkan  oleh  adanya
komponen-komponen  lain  dari  temulawak  yang  larut  dengan  air  sehingga  pada konsentrasi  etanol  70  memberikan  rendemen  ekstrak  yang  lebih  banyak  jika
dibandingkan  dengan  etanol  96.  Etanol  70  memiliki  dua  gugus  fungsi  yang berbeda tingkat kepolarannya, yaitu gugus hidroksil OH yang bersifat polar dan
gugus  alkil  -R  yang  bersifat  non  polar.  Adanya  kedua  gugus  tersebut menyebabkan  senyawa-senyawa  kimia  dengan  tingkat  kepolaran  yang  berbeda
dalam bahan temulawak akan terekstrak ke dalam etanol.
31 Gambar 4.2 Pengaruh Konsentrasi Pelarut, Jumlah Tahap dan Waktu Ekstraksi
selama a 60 menit b 120 menit dan c 180 menit Terhadap Rendemen Ekstrak
2 4
6 8
10 12
14 16
18
50 70
96
Re n
d em
en E
k st
rak
Konsentrasi Etanol
a
2 Tahap 3 Tahap
2 4
6 8
10 12
14 16
18
50 70
96
Ren d
em en
E k
st rak
Konsentrasi Etanol
b
2 Tahap 3 Tahap
2 4
6 8
10 12
14 16
18
50 70
96
Re n
d em
en E
k st
rak
Konsentrasi Etanol
c
2 Tahap 3 Tahap
32
Pengaruh Jumlah Tahap Ekstraksi terhadap Rendemen Ekstrak
Pengaruh jumlah tahap ekstraksi terhadap rendemen ekstrak pada masing- masing perlakuan dapat dilihat pada gambar 4.3
Gambar 4.3 Pengaruh Jumlah Tahap Ekstraksi, Konsentrasi Pelarut dan Waktu Ekstraksi selama a 60 menit b 120 menit dan c 180 menit Terhadap
Rendemen Ekstrak
2 4
6 8
10 12
14 16
18
2 3
Re n
d em
en E
k st
rak
Tahap Ekstraksi
a
50 70
96
2 4
6 8
10 12
14 16
18
2 3
Re n
d em
en E
k st
rak
Tahap Ekstraksi
b
50 70
96
2 4
6 8
10 12
14 16
18
2 3
Re n
d em
en E
k st
rak
Tahap Ekstraksi
c
50 70
96
33 Pada  gambar  4.3  dapat  dilihat  bahwa  rendemen  ekstrak  yang  dihasilkan
untuk  berbagai  macam  konsentrasi  pelarut  dan  waktu  ekstraksi  cenderung meningkat  dengan  banyaknya  jumlah  tahap  ekstraksi.  Hal  ini  disebabkan  karena
pemberian  pelarut  baru  pada  setiap  tahap  akan  menghasilkan  driving  force  lebih besar yaitu kadar solut dalam larutan menjadi lebih banyak [30].
Pada  ekstraksi  2  tahap  dan  ekstraksi  3  tahap  yang  dilakukan  pada penelitian ini, volume total pelarut yang digunakan dan waktu total ekstraksi pada
ekstraksi  2  tahap  dan  3  tahap  adalah  sama.  Ekstraksi  3  tahap  8,5-16,35 memberikan  rendemen  ekstrak  yang  lebih  besar  jika  dibandingkan  dengan
ekstraksi 2 tahap 4,2-13,4. Dari data yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa  semakin  banyak  tahap  ekstraksi,  rendemen  yang  diperoleh  juga  akan
semakin besar. Hasil  penelitian  ini  sama  seperti  hasil  yang  dilaporkan  oleh  Prasetyo
2010  [30]  yang  melakukan  penelitian  ekstraksi  multitahap  minyak  biji  teh- heksan dimana rendemen meningkat dengan semakin banyaknya tahap ekstraksi.
4.2.2   Pembuatan Kurva Standar Kurkumin