PENDAHULUAN PERBEDAAN KADAR MAGNESIUM SERUM ANTARA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG MATI TENGGELAM DI AIR TAWAR DENGAN DI AIR LAUT

BAB I PENDAHULUAN

A. Lat ar Belakang M asalah Besarnya angka kejadian t enggelam di seluruh dunia sangat ber variasi, t er gant ung pada akses ke air , iklim, dan kebiasaan ber enang Wikipedia, 2009. Sepert i dilaporkan oleh Shepherd dan M art in 2005, set iap t ahun sekit ar 150.000 orang m eninggal akibat t enggelam. Pada kenyat aannya, angka t ersebut kemungkinan lebih besar oleh karena t idak semua kejadian t enggelam dilaporkan Idris, et al., 2003. Di Inggris t erdapat 450 korban t enggelam per t ahunnya at au 1:150.000 populasi, sedangkan di USA set iap t ahunnya t erdapat 6.500 korban t enggelam at au 1:50.000 populasi Wikipedia, 2009. Kasus t enggelam t elah lama m enjadi dilema dalam ilmu kedokt eran forensik. Pada kasus pembunuhan misalnya, pelaku kejahat an m enenggelamkan korban ke dalam sungai t et api korban dit emukan di laut Locali, et al., 2006. Di dalam kasus ini, ilmu kedokt eran forensik mempunyai kont ribusi besar dalam melakukan pem eriksaan mayat unt uk m enent ukan sebab dan cara kemat iannya, apakah kecelakaan, pembunuhan, at au bunuh diri Idr ies, 1997, ser t a menent ukan lokasi past i kemat ian korban. Tenggelam m erupakan kasus yang kom pleks dan bukan sekedar masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan Idries, 1997. Per ubahan pat ofisiologi yan g diakibat kan oleh t enggelam, t er gant ung pada jumlah dan sifat cairan yang t erhisap sert a lamanya hipoksemia t erjadi Rijal, 2001. Asf iksia merupakan penyebab kemat ian dalam kasus t enggelam. Asfiksia t erjadi karena penyumbat an saluran pernapasan oleh cairan yang masuk ke dalam saluran nafas sehinga menghalangi penyerapan oksigen ke dalam t ubuh. Set elah air masuk dalam saluran napas, perubahan keseim bangan cairan t ubuh dan kimia darah merupakan gangguan yang serius. Unt uk membukt ikan gangguan t ersebut , pem eriksaan laborat orium cairan t ubuh sangat diperlukan, t erut ama pem eriksaan darah. Karena m ekanism e kemat ian pada kasus t enggelam berbeda-beda, keadaan t ersebut akan m emberi w arna pada pemeriksaan mayat dan pem eriksaan laborat orium. Dengan kat a lain, kelainan yang didapat kan pada kasus t enggelam t ergant ung dari mekanism e kemat iannya Idries, 1997. M ekanisme t enggelam dalam air laut berbeda dengan t enggelam dalam air t aw ar Idries, 1997. Pada korban yang t enggelam dalam air laut , air akan dit arik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan int er st it ial paru karena konsent rasi elekt rolit dalam air laut lebih t inggi daripada dalam darah, sehingga menimbulkan edema pulmoner, hemokonsent rasi, dan hipovolemi Budiyant o, 1997. Ber beda dengan air laut , air t aw ar bersif at hipot onik sehingga dengan cepat diserap ke dalam sirkulasi dan segera didist ribusikan, sehingga pada korban yang mat i t enggelam dalam air t aw ar t erjadi absorpsi cairan yang masif Rijal, 2001. Air t aw ar akan masuk ke dalam aliran darah sekit ar alveoli karena konsent rasi elekt rolit dalam air t aw ar lebih rendah daripada konsent rasi elekt rolit dalam darah, sehingga t erjadi hemodilusi darah. Akibat pengenceran darah yang t erjadi, t ubuh mencoba mengat asi keadaan ini dengan melepaskan ion kalium dari serabut ot ot jant ung sehingga kadar ion kalium dalam plasma meningkat . Perubahan keseimbangan ion K + dalam serabut ot ot jant ung akan mendorong t erjadinya fibrilasi vent rikel Budiyant o, 1997. M agnesium ber peran pent ing dalam m empert ahankan homeost at is kalsium dan kalium yang normal. Hal ini memper mudah t ransport asi nat rium dan kalium melew at i membran sel ber t anggung jaw ab t erhadap hipokalemia sekunder yang t erjadi pada hipomagnesia, dan m empengaruhi kadar kalsium int r asel melalui ef eknya pada sekresi PTH. Hipomagnesia t er ganggu dengan p elepasan PTH dan dengan ef eknya pada jaringan sasaran sehingga dapat t erjadi hipokalsemia yan g disebabkan oleh hipomagnesemia. Konsent rasi magnesium serum m erupakan salah sat u pengukuran yang sering digunakan di laborat orium. M agnesium mer upakan salah sat u elekt rolit pent ing dalam cairan t ubuh, pengamat an t erhadap kadar magnesium serum darah diharapkan dapat membant u menent ukan lokasi kemat ian dengan t epat . Kadar magnesium serum pada vent rikel kiri dapat digunakan unt uk m embedakan ant ara aspirasi di air t aw ar dan air laut . Kadar magnesium serum dalam jant ung dan darah t epi m eningkat secara t ajam pada kasus t enggelam di air laut dibandingkan dengan kasus lainnya. Penanda ini sangat ber guna unt uk diagnosis dan membedakan t enggelam di air t aw ar at au di air laut Kar ena mekanism e kemat ian pada kasus t enggelam di air t aw ar dan air laut berbeda, keadaan t ersebut akan mengakibat kan perbedaan pada pem eriksaan mayat dan pem eriksaan laborat orium Idries, 1997. B. Perumusan M asalah Apakah ada perbedaan kadar magnesium serum ant ara t ikus put ih Rat t us norvegicus yang mat i t enggelam di air t aw ar dengan di air laut ? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan lat ar belakang di at as, penulis ingin menget ahui perbedaan kadar magnesium serum ant ara t ikus put ih Rat t us nor vegicus yang mat i t enggelam di air t aw ar dengan di air laut . D. M anfaat Penelitian 1. M anf aat Teorit is Penelit ian ini digunakan unt uk membukt ikan t eori yang sudah ada dan diharapkan dapat memberikan kont ribusi bagi Ilmu Kedokt eran For ensik unt uk membant u menegakkan diagnosis korban t enggelam di air t aw ar at au di air laut dan menent ukan lokasi past i kemat ian korban t enggelam. 2. M anf aat Prakt is M anf aat prakt is yang diharapkan adalah penelit ian ini dapat digunakan sebagai dat a aw al unt uk penelit ian lebih lanjut mengenai perubahan hist opat ologis jaringan paru, sehingga dapat m enent ukan lokasi past i kemat ian dengan lebih akurat .

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pust aka 1. Tenggelam a. Definisi dan Klasifikasi Tenggelam Berdasarkan konsensus W orld Congress on Drow ning yang diadakan di Amst erdam pada t ahun 2002, t enggelam didefinisikan sebagai suat u proses yang m engakibat kan gangguan respirasi oleh karena submersion immersion di dalam cairan van Beeck, et al., 2005. Submersion adalah keadaan saat seluruh t ubuh, t ermasuk salur an naf as, berada di dalam air, sedangkan immersion adalah tenggelam dengan hanya w ajah dan jalan nafas yang t erbenam Idris, et al., 2003. Tenggelam biasanya didefinisikan sebagai kemat ian akibat mat i lemas asf iksia karena masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan Budiyant o, 1997 yang diser t ai hilangnya fungsi pernapasan karena bronkus respirat or ius dan alveolus t erisi air Rab, 1998. Bagian t erpent ing dari asfiksia adalah perjuangan m elaw an hal yang menyebabkan gangguan napas, salah sat unya adalah aspirasi air pada korban t enggelam. Selain gangguan pada saluran pernapasan, juga t erjadi perubahan lainnya Rab, 1998, sepert i gangguan keseimbangan cair an t ubuh dan kimia darah yang t imbul segera set elah air t erinhalasi sehingga dapat menimbulkan kemat ian. Hasil akhir dari kejadian t enggelam harus dikat egorikan sebagai korban selamat at au meninggal. Korban selamat yait u korban yang t et ap hidup set elah kejadian akut dan gejala sisa akut maupun subakut . Sebagai cont oh, korban selamat didefinisikan sebagai korban t enggelam yang berhasil di-resusit asi dari hent i jant ung at au hent i nafas dan keluar dari rumah sakit at au berhasil bert ahan hidup dan kemudian meninggal oleh kar ena penyebab yang lain. Korban t enggelam yang berhasil mendapat kan r esusit asi di t empat kejadian t et api kemudian m enyerah kepada kondisi yang disebabkan oleh t enggelam, harus dikat egorikan sebagai kemat ian akibat t enggelam. Jika t erdapat hubungan sebab akibat yang jelas, t idak ada bat asan w akt u unt uk m enent ukan kemat ian akibat t enggelam. Secara umum, penyebab kemat ian t erbanyak pada korban t enggelam adalah : 1 Kemat ian ot ak akibat hipoksia at au iskemia ot ak yang parah. 2 Acut e Respirat ory Dist ress Syndrome . 3 Kegagalan mult i organ akibat gangguan hipoksik at au iskemik yang parah. 4 Sindrom sepsis karena pneumonia aspirasi at au infeksi nosokomial. Korban yang selamat dapat diklasifikasikan berdasarkan keparahan dan t ipe morbidit as, seper t i gangguan neurologis at au gangguan