M ekanisme Tenggelam LANDASAN TEORI

kemudian menjadi hiperkarbia, hipoksemia, dan asidosis. Pada periode ini korban akan menelan air dalam jumlah banyak M odell, et al., 1976. Per gerakan respirasi korban mungkin menjadi sangat akt if, t et api t idak ada pert ukar an udara karena obst ruksi laring. Saat t ekanan oksigen art eri t er us m enurun, laryngospasm e menghilang dan korban mengaspirasi cairan secara akt if dengan jumlah cairan yang t eraspirasi ber variasi M odell dan M oya, 1966. Per ubahan t erjadi di paru, cairan t ubuh, t ekanan gas darah, keseim bangan asam-basa, dan konsent rasi elekt rolit , yang bergant ung pada komposisi, volume cairan yang t er aspirasi, dan durasi t enggelam M odell, et al., 1967. Proses t enggelam melibat kan gangguan hipoksia primer. Korban t enggelam yang t idak bernapas at au kehilangan kesadaran mengalami resiko menderit a gangguan hipoksia t ambahan saat diangkat dari air. Bahkan jika vent ilasi spont an berhasil dilakukan kembali, hipoksia bisa t et ap ada karena shunt ing int rapulmoner yang disebabkan oleh aspirasi air benda asing, dan kerusakan organ semakin bert ambah bahkan set elah m endapat kan peraw at an di rumah sakit M odell, et al., 1966. Korban dapat pulih kembali set elah m endapat kan resusit asi, dengan at au t anpa t erapi t am bahan unt uk m enangani hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sert a m engembalikan f ungsi organ. Jika korban t idak segera diber i vent ilasi, at au t idak segera bernafas spont an, akan t erjadi hent i jant ung, yang akan menyebabkan kegagalan mult i organ dan kemat ian, yang semua it u disebabkan oleh hipoksia jaringan. Jant ung dan ot ak mer upakan dua or gan yang berisiko t erbesar mengalami kerusakan karena periode hipoksia yang relat if singkat . Perkembangan dari post hypoxic encephalopat hy dengan at au t anpa edema ot ak adalah penyebab t ersering kemat ian pada korban t enggelam yang diraw at di rumah sakit . Bagian t erpent ing dari asfiksia adalah perjuangan m elaw an hal yang m enyebabkan gangguan napas, salah sat unya adalah aspirasi air pada korban t enggelam. Selain gangguan pada saluran pernapasan, juga t erjadi perubahan lainnya Rab, 1998, sepert i gangguan keseimbangan cairan t ubuh dan kimia darah yang t im bul segera set elah air t eraspirasi sehingga dapat menimbulkan kemat ian. Penyebab ut ama dari kemat ian adalah hipoksia dan asidosis, yang m endor ong ke arah hent i jant ung cardiac arrest Wikipedia, 2009. M enurut Cheng dan Yakobi 2006, t erdapat lima t ahapan pada kejadian t enggelam. Pr oses t enggelam diaw ali dengan kepanikan at au perlaw anan, kemudian diikuti oleh t enggelam dengan menahan naf as. Kemudian korban mulai menelan air sebelum akhirnya mulai kehilangan kesadaran. Tahap ini dimulai kira-kira set elah t iga m enit berada di dalam air. Dalam lima menit , ot ak mulai mengalami kerusakan. Denyut jant ung mulai t idak t erat ur, sebelum akhirnya berhent i berdenyut . Pada anak-anak dapat dit emukan adanya mekanism e pert ahanan t ubuh t erhadap t enggelam mammalian dive ref lex, sepert i yang biasa dit emukan pada mamalia, khususnya mamalia laut Wikipedia, 2009. Reflek ini lebih sering dijumpai pada mamalia yang t enggelam di air dingin kurang dari 68 F at au 20 C daripada di air hangat Wikipedia, 2009 dan berfungsi unt uk m elindungi t ubuh dengan cara m enghemat oksigen agar bisa ber t ahan lebih lama di air, dengan cara penur unan m et abolisme t ubuh sepert i pengaliran darah hanya ke jant ung, paru, dan ot ak Cheng dan Yakobi, 2006. Wikipedia, 2009 merinci reflek t ersebut m enjadi t iga pr insip dasar, yaitu : 1 Bradikardia, yait u penurunan denyut jant ung. Pada m anusia penurunan denyut jant ung ini bisa mencapai 50. 2 Vasokonst riksi perifer, yait u penghambat an aliran darah ke ekst r emit as dengan t ujuan unt uk m eningkat kan pasokan darah dan oksigen ke organ-organ vit al, t erut ama ot ak. 3 Blood shif t , pengalihan aliran darah ke r ongga dada, yait u daerah ant ara diafragma dan leher, unt uk menghindari kolaps paru karena semakin dalam korban t enggelam, t ekanan air akan semakin t inggi. M eskipun kasus ini jarang dijumpai, korban biasanya masih bisa dir esusit asi dan dikembalikan ke fungsi normalnya. Korban dilaporkan selamat , meskipun t elah t enggelam selama sat u jam Wikipedia, 2009.

c. Pat ofisiologi Kematian Akibat Tenggelam

Gangguan keseimbangan cairan dan elekt rolit darah merupakan fakt or t erpent ing penyebab kemat ian t enggelam. Hal ini diperkuat hasil riset yang dilakukan Sw ann, et al. 1947 m enggunakan anjing yang seluruh t ubuhnya dit enggelamkan dalam air t aw ar dan air laut . Pada kedua m edia t er jadi t ransf er air secara berkesinambungan dalam dua arah ant ara r ongga alveolar dan darah, seper t i cont ohnya edema paru yang berkembang simult an dengan proses difusi. M ekanism e pert ukaran ini berbeda t ergant ung air yang masuk ke dalam saluran nafas, air laut at au air t aw ar, karena perbedaan kadar garam menyebabkan perbedaan mekanisme penyesuaian cairan dan el ekt rolit ant ara rongga alveolar dan pembuluh darah. Per pindahan cairan ini t erjadi dengan cepat sehingga set iap perbedaan osmolarit as ant ara kedua kompar t em en ini biasanya akan dikoreksi dalam w akt u det ik at au umumnya dalam menit Guyt on dan Hall, 1997. 1 Tenggelam di air t aw ar Air t aw ar lebih hipot onis bila dibandingkan dengan plasma darah Giert sen, 1988. Air yang t eraspirasi dan berada dal am alveoli segera berpindah ke dalam sirkulasi darah. Keadaan t ersebut m enyebabkan ekspansi volum e darah, hem odilusi, dan hemolisis. Tubuh berusaha mengkompensasi dengan melepas ion kalium dari serabut ot ot sehingga kadar ion kalium dalam plasma meningkat Budiyant o, et al., 1997. Overload dari sirkulasi, hiponat remia, dan t idak seimbangnya rasio nat rium dan kalium bersama-sama dengan hipoksia ot ot jant ung secara fat al menyebabkan penur unan t ekanan sist olik jant ung yang dengan cepat diikut i f ibrilasi vent rikel yang menyebabkan kemat ian. Kemat ian dapat t erjadi dalam w akt u 4 sampai 5 menit Budiyant o, et al., 1997. 2 Tenggelam di air laut Pada w akt u air laut t eraspirasi ke dalam alveoli, perbedaan osmolarit as mengakibat kan penarikan air dari pembuluh darah paru menuju ruang alveolar. Hal t ersebut akan menyebabkan gangguan pada pert ukaran gas di alveolar, sehingga m enimbulkan hipoksia dan abnormalit as t horax yang disebabkan oleh edema paru dan at elekt asis. Air dalam sirkulasi darah yang diserap oleh alveoli bisa mencapai 42. Unt uk m encegah sel semakin membengkak dan lisis, elekt rolit nat rium, klorida, magnesium dipompa ke dalam darah sehingga m enimbulkan sedikit perubahan pada keseimbangan rasio nat rium dan kalium. Konsent rasi elekt r olit yang t inggi dalam air laut m engakibat kan osmosis air secara t erus- menerus ke dalam jaringan paru Guyt on dan Hall, 1997, sehingga t erjadi edema pulmoner, hem okonsent rasi, dan hipovolemi Budiyant o, et al ., 1997. Edema pulmoner akut dapat t erjadi jika t erdapat peningkat an permeabilit as kapiler paru non kardiogenik, at au saat t ekanan hidrost at ik kapiler paru mel ebihi t ekanan onkot ik plasma kardiogenik, at au keduanya. M ekanisme pada korban t enggelam belum diket ahui dengan past i, t et api diduga kar ena peningkat an t ekanan kapiler paru dari sist em saraf simpat is, peningkat an t ekanan