Hasil Aplikasi Kompos Kulit Biji Kopi Pada Tanaman Stroberi

stroberi. Hasil rerata tinggi tanaman stroberi pada akhir pengamatan minggu ke- 16 setelah tanam disajikan pada Tabel 3. Tabel 2. Rerata Tinggi Tanaman, Jumlah Daun dan Jumlah anakan Stroberi Perlakuan Tinggi Tanaman cm Jumlah Daun Helai Jumlah Anakan Anakan A1 pupuk kandang 20 tonh 3,88 24,89 1,78 A2 kompos kulit biji kopi 14,5 tonh 4,17 23,89 1,78 A3 kompos kulit biji kopi 16,5 tonh 4,04 23,22 1,45 A4kompos kulit biji kopi 18,5 tonh 5,03 21,66 1,33 A5 kompos kulit biji kopi 20,5 tonh 4,88 27,34 1,78 Keterangan : Angka-angka pada kolom menunjukkan berpengaruh tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 Dari Tabel 3. Diketahui bahwa pemberian pupuk kandang kontrol dan berbagai tingkat dosis kompos kulit biji kopi memberikan rerata hasil tinggi tanaman yang relatif sama yaitu pada perlakuan A1 pupuk kandang 20 tonh 3,88 cm, A2 kompos 14,5 tonh 4,17 cm, A3 kompos 16,5 tonh 4,04 cm, A4 kompos 18,5 tonh 5,03 cm dan A5 kompos 20,5 tonh 4,88 cm. Hal ini menunjukan bahwa pemberian kompos kulit biji kopi dapat menggantikan peranan pupuk kandang dalam budidaya stroberi. Aplikasi pupuk kandang dan berbagai tingkat dosis kompos kulit biji kopi memberikan pengaruh yang sama terhadap tinggi tanaman stroberi. Hal tersebut dikarenakan unsur hara N yang terkandung dalam kompos kulit biji kopi dan pupuk kandang relatif sama yaitu 2,09 dan 1,72. Hasil analisis kompos kulit biji kopi dan pupuk kandang dapat dilihat pada Lampiran 8.. Unsur N merupakan unsur terpenting dalam proses pertumbuhan vegetatif tanaman, seperti yang diutarakan Novizan 2002 bahwa N merupakan unsur hara utama yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetatif seperti akar, batang, dan daun. Nitrogen merupakan penyusun protein dan protein merupakan penyusun utama protoplasma yang berfungsi sebagai pusat proses metabolisme dalam tanaman yang selanjutnya akan memacu pembelahan dan pemanjangan sel tanaman. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Poerwowidodo 1992 bahwa protein merupakan penyusun utama protoplasma yang berfungsi sebagai pusat proses metabolisme dalam tanaman yang selanjutnya akan memacu pembelahan dan pemanjangan sel. Pada penggunaan dosis kompos kulit biji kopi 14,5 tonh sudah mampu meningkatkan tinggi tanaman stroberi. Namun, peningkatan dosis kompos kulit biji kopi tidak berpengaruh terhadap peningkatan tinggi tanaman. Hal ini dikarenakan pemberian kompos limbah kulit biji kopi 14,5 tonh sudah mampu mencukupi kebutuhan hara tanaman stroberi sehingga peningkatan dosis tidak berpengaruh lagi. Sesuai pendapat Syarief 1986 menyatakan bahwa dengan tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup pada saat pertumbuhan vegetatif, maka proses fotosintesis akan berjalan aktif, sehingga pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel akan berjalan dengan baik. Menurut Kasniari dan Supadma, 2007 setiap pemupukan dengan dosis yang diberikan akan mempengaruhi besar kecilnya kandungan hara dalam pupuk tersebut, tetapi belum dapat dijamin bahwa semakin besar dosis yang diberikan akan semakin meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hal ini dikarenakan tanaman memiliki batas dan penyerapan hara untuk kebutuhan hidupnya. Setiap pertumbuhan akan menunjukkan perubahan tinggi tanaman. Untuk melihat laju pertumbuhan tinggi tanaman per minggu disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Grafik laju pertumbuhan tinggi tanaman stroberi Keterangan : A1 = Pupuk Kandang 20 tonh A2 = Kompos Kulit Biji Kopi 14,5 tonh A3 = Kompos Kulit Biji Kopi 16,5 tonh A4 = Kompos Kulit Biji Kopi 18,5 tonh A5 = Kompos Kulit Biji Kopi 20,5 tonh Dari Gambar 1. Menunjukkan bahwa pada pada minggu pertama hingga minggu ke-3 penambahan tinggi tanaman terlihat lambat, belum terlihat perubahan tinggi tanaman yang signifikan. Penambahan tinggi tanaman mulai terlihat signifikan pada minggu ke-4 hingga ke-6 dan pada minggu ke-7 hingga minggu ke-16 penambahan tinggi tanaman sudah terlihat linier atau dari minggu ke minggu penambahan tinggi tanaman sama. Hal ini disebabkan pada minggu pertama hingga minggu ke-4 unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang dan kompos belum tersedia sehingga tanaman belum menggunakan hara yang terdapat pada pupuk kandang dan kompos kulit biji kopi. Hara yang belum tersedia dikarenakan pupuk kadang dan kompos yang termasuk pupuk organik yang mana pelepasan hara berjalan lebih lama atau 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 ti n g g i t anam an c m Minggu ke- A1 A2 A3 A4 A5 bersifat slow release, yaitu hara yang dilepaskan oleh kompos lebih lambat tersedia dan sebagian unsur hara tersebut terikat oleh asam organik , sehingga hasil yang ditunjukan membutuhkan waktu yang lama. Hal ini sesuai pendapat Sutanto 2002 karakteristik umum pupuk organik yaitu ketersediaan unsur hara yang lambat, dimana hara yang berasal dari bahan organik memerlukan kegiatan mikroba untuk merubah dari ikatan kompleks organik yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman menjadi bentuk senyawa organik dan anorganik sederhana yang dapat diserap tanaman Pada minggu ke-4 hingga minggu ke-6 penambahan tinggi tanaman mulai terlihat signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pada minggu ke-4 hingga ke-6, hara pada pupuk kandang dan kompos mulai tersedia tanaman stroberi mulai intensif mengambil unsur hara dan pada minggu ke-7 hingga akhir pengamatan sudah tidak tampak lagi pertambahan tinggi tanaman yang signifikan. Hal ini disebabkan pada umur 7 MST tanaman stroberi telah masuk fase generatif yaitu tanaman telah terbentuk bunga menyebabkan fotosintat yang dihasilkan sebagian besar ditranslokasikan kebagian bunga untuk pembentukan buah stroberi. 2. Jumlah Daun Parameter pertumbuhan vegetatif kedua yang diamati ialah jumlah daun. Daun merupakan bagian tanaman yang mempunyai fungsi sangat penting, karena semua fungsi yang lain tergantung pada daun secara langsung atau tidak langsung Dwidjoseputro, 1994. Dari proses fotosintesis pada daun akan dihasilkan energi yang dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan daun. Banyaknya daun akan mempengaruhi jumlah asimilat yang dihasilkan yang pada akhirnya berpengaruh pula pada pembentukkan daun dan organ tanaman yang lain. Berdasarkan Hasil sidik ragam pada Lampiran 6.b menunjukkan bahwa perlakuan dosis kompos kulit biji kopi dan pemberian pupuk kandang kontrol memberikan pengaruh yang sama atau tidak beda nyata terhadap parameter jumlah daun tanaman stroberi. Hasil rerata jumlah daun tanaman stroberi pada akhir pengamatan minggu ke-16 setelah tanam disajikan pada Tabel 3. Dari Tabel 3. Di atas perlakuan pupuk kandang kontrol dan berbagai tingkatan dosis kompos kulit biji kopi memberikan rerata hasil jumlah daun tanaman stoberi yang relatif sama yaitu pada perlakuan A1 pupuk kandang 20 tonh 24,89 helai, A2 kompos 14,5 tonh 23,89 helai, A3 kompos 16,5 tonh 23,22 helai, A4 kompos 18,5 tonh 21,66 helai dan A5 kompos 20,5 tonh 27,34 helai. Hal ini menunjukan bahwa pemberian kompos kulit biji kopi dapat menggantikan peranan pupuk kandang dalam budidaya stroberi. Aplikasi pupuk kandang Kontrol dan berbagai tingkat dosis kompos kulit biji kopi memberikan rerata hasil jumlah daun sama. Hal ini dikarenakan jumlah daun dipengaruhi oleh tinggi tanaman akibatnya rerata hasil jumlah daun juga menunjukan hasil yang relatif sama. Hal ini diperkuat oleh Habrina Ananda Putri 2011 bahwa jumlah daun yang di peroleh berkaitan dengan tinggi tanaman. Semakin tingginya tanaman semakin banyak ruas batang yang akan menjadi tempat keluarnya daun, batang tersusun dari ruas yang merentang di antara buku- buku batang tempat melekatnya daun, jumlah buku dan ruas sama dengan jumlah daun. Pemberian berbagai tingkat dosis kompos kulit biji kopi belum mampu meningkatkan jumlah daun pada tanaman stroberi. Hal ini dipengaruhi oleh faktor genetika dari tanaman stroberi itu sendiri. Terjadinya pertambahan jumlah daun yang terbentuk pada tanaman stroberi seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Jumlah daun dalam suatu tanaman sudah ditentukan oleh banyak sedikitnya primordial daun yang terbentuk pada tanaman, walaupun perlakuan pemberian pupuk kandang kontrol dan dosis kompos kulit biji kopi ditingkatkan jumlah daun yang terbentuk disetiap perlakuan hampir sama. Jumlah daun stroberi pada umumnya yaitu 15-20 helai per 8 minggu Lampiran 7. sedangkan pada penelitian ini jumlah daun yang dihasilkan pada umur 16 MST yaitu 21 –27 helai. Hal ini disebabkan karena penambahan jumlah daun juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Menurut Agus Kurnia 2005 Pada masa pertumbuhan vegetatif, dengan suhu rata-rata 22 °C akan terbentuk daun- daun baru setiap 8-12 hari. Daun-daun ini akan tumbuh di meristem apikal. Daun dapat bertahan hidup selama 1-3 bulan, kemudian daun akan kering dan mati. Namun, selama penelitian rerata suhu udara dilokasi penelitian berkisar 26-27 C. Artinya suhu udara juga berpengaruh terhadap peningkatakan jumlah daun. Terhambatnya pembentukan daun selain disebabkan faktor lingkungan yaitu suhu juga disebabkan tanaman stroberi terkena deficiency unsur Ca. Gejala deficiency yang tampak pada daun, dimana daun-daun muda selain berkeriput mengalami perubahan warna, pada ujung dan tepi-tepinya nampak terbakar gejala nampak pada daun baru, menyebar dari pusat tumbuh dan warna ini menjalar diantara tulang-tulang daun, jaringan-jaringan daun pada beberapa tempat mati. Hal ini sesuai pengamatan dilapangan terlihat pada Lampiran 10.h. Untuk melihat laju penambahan jumlah daun per-minggu disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Grafik laju penambahan jumlah daun stroberi Keterangan : A1 = Pupuk Kandang 20 tonh A2 = Kompos Kulit Biji Kopi 14,5 tonh A3 = Kompos Kulit Biji Kopi 16,5 tonh A4 = Kompos Kulit Biji Kopi 18,5 tonh A5 = Kompos Kulit Biji Kopi 20,5 tonh Dari Gambar 2. Dapat dilihat bahwa pada masa pertumbuhan vegetatif yaitu pada umur 1 –6 MST penambahan jumlah daun lambat. Hal ini dimungkinkan karena akar tanaman stroberi masih melakukan penyesuaian dengan media tanaman yang baru dan juga unsur hara yang yang terkandung dalam pupuk kandang dan kompos kulit biji kopi bersifat slow realease, yaitu hara yang dilepaskan oleh pupuk kandang dan kompos kulit biji kopi lebih lambat tersedia. 5 10 15 20 25 30 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 jum lah d aun h el ai Minggu ke- A1 A2 A3 A4 A5 Pada 7 MST – 16 MST pertambahan jumlah daun tidak terlihat signifikan meskipun dimungkinkan akar sudah terbentuk sehingga penyerapan unsur hara didalam tanah dapat berjalan baik dan unsur hara sudah tersedia Hal ini disebabkan tanaman telah masuk fase generatif yaitu tanaman telah terbentuk bunga menyebabkan fotosintat yang dihasilkan sebagian besar ditranslokasikan kebagian bunga untuk pembentukan buah stroberi. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor genetika dari tanaman stroberi itu sendiri. Terjadinya pertambahan jumlah daun yang terbentuk pada tanaman stroberi seiring dengan bertambahnya umur tanaman. 3. Jumlah Anakan Berdasarkan Hasil sidik ragam jumlah anakan stroberi pada Lampiran 6.c menunjukkan bahwa perlakuan dosis kompos kulit biji kopi dan pupuk kandang kontrol memberikan pengaruh yang sama atau tidak beda nyata terhadap parameter jumlah anakan tanaman stroberi. Hasil rerata jumlah anakan tanaman stroberi pada akhir pengamatan minggu ke-16 setelah tanam disajikan pada Tabel 3. Dari Tabel 3. Menunjukan bahwa pemberian pupuk kandang kontrol dan berbagai tingkat dosis kompos kulit biji kopi memberikan rerata hasil jumlah anakan yang relatif sama yaitu pada perlakuan A1 pupuk kandang 20 tonh 1,78 anakan, A2 kompos 14,5 tonh 1,78 anakan, A3 kompos 16,5 tonh 1,45 anakan, A4 kompos 18,5 tonh 1,33 anakan dan A5 kompos 20,5 tonh 1,78 anakan. Hal ini menunjukan bahwa pemberian kompos kulit biji kopi dapat menggantikan peranan pupuk kandang dalam budidaya stroberi. Aplikasi pupuk kandang Kontrol dan berbagai tingkat dosis kompos kulit biji kopi memberikan rerata hasil jumlah anakan yang relatif sama . Hal ini dikarenakan ketersediaan hara mempengaruhi pertumbuhan anakan salah satu unsur hara yang dibutuhkan untuk perningkatkan jumlah anakan yaitu N. Sesuai pendapat Purwanto 2006, nitrogen memiliki manfaat bagi tanaman yaitu memacu pertumbuhan dan pembentukan daun dan anakan, serta terbentuknya akar. Unsur N yang terkandung pada pupuk kandang dan kompos kulit biji relatif sama Lampiran 8. sehingga kemampuan unsur N untuk mendorong pertumbuhan anakan pada tanaman stroberi juga sama. Jumlah anakan tanaman stroberi varietas California pada umumnya yaitu 2 hingga 5 anakan Lampiran 7.. Pada penelitian ini menghasilkan rerata hasil jumlah anakan yaitu 1,33 hingga 1,78 anakan. Hal ini menunjukan bahwa rerata hasil jumlah anakan pada penelitian ini tidak sesuai dengan jumlah anakan stroberi pada umumnya normal. Ketidaksesuaian jumlah anakan pada penelitian ini disebabkan karena pekembangan tunas stroberi dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Hal ini diperkuat oleh Antunes et al. 2010, perkembangan tunas stroberi dipengaruhi oleh suhu lingkungan, perkembangan tunas terjadi saat suhu diantara 10 hingga 20 C. Pada lokasi penelitian suhu rata-rata selama penelitian bulan januari sampai dengan bulan mei 2016 yaitu 26 –27 C. Artinya suhu udara juga berpengaruh terhadap peningkatakan jumlah anakan. Untuk melihat laju penambahan jumlah anakan tanaman stroberi dari masing-masing perlakuan disajikan pada Gambar 3. berikut : Gambar 3. Grafik laju penambahan jumlah anakan tanaman stroberi Keterangan : A1 = Pupuk Kandang 20 tonh A2 = Kompos Kulit Biji Kopi 14,5 tonh A3 = Kompos Kulit Biji Kopi 16,5 tonh A4 = Kompos Kulit Biji Kopi 18,5 tonh A5 = Kompos Kulit Biji Kopi 20,5 tonh Berdasarkan Gambar 3. Di atas produksi anakan mengalami peningkatan dari 3 MST - 7 MST kemudian tidak mengalami peningkatan lagi pada 8 MST dan 9 MST. Hal ini diduga karena pada saat tamanan berumur 3 MST pupuk kandang sapi dan kompos kulit biji kopi telah terdekomposisi sehingga dapat berpengaruh pada pembentukan anakan. Dan pada umur 8 MST dan 9 MST tanaman stroberi sudah mulai tidak terjadi penambahan jumlah anakan. Hal tersebut diduga karena masuk fase generatif. Menurut Schneider dan Scarborough 1960 tingkat produksi jumlah anakan yang tinggi pada awal pertumbuhan tanaman, menandakan tanaman memiliki tingkat pertumbuhan yang baik. Penurunan pertambahan jumlah anakan, 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 jum lah anakan an akan Minggu ke - A1 A2 A3 A4 A5 diduga tanaman dalam masa generatif. Stroberi berada pada masa pembungaan dan awal panen pada umur 85 HST. Tanaman stroberi yang berada pada masa generatif diduga akan memusatkan hasil fotosintesis pada pembungaan dan pembentukan buah. Selain hal tersebut Berdasarkan hasil penelitian Hasrizart 2008 bahwa, kemampuan tanaman dalam berfotosintesis akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman yang lebih baik sehingga mampu menghasilkan jumlah anakan yang lebih banyak. Menurut Schilletter dan Richey 1999 karbohidrat akan terakumulasi ketika pertumbuhan vegetatif tanaman atau bagian dari tanaman terhambat sehingga karbohidrat yang dihasilkan dari proses fotosintesis tersebut dapat digunakan untuk pertumbuhan organ-organ generatif. Pertumbuhan anakan yang tinggi pada fase generatif tanaman akan menyebabkan fotosintat terbagi antara pertumbuhan generatif dan vegetatif sehingga pertumbuhan generatif tidak optimal. 4. Bobot Basah Tajuk Jumlah dan ukuran tajuk akan mempengaruhi bobot tajuk. Semakin banyak jumlah daun dan semakin tinggi tanaman, maka bobot tajuk akan semakin besar. Bobot basah tajuk juga dipengaruhi pengambilan air oleh tanaman Sitompul dan Guritno, 1995. Berdasarkan hasil sidik ragam bobot basah tajuk tanaman stroberi pada Lampiran 6.d menunjukkan bahwa perlakuan dosis kompos kulit biji kopi dan pupuk kandang kontrol memberikan pengaruh yang sama atau tidak beda nyata terhadap bobot basah tajuk. Hasil rerata bobot basah tajuk tanaman stroberi pada akhir pengamatan minggu ke-16 setelah tanam disajikan pada Tabel 4. Tabel 3. Rerata bobot basah dan bobot kering tajuk Perlakuan Bobot Basah Tajuk g Bobot Kering Tajuk g A1 pupuk kandang 20 tonh 16,81 3,10 A2 kompos kulit biji kopi 14,5 tonh 13,32 2,68 A3 kompos kulit biji kopi 16,5 tonh 11,7 2,47 A4kompos kulit biji kopi 18,5 tonh 18,47 3,30 A5 kompos kulit biji kopi 20,5 tonh 19,38 3,67 Keterangan : Angka-angka pada kolom menunjukkan berpengaruh tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 Dari Tabel 4. Menunjukan bahwa perlakuan pupuk kandang kontrol dan berbagai tingkatan dosis kompos kulit biji kopi memberikan rerata hasil bobot basah tajuk tanaman stoberi yang relatif sama yaitu pada perlakuan A1 pupuk kandang 20 tonh 16,81 g, A2 kompos 14,5 tonh 13,32 g, A3 kompos 16,5 tonh 11,7 g, A4 kompos 18,5 tonh 18,47 g dan A5 kompos 20,5 tonh 19,38 g. Hal ini menunjukan bahwa pemberian kompos kulit biji kopi dapat menggantikan peranan pupuk kandang dalam budidaya stroberi. Aplikasi pupuk kandang Kontrol dan berbagai tingkat dosis kompos kulit biji kopi menunjukkan rerata hasil bobot basah tajuk yang relatif sama. Hal ini karena jumlah dan ukuran tajuk akan mempengaruhi bobot tajuk. Semakin banyak jumlah daun dan semakin tinggi tanaman, maka bobot tajuk akan semakin besar Sitompul dan Guritno, 1995. Bobot basah tajuk merupakan bobot tajuk yang ditimbang secara langsung setelah panen, sebelum tanaman menjadi layu karena kehilangan air Lakitan, 1993 “dalam” Maesarah, 2013. Berdasarkan hal tesebut menunjukkan kandungan air tanaman berpengaruh terhadap bobot basah tajuk. Hal ini diperkuat oleh Sitompul dan Guritno 1995, bobot basah tajuk dipengaruhi pengambilan air oleh tanaman. Artinya bahwa bobot basah tajuk yang dihasilkan menunjukan rerata hasil yang relatif sama diduga dipengaruhi oleh pemberian air atau penyiraman pada tanaman stroberi dengan jumlah yang sama Menurut Loveles 1987 sebagian bobot basah tumbuhan disebabkan oleh kandungan air. Sehingga bobot basah tumbuhan disebabkan oleh kandungan air. Sehingga bobott basah suatu tumbuhan pada umumnya sangat bergantung pada keadaan kelembapan suatu tanaman. Kelembaban tanah yang baik akan meningkatkan metabolisme tanaman yang diikuti dengan meningkatnya pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan karena proses penyerapan unsur hara dapat berlangsung baik Cahyono,2003. 5. Bobot Kering Tajuk Bobot kering tanaman merupakan ukuran yang paling sering digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan tanaman. Parameter ini merupakan indikator pertumbuhan yang paling respresentatif apabila tujuan utama adalah untuk mendapatkan penampilan keseluruhan pertumbuhan tanaman atau suatu organ tertentu Sitompul dan Guritno, 1995. Berdasarkan hasil sidik ragam bobot kering tajuk tanaman stroberi pada Lampiran 6.e menunjukkan bahwa perlakuan dosis kompos kulit biji kopi dan pupuk kandang kontrol memberikan pengaruh yang sama atau tidak beda nyata terhadap bobot kering tajuk. Hasil rerata bobot kering tajuk tanaman stroberi pada akhir pengamatan minggu ke-16 setelah tanam disajikan pada Tabel 4. Dari Tabel 4. Menunjukan bahwa perlakuan pupuk kandang kontrol dan berbagai tingkatan dosis kompos kulit biji kopi memberikan rerata hasil bobot kering tajuk tanaman stoberi yang relatif sama yaitu pada perlakuan A1 pupuk kandang 20 tonh 3,10 g, A2 kompos 14,5 tonh 2,68 g, A3 kompos 16,5 tonh 2,47 g, A4 kompos 18,5 tonh 3,30 g dan A5 kompos 20,5 tonh 3,67 g. Hal ini menunjukan bahwa pemberian kompos kulit biji kopi dapat menggantikan peranan pupuk kandang dalam budidaya stroberi. Aplikasi pupuk kandang kontrol dan berbagai tingkat dosis kompos kulit biji kopi menunjukkan rerata hasil bobot kering tajuk yang relatif sama . Hal ini dikarenakan bobot kering tajuk dipengaruhi oleh bobot basah tajuk. Bobot kering tajuk stroberi merupakan hasil penimbangan tajuk tanaman stroberi basah yang telah dikeringkan oven pada suhu 70 o C selama ± 48 jam. Bobot kering tajuk selain dipengaruhi oleh bobot basah juga dipengaruhi oleh tinggi tanaman dan jumlah daun atau organ-organ yang memacu proses fotosintesis. Pertumbuhan tinggi tanaman yang baik dan jumlah serta ukuran daun yang luas berpengaruh terhadap banyaknya cahaya matahari yang dapat diserap tanaman untuk proses fotosintesis. Adanya peningkatan proses fotosintesis akan meningkatkan pula hasil fotosintesis berupa senyawa- senyawa organik yang akan ditranslokasikan ke seluruh organ tanaman dan berpengaruh terhadap bobot kering tanaman Nurdin dkk., 2009. Bobot kering tajuk merupakan peubah yang penting untuk mengetahui akumulasi biomassa serta imbangan fotosintesis pada masing-masing organ tanaman Mahmood et al., 2002. 6. Bobot Basah Akar Akar merupakan organ vegetatif utama yang memasok air, mineral dan bahan-bahan yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sistem perakaran tanaman lebih dikendalikan oleh sifat genetik dari tanaman yang bersangkutan, kondisi tanah atau media tanam. Faktor yang mempengaruhi pola sebaran akar antara lain : penghalang mekanis, suhu tanah, aerasi, ketersedian hara dan air. Berdasarkan hasil sidik ragam bobot basah akar tanaman stroberi pada Lampiran 6.f menunjukkan bahwa perlakuan dosis kompos kulit biji kopi dan pupuk kandang kontrol memberikan pengaruh yang sama atau tidak beda nyata terhadap bobot basah akar. Hasil rerata bobot basah akar tanaman stroberi pada akhir pengamatan minggu ke-16 setelah tanam disajikan pada Tabel 5. Tabel 4. Rerata bobot basah akar, panjang akar dan bobot basah akar stroberi Perlakuan Bobot Basah Akar g Panjang Akar cm Bobot Kering Akar g A1 pupuk kandang 20 tonh 11 32,17 3,01 A2 kompos kulit biji kopi 14,5 tonh 8,21 34,85 2,96 A3 kompos kulit biji kopi 16,5 tonh 10,89 41,22 3,88 A4kompos kulit biji kopi 18,5 tonh 8,59 35,16 2,79 A5 kompos kulit biji kopi 20,5 tonh 11,30 39,36 3,45 Keterangan : Angka-angka pada kolom menunjukkan berpengaruh tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 Dari Tabel 5. Menunjukan bahwa perlakuan pupuk kandang kontrol dan berbagai tingkatan dosis kompos kulit biji kopi memberikan rerata hasil bobot basah akar tanaman stoberi yang relatif sama yaitu pada perlakuan A1 pupuk kandang 20 tonh 11 g, A2 kompos 14,5 tonh 8,21 g, A3 kompos 16,5 tonh 10,89 g, A4 kompos 18,5 tonh 8,59 g dan A5 kompos 20,5 tonh 11,30 g. Hal ini menunjukan bahwa pemberian kompos kulit biji kopi dapat menggantikan peranan pupuk kandang dalam budidaya stroberi. Aplikasi pupuk kandang Kontrol dan berbagai tingkat dosis kompos kulit biji kopi menunjukkan rerata hasil bobot basah akar yang relatif sama. Hal ini dikarenakan unsur hara N yang terkandung pada pupuk kandang dan kompos kulit biji kopi relatif sama Lampiran 8.. Menurut Poerwowidodo 1992 penambahan N melalui pupuk mampu merangsang pertumbuhan akar dan meningkatkan berat akar tanaman. Selain itu pemupukan N akan merangsang pembentukan akar baru dan rambut-rambut akar yang mempunyai kapasitas serap per persatuan berat sangat tinggi, sehingga semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan, maka semakin banyak pula nitrogen yang diserap oleh akar tanaman. Selanjutnya Fitter dan Hay 1998 menyatakan bahwa ketepatan distribusi dan pertumbuhan sistem perakaran merupakan respon terhadap perbedaan konsentrasi hara tanah, sehingga jumlah akar yang paling tinggi akan terjadi ditanah subur. 7. Panjang Akar Berdasarkan hasil sidik ragam panjang akar tanaman stroberi pada Lampiran 6.g menunjukkan bahwa perlakuan dosis kompos kulit biji kopi dan pupuk kandang kontrol memberikan pengaruh yang sama atau tidak beda nyata terhadap panjang akar. Hasil rerata panjang akar tanaman stroberi pada akhir pengamatan minggu ke-16 setelah tanam disajikan pada Tabel 5. Dari Tabel 5. Menunjukan bahwa perlakuan pupuk kandang kontrol dan berbagai tingkatan dosis kompos kulit biji kopi memberikan rerata hasil panjang akar tanaman stoberi yang relatif sama yaitu pada perlakuan A1 pupuk kandang 20 tonh 32,17 cm, A2 kompos 14,5 tonh 34,85 cm, A3 kompos 16,5 tonh 41,22 cm, A4 kompos 18,5 tonh 35,16 cm dan A5 kompos 20,5 tonh 39,36 cm. Hal ini menunjukan bahwa pemberian kompos kulit biji kopi dapat menggantikan peranan pupuk kandang dalam budidaya stroberi. Panjang akar merupakan kemampuan akar untuk menjangkau unsur hara Poerwowidodo 1992. Panjang akar menunjukkan aktivitas akar dalam menyerap nutrisi. Oleh karena itu, banyak sedikitnya unsur hara yang terkandung dalam media mempengaruhi perpanjangan akar. Panjang akar lebih pendek jika ketersediaan unsur hara media melimpah Tisdale Nelson 1975. Hal ini terlihat pada perlakuan pupuk kandang dan berbagai tingkat dosis kompos kulit biji kopi memberikan rerata hasil panjang akar yang relatif sama ini menunjukan bahwa unsur hara yang terkandung dalam media relatif sama. Hasil uji laboratorium Tanah UMY menunjukan kandungan hara pupuk kandang dan kompos kulit biji kopi relatif sama Lampiran 8. sehingga dimungkin besarnya unsur hara terdapat dalam media sama. Faktor lain yang mempengaruhi penyebaran akar adalah ketersedian air. Sesuai pendapat Lakitan 1993. Faktor yang mempengaruhi pola penyebaran akar antara lain ialah, suhu tanah, aerasi, ketersediaan air dan ketersediaan unsur hara. Peningkatan panjang akar dapat terjadi saat akar tanaman berusaha menjakau ketempat-tempat yang lebih dalam untuk mencari sumber air. penyerapan air dapat terjadi dengan perpanjangan akar ke tempat baru yang masih banyak air. Panjang akar meningkat bila cekaman air meningkat Ghidyal dan tomar, 1982. Pada penelitian ini pemberian air atau penyiraman dilakukan dengan volume yang sama sehingga panjang akar yang dihasil dihasil tidak berbeda nyata karena dimungkinkan jangkauan akar untuk mendapatkan sumber air sama. 8. Bobot Kering Akar Dalam melihat pertumbuhan tanaman paling sedikit 90 persen bahan kering tanaman adalah hasil fotosintesis. Biomassa juga memberikan suatu dasar yang mudah bagi tanaman terutama mengukur kemampuan tanaman sebagai penghasil fotosintesis. Nisbah biomassa bagian-bagian yang berlainan terhadap biomassa total yang sering kali digunakan sebagai ikhtisar data pembagian yang baik Lakitan, 2004. Berdasarkan hasil sidik ragam bobot basah akar tanaman stroberi pada Lampiran 6.h menunjukkan bahwa perlakuan dosis kompos kulit biji kopi dan pupuk kandang kontrol memberikan pengaruh yang sama atau tidak beda nyata terhadap bobot kering akar. Hasil rerata bobot kering akar tanaman stroberi pada akhir pengamatan minggu ke-16 setelah tanam disajikan pada Tabel 5. Dari Tabel 5. Menunjukan bahwa perlakuan pupuk kandang kontrol dan berbagai tingkatan dosis kompos kulit biji kopi memberikan rerata hasil bobot kering akar tanaman stoberi yang relatif sama yaitu pada perlakuan A1 pupuk kandang 20 tonh 3,01 g, A2 kompos 14,5 tonh 2,96 g, A3 kompos 16,5 tonh 3,88 g, A4 kompos 18,5 tonh 2,79 g dan A5 kompos 20,5 tonh 3,45 g. Hal ini menunjukan bahwa pemberian kompos kulit biji kopi dapat menggantikan peranan pupuk kandang dalam budidaya stroberi. Bobot kering atau biomassa akar merupakan akumulasi fotosintat yang berada diakar. Bobot kering akar berkaitan dengan bobot basah akar, yaitu bobot kering akar diperoleh setelah kandungan air yang terdapat pada bobot basah akar dikeringkan. Kandungan air yang terdapat pada tanaman stroberi sangat berpengaruh untuk pertumbuhan tanaman terutama untuk proses fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Agung dan Rahayu 2004, bahwa rendahnya jumlah air akan menyebabkan terbatasnya perkembangan akar, defisit air dalam jangka waktu yang pendek hanya berpengaruh pada efisiensi fotosintesis, sedangkan untuk jangka panjang mengakibatkan menurunnya efisiensi pembentukan bahan kering. Bobot kering tajuk juga memberikan pengaruh terhadap bobot kering akar. Hasil akumulasi hasil fotosintat lebih banyak terakumulasi pada pada tajuk. Hal ini sesuai dengan Salisbury dan Ross 1992 lebih besarnya biomassa tajuk dibandingkan dengan biomassa akar dapat memungkinkan terjadinya pengendalian penyerapan hara oleh tajuk. Hal ini dimungkinkan terjadi karena akar merupakan organ terakhir yang mendapatkan hasil asimilasi yang terbentuk di daun. Inilah yang menyebabkan pertumbuhan akar tidak seiring dengan petumbuhan vegetatif tanaman Gardner 1991. 9. Jumlah Buah per-tanaman Berdasarkan hasil sidik ragam jumlah buah per-tanaman stroberi pada Lampiran 6.i menunjukkan bahwa perlakuan dosis kompos kulit biji kopi dan pupuk kandang kontrol memberikan pengaruh yang sama atau tidak beda nyata terhadap jumlah buah per-tanaman. Hasil rerata jumlah buah per-tanaman stroberi pada akhir pengamatan minggu ke-16 setelah tanam disajikan pada Tabel 6. Tabel 5. Rerata jumlah buah, diameter buah dan bobot buah stroberi Perlakuan Jumlah Buah buah Diameter buah cm Bobot Buah g A1 pupuk kandang 20 tonh 0,97 1,04 1,12 A2 kompos kulit biji kopi 14,5 tonh 1,30 1,13 1,65 A3 kompos kulit biji kopi 16,5 tonh 0,83 0,90 1,02 A4kompos kulit biji kopi 18,5 tonh 1,65 1,31 2,35 A5 kompos kulit biji kopi 20,5 tonh 0,92 0,90 0,91 Keterangan : Angka-angka pada kolom menunjukkan berpengaruh tidak berbeda nyata menurut uji F pada taraf 5 Dari Tabel 6. Menunjukan bahwa perlakuan pupuk kandang kontrol dan berbagai tingkatan dosis kompos kulit biji kopi memberikan rerata hasil jumlah buah tanaman stoberi yang relatif sama yaitu pada perlakuan A1 pupuk kandang 20 tonh 0,97 buah, A2 kompos 14,5 tonh 1,30 buah, A3 kompos 16,5 tonh 0,83 buah, A4 kompos 18,5 tonh 1,65 buah dan A5 kompos 20,5 tonh 0,92 buah. Hal ini menunjukan bahwa pemberian kompos kulit biji kopi dapat menggantikan peranan pupuk kandang dalam budidaya stroberi. Berdasarkan Poling 2012, jumlah bunga dalam setiap tandan memang sedikit dari 6 sampai 8 bunga yang ada maksimal hanya 4 yang berkembang menjadi buah. Jumlah bunga yang dihasilkan sangat mempengaruhi jumlah buah yang dihasilkan. Banyaknya bunga yang gugur tidak dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan pupuk kandang kontrol dan kompos kulit biji kopi. Banyaknya jumlah bunga yang gugur disebabkan oleh suhu tinggi yaitu 26 –27 C pada periode Januari-Mei 2016 selama penelitian Lampiran 9.. Menurut Schneider dan Scarborough 1960 suhu yang terlalu tinggi selama bunga mekar menyebabkan periode bunga mekar dan reseptivitas stigma menjadi pendek sehingga menghambat pembuahan dan menyebabkan bunga gugur sehingga dapat menurunkan jumlah buah dan bobot buah panen. Rukmana 1998 menyatakan tanaman stroberi dapat tumbuh baik didataran tinggi tropis yang memiliki kisaran suhu 14-25 C. Hasil analisis di lapangan menunjukkan bahwa tanaman stroberi mengalami deficiency unsur hara Ca. Gejala deficiency unsur Ca yaitu Kuncup bunga dan buah kering atau busuk dan akhirnya akan gugur hal ini sesuai dengan pengamatan dilapangan Lampiran 10.h. Kekurangan Kalsium dalam tanah, menjadikan tanah bereaksi masam. Hal ini sesuai dengan hasil analisis sampel tanah tanaman yang terkena deficiency unsur Ca menunjukkan nilai keasaman pH yang masam sebesar 5,04. pH yang masam, mengakibatkan unsur hara lain seperti Phospor dan Kalium terikat sehingga tak terserap oleh tanaman dengan maksimal, pemupukan yang diberikan kurang efektif dan tidak efisien. produktifitas tanaman menurun rendah dengan mutu hasil kurang baik. Untuk menaikkan tingkat keasaman dilakukan penambahan dolomitkapur pertanian dengan dosis 2-4 ton per hektar. 10. Diameter buah Berdasarkan hasil sidik ragam diameter buah stroberi pada Lampiran 6.k menunjukkan bahwa perlakuan dosis kompos kulit biji kopi dan pupuk kandang kontrol memberikan pengaruh yang sama atau tidak beda nyata terhadap parameter diameter buah stroberi. Hasil rerata diameter buah stroberi pada akhir pengamatan minggu ke-16 setelah tanam disajikan pada Tabel 6. Dari Tabel 6. Menunjukan bahwa perlakuan pupuk kandang kontrol dan berbagai tingkatan dosis kompos kulit biji kopi memberikan rerata hasil diameter buah stroberi yang relatif sama yaitu pada perlakuan A1 pupuk kandang 20 tonh 1,04 cm, A2 kompos 14,5 tonh 1,13 cm, A3 kompos 16,5 tonh 0,90 cm, A4 kompos 18,5 tonh 1,31 cm dan A5 kompos 20,5 tonh 0,90 cm. Hal ini menunjukan bahwa pemberian kompos kulit biji kopi dapat menggantikan peranan pupuk kandang dalam budidaya stroberi. Aplikasi pupuk kandang kontrol dan berbagai tingkatan dosis kompos kulit biji kopi memberikan rerata hasil diameter buah stroberi yang relatif sama. Hal ini dikarenakan ukuran buah diameter buah ditentukan oleh bunga stroberi. Buah yang dihasilkan oleh bunga primer lebih besar daripada buah yang dihasilkan bun ga sekunder dan b uah dar i bunga sekunder leb ih bes ar d ari pa da buah y ang ber asa l dari bu nga tersier. Untuk meningkatkan ukuran buah stroberi, dilakukan pembuangan bunga tersier dan kuarter, dan mempertahankan bunga primer dan sekunder. Pembuangan bunga tersier dan kuartener bertujuan untuk mengurangi persaingan penggunaan fotosintat antara buah dan bunga, sehingga fotosintat dapat terkonsentrasi untuk perkembangan buah . Buah stroberi yang dihasilkan dalam penelitian ini menunjukan diameter buah yang kecil jika dibandingkan dengan diameter buah stroberi varietas California pada normalnya Lampiran 7.. Ukuran buah yang kecil ini dipengaruhi oleh proses penjarangan dikarenakan selama penelitian tidak dilakukan penjarangan buah dan bunga, sehingga translokasi fotosintat menuju buah tersier dapat dialihkan menuju buah sekunder dan tersier. Tidak dilakukannya pembuangan bunga juga akan menyebabkan terjadinya persaingan penggunaan fotosintat antara buah dan bunga, sehingga fotosintat tidak dapat terkonsentrasi untuk perkembangan buah . Selain itu faktor lingkungan akan mempengaruhi proses-proses fisiologi dalam tanaman. Semua proses fisiologi akan dipengaruhi oleh suhu dan beberapa proses akan tergantung dari cahaya. Stroberi dapat tumbuh baik pada kisaran suhu 14-25 C Rukmana, 1998 sedang suhu rata –rata pada lokasi penelitian yaitu 26-27 C, sehingga suhu udara pada lokasi penelitian tidak sesuai dengan syarat tmbuh tanaman stroberi. Suhu optimum diperlukan tanaman agar dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gunawan 1996, yang menyatakan bahwa suhu yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman bahkan akan dapat mengakibatkan kematian bagi tanaman, demikian juga sebaliknya suhu yang terlalu rendah. Sedangkan cahaya merupakan sumber tenaga bagi tanaman. 11. Bobot Buah per-tanaman Berdasarkan hasil sidik ragam bobot buah per-tanaman stroberi pada Lampiran 6.j menunjukkan bahwa perlakuan dosis kompos kulit biji kopi dan pupuk kandang kontrol memberikan pengaruh yang sama atau tidak beda nyata terhadap bobot buah per-tanaman. Hasil rerata bobot buah per-tanaman stroberi pada akhir pengamatan minggu ke-16 setelah tanam disajikan pada Tabel 6. Dari Tabel 6. Menunjukan bahwa perlakuan pupuk kandang kontrol dan berbagai tingkatan dosis kompos kulit biji kopi memberikan rerata hasil bobot buah tanaman stoberi yang relatif sama yaitu pada perlakuan A1 pupuk kandang 20 tonh 1,12 g, A2 kompos 14,5 tonh 1,65 g, A3 kompos 16,5 tonh 1,02 g, A4 kompos 18,5 tonh 2,35 g dan A5 kompos 20,5 tonh 0,91 g. Hal ini menunjukan bahwa pemberian kompos kulit biji kopi dapat menggantikan peranan pupuk kandang dalam budidaya stroberi. Aplikasi pupuk kandang kontrol dan berbagai tingkatan dosis kompos kulit biji kopi memberikan rerata hasil bobot buah tanaman stoberi yang relatif sama. Hal ini disebabkan karena bobot buah berkorelasi dengan jumlah buah dan juga diameter buah, semakin banyak jumlah buah dan besar diameter yang dihasilkan tentu bobot yang dihasilkan juga akan semakin besar, tentunya jika jumlah buah dan diameter buah memberikan hasil yang tidak beda nyata maka bobot buah yang dihasilkan juga tidak berbeda nyata . Akan tetapi terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara bobot buah pada penelitian ini menunjukkan bahwa produksi yang dihasilkan tanaman tergolong sangat rendah, jika dibandingkan dengan rata-rata bobot buah yang dihasilkan tanaman varietas California adalah 1,5 ons tanaman Lampiran. 7. Perbedaan yang tajam tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan iklim penanaman. Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan 600 –700 mmtahun. Lamanya penyinaran cahaya matahari adalah 8–9 jam setiap harinya, suhu udara pada siang hari 22-25 °C dan malam hari 14-18 °C, Kelembaban udara 80 –90 Rukmana, 1998. Sedangkan pada lokasi penelitian memiliki suhu rata-rata 26-27 °C, kelembaban 86-89 lama penyinaran 43 –69 per bulanan, dan curah hujan 292-532 mmbulan Lampiran 9., sehingga rendahnya produksi stroberi ini karena kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan syarat tumbuh tanaman stroberi. 67

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Aplikasi kompos kulit biji kopi memberikan pengaruh sama dengan aplikasi pupuk kandang pada budidaya tanaman stroberi. Sehingga kompos kulit biji kopi dapat digunakan sebagai pengganti pupuk kandang pada budidaya stroberi. 2. Aplikasi kompos kulit biji kopi dengan dosis 14,5 tonh sudah dapat menggantikan pupuk kandang 20 tonh pada budidaya stroberi. Namun, peningkatan dosis sampai dengan 20,5 tonh ternyata tidak diikuti dengan peningkatan pertumbuhan dan hasil.

B. Saran

Perlu adanya kajian ulang mengenai dosis kompos kulit biji kopi yang digunakan dan lingkungan tumbuh sesuai pada budidaya stroberi. 68 Daftar Pustaka Adams, M.R. and J. Dougan, 1982. Biological Management of Coffee Processing Wastes. Tropical Sciene, 23, 177-196 Adnan, 2014. “Pengaruh Kompos Kulit Kopi dan Interval Aplikasi Pupuk Bio Cair Herbafarm Tehadap Hasil Jagung Manis Zea mays sacchrata sturt”. Jurnal Agriculture Vol. X No. 2. Agung, T dan A. Yugi Rahayu, 2004. Analisis Efisiensi Serapan N, Pertumbuhan, dan Hasil Beberapa Kultivar Kedelai Unggul Baru dengan Cekaman Kekeringan dan Pemberian Pupuk Hayati. Agrosains 62: 70- 74, Semarang Agus Kurnia. 2005. Petunjuk Praktis Budi Daya Stroberi. Jakarta: Agro Medika Pustaka. h. 2-14. Anonim, 2011. Kopi Robusta. http:www.bironk.com . Diakses pada tanggal 8 November 2015 Antunes F, Hinzman M, Lopes-Lima M, Machado J, Martin da Costa P. 2010. Association between environmental microbiota and indigenous bacteria found in hemolymp, extrapallial fluidand mucus of Anodonta cygnea. Microb. Ecol. 60:304-309. AOAC. 1990. Methods of Analysis of The Association of Official Agricultural Chemists. Association of Official Agricultural Chemists. Washington D.C. Badan Standarisasi Nasional BSN, 2004. Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik. SNI 19-7030-2004. Bambang Purwanto. 2006. Dasar – Dasar Perlindungan Tanaman. Jakarta: Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura Baon, J.K., R. Sukasih dan Nurkholis, 2005. Laju Dekomposisi dan Kualitas Kompos Limbah Padat Kopi: Pengaruh Aktivator dan Bahan Baku Kompos. Pelita Perkebunan Vol. 21 No. 1 BAPPENAS “dalam” Prihatman, K. 2000. Stroberi Fragaria chiloensis L.F. vesca L, BAPPENAS pp : 1. BPS. 2012. http:www. bps. go. Id. Diakses pada tanggal 8 November 2015. Budiman, S., dan Saraswati, D., 2008. Berkebun Stroberi Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.