Hasil Analisis Kompos Kulit Biji Kopi

kriteria persyaratan kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004. Menurut SNI 19-7030-2004 karakteristik fisik kompos yang baik yaitu berwarna kehitaman, bertekstur remah dan berbau seperti tanah. Hal ini juga sesuai pendapat Widyarini 2008 bahwa tanda fisik kompos yang sudah matang adalah berwarna gelap kehitaman, tidak berbau busuk dan teksturnya remah. Hasil uji laboratorium tanah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta kompos kulit biji kopi pada Tabel 2. Menunjukan Nilai pH yang didapatkan pada penelitian ini 7,07 , kadar air 18,74 , N-Total 2,09 , dan C-Organik 12,29 berada di kisaran nilai standar kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004. Hal ini berarti sudah sesuai dengan standar SNI 19-7030-2004 . Hasil uji pada CN rasio dan kandungan Bahan Organik kompos kulit biji kopi Tabel 2. yang didapatkan pada penelitian ini memiliki nilai 5,96 dan kandungan bahan organik 21,54 yang berada di bawah nilai minimal standar kompos berdasarkan SNI : 19-7030-2004. Hal ini berarti tidak sesuai dengan standar SNI 19-7030-2004. CN rasio dalam pengomposan mengalami penurunan karena CN dipengaruhi oleh kadar karbon organik bahan yang cenderung menurun dan perubahan kadar nitrogen yang relatif konstan, sehingga nisbah CN akan menurun pada akhir proses pengomposan. Kadar karbon organik juga akan mempengaruhi kadar bahan organik. S elama proses dekomposisi berlangsung akan terjadi kehilangan C-organik akibat senyawa karbon organik yang digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme dan menguapnya CO 2 sebagai hasil perombakan bahan-bahan organic yang terdapat pada bahan kompos. Sesuai pendapat Isroi 2007 mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Jurgens 1997 dalam kurniawan et al., 2012 secara umum nilai C-organik turun secara bertahap selama proses pengomposan, disebabkan oleh lepasnya karbondioksida melalui respirasi mikroorganisme. Kadar nitrogen yang relatif konstan disebabkan selama proses dekomposisi bahan organik unsur N akan berubah menjadi Nitrit NO2 dan Nitrat NO3. Nitrat akan tetap berada didalam tubuh bakteri dan akan dilepaskan jika bakteri tersebut mati. Hal tersebut sesuai pendapat Roesmarkam dan Yuwono 2002, me nyatakan bahwa pada a khir proses dekomposisi terjadi kematian mikroorganisme sehingga unsur hara yang banyak digunakan oleh mikroorganisme seperti unsur N pada sebagian jasad renik yang mati terombak kembali menjadi unsur hara. Dari reaksi tersebut maka dapa diketahui bahwa kandungan C akan menurun sedangkan untuk kandungan N akan tetap sehingga CN rasio setelah pengomposan akan menurun. Nilai CN dan bahan organik yang berada di bawah nilai minimal standar kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004, tidak berarti kualitas kompos tidak baik. Rasio CN akan mempengaruhi ketersediaan unsur hara, CN rasio berbanding terbalik dengan ketersediaan unsur hara, artinya bila CN rasio tinggi maka kandungan unsur hara sedikit tersedia untuk tanaman, sedangkan jika CN rasio rendah maka ketersediaan unsur hara tinggi dan tanaman dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

B. Hasil Aplikasi Kompos Kulit Biji Kopi Pada Tanaman Stroberi

Hasil penelitian tentang aplikasi kompos limbah kulit biji kopi sebagai pengganti pupuk kandang pada budidaya stroberi Fragaria x ananassa dengan parameter pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot basah tajuk, bobot kering tajuk, bobot basah akar, panjang akar, bobot kering akar, jumlah buah per-tanaman, diameter buah, dan bobot buah per-tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan semua parameter yang dianalisis dengan menggunakan sidik ragam menunjukan bahwa aplikasi kompos kuli biji kopi dan pupuk kandang kontrol memberikan pengaruh yang sama atau tidak berbeda nyata. Untuk parameter Jumlah Daun, Jumlah Anakan, Jumlah Buah, Diameter Buah dan Bobot Buah per-tanaman memiliki hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan deskripsi tanaman stroberi varietas California Lampiran 7. 1. Tinggi Tanaman Salah satu parameter yang diukur pada penelitian ini adalah tinggi tanaman. Tinggi tanaman dihitung dari pangkal batang hingga titik tumbuh. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan karena tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat Sitompul dan Guritno, 1995. Berdasarkan hasil sidik ragam pada Lampiran 6.a menunjukan bahwa perlakuan dosis kompos kulit biji kopi dan pupuk kandang kontrol memberikan pengaruh yang sama atau tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman stroberi. Hasil rerata tinggi tanaman stroberi pada akhir pengamatan minggu ke- 16 setelah tanam disajikan pada Tabel 3. Tabel 2. Rerata Tinggi Tanaman, Jumlah Daun dan Jumlah anakan Stroberi Perlakuan Tinggi Tanaman cm Jumlah Daun Helai Jumlah Anakan Anakan A1 pupuk kandang 20 tonh 3,88 24,89 1,78 A2 kompos kulit biji kopi 14,5 tonh 4,17 23,89 1,78 A3 kompos kulit biji kopi 16,5 tonh 4,04 23,22 1,45 A4kompos kulit biji kopi 18,5 tonh 5,03 21,66 1,33 A5 kompos kulit biji kopi 20,5 tonh 4,88 27,34 1,78 Keterangan : Angka-angka pada kolom menunjukkan berpengaruh tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 Dari Tabel 3. Diketahui bahwa pemberian pupuk kandang kontrol dan berbagai tingkat dosis kompos kulit biji kopi memberikan rerata hasil tinggi tanaman yang relatif sama yaitu pada perlakuan A1 pupuk kandang 20 tonh 3,88 cm, A2 kompos 14,5 tonh 4,17 cm, A3 kompos 16,5 tonh 4,04 cm, A4 kompos 18,5 tonh 5,03 cm dan A5 kompos 20,5 tonh 4,88 cm. Hal ini menunjukan bahwa pemberian kompos kulit biji kopi dapat menggantikan peranan pupuk kandang dalam budidaya stroberi. Aplikasi pupuk kandang dan berbagai tingkat dosis kompos kulit biji kopi memberikan pengaruh yang sama terhadap tinggi tanaman stroberi. Hal tersebut dikarenakan unsur hara N yang terkandung dalam kompos kulit biji kopi dan pupuk kandang relatif sama yaitu 2,09 dan 1,72. Hasil analisis kompos kulit biji kopi dan pupuk kandang dapat dilihat pada Lampiran 8.. Unsur N merupakan unsur terpenting dalam proses pertumbuhan vegetatif tanaman, seperti yang diutarakan Novizan 2002 bahwa N merupakan unsur hara utama yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetatif seperti akar, batang, dan daun.