DASAR HUKUM PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL LATAR BELAKANG

32

B. DASAR HUKUM PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL

Pemungutan Pajak Hotel di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat, sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait. Dasar hukum pemungutan Pajak Hotel pada suatu kabupaten atau kota sebagaimana dibawah ini. 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. 3. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. 4. Peraturan Daerah kabupaten kota yang mengatur tentang Pajak Hotel. 5. Keputusan Bupati Walikota yang mengatur tentang Pajak Hotel sebagai aturan pelaksanaan Peraturan Daerah tentang Pajak Hotel pada kabupaten kota yang dimaksud.

C. OBJEK DAN SUBJEK PAJAK HOTEL 1. Objek Pajak Hotel

Objek Pajak Hotel adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di hotel termasuk : a. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek antara lain gubuk pariwisata cottage, motel wisma pariwisata, pesanggrahan hostel, losmen dan rumah penginapan. Dalam pengertian rumah penginapan termasuk rumah kos dengan jumlah kamar minimal 10 sepuluh atau lebih yang menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan. b. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau tinggal jangka pendek yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan antara lain telepon, faksimili, teleks, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, taksi dan pengangkutan lainnya, yang disediakan atau dikelola hotel. 33 c. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel, bukan untuk umum antara lain pusat kebugaran, pub, diskotik, yang disediakan atau dikelola hotel. d. Jasa perawatan ruangan untuk kegiatan acara pertemuan di hotel. e. Penjualan makanan dan minuman di tempat yang disertai dengan fasilitas penyantapan di hotel. Sedangkan yang dikecualikan dari Objek Pajak Hotel adalah : 1. Penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan fasilitas tempat tinggal lainnya baik bangunan, pekarangan dan managemennya yang tidak menyatu dengan hotel. 2. Pelayanan tinggal di asrama, pondok asrama dan pondok pesantren. 3. Pertokoan, perbankan, perkantoran, salon yang dipakai oleh umum di hotel. 4. Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat dimanfaatkan oleh umum.

3. Subjek Pajak Hotel

Pengertian pajak hotel berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2002 Tentang Pajak Hotel dimana Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan hukum yang melakukan pembayaran atau pelayanan hotel termasuk losmen, wisma, tempat kost dan penginapan lainnya. Dan yang disebut wajib pajak hotel adalah pengusaha hotel termasuk wisma, losmen, tempat kost dan penginapan lainnya. Dalam menjalankan kewajiban perpajakan wajib pajak dapat diwakili oleh pihak tertentu yang diperkenankan oleh Undang-Undang dan peraturan daerah tentang Pajak Hotel. Wakil wajib pajak bertanggung jawab secara pribadi dan atau secara langsung renteng atas pembayaran pajak terhutang. Selain itu, wajib pajak dapat menunjuk seorang kuasa dan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya. 34

D. TUJUAN DAN MANFAAT PEMUNGUTAN PAJAK 1. Tujuan dan Fungsi Pajak

Secara umum tujuan yang dapat dicapai dari diberlakukannya pajak adalah untuk mencapai kondisi meningkatnya ekonomi suatu negara yaitu: a. Untuk membatasi konsumsi dan dengan demikian mentransfer sumber dari konsumsi ke investasi. b. Untuk mendorong tabungan dan menanam modal. c. Untuk mentransfer sumber dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah sehingga memungkinkan adanya investasi sumber dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah sehingga memungkinkan adanya investasi pemerintah. d. Untuk memodifikasi pola investasi. e. Untuk mengurangi ketimpangan ekonomi. f. Untuk memobilisasi surplus ekonomi Nurkse, 1971 dalam Muchlis, 2002. Untuk mencapai tujuan, pemerintah perlu memegang asas-asas pemungutan dalam memilih alternatif pemungutannya, sehingga dapat keserasian pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan. Asas-asas pemungutan pajak yang baik sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith Suparmoko, 1986 didasarkan pada : 1. Prinsip Kesamaan Keadilan equity Beban pajak harus sesuai dengan kemampuan relatif dari setiap wajib pajak. Artinya orang yang penghasilannya sama harus dikenakan pajak yang sama. 2. Prinsip Kepastian certainty Pajak dikenakan berdasarkan kepastian hukum yang bersifat tegas, jelas dan pasti bagi wajib pajak maupun aparatur perpajakan. 3. Prinsip Kecocokan Kelayakan convinience 35 Pajak hendaknya dikenakan pada saat wajib pajak merasa senang hati membayarkannya kepada pemerintah karena pajak yang dibayarkannya layak dan tidak memberatkan, misalnya pada saat mempunyai uang. 4. Prinsip Ekonomi economy Dalam memungut pajak, hendaknya tidak menimbulkan biaya yang lebih besar daripada jumlah penerimaan pajaknya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada dasarnya pajak diorientasian kepada kesenangan dan pelaksanaan yang tidak memberatkan bagi masyarakat dan kepastian hukum sehingga dengan hal tersebut tidak menjadikan masyarakat secara sadar dan sukarela untuk membayar jumlah pajak yang terhutang. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya didalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

1. Fungsi anggaran budgetair

Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.

2. Fungsi mengatur regulerend

36 Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring, penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

3. Fungsi stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, pemungutan pajak yang efektif dan efisien.

4. Fungsi redistribusi pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Berdasarkan fungsi pajak diatas, dapat dipahami dimengerti fungsi pajak dikaitkan dengan anggaran pendapatan dan belanja negara umumnya dan anggaran pendapatan daerah khususnya yang dimaksud untuk mengisi kas negara atau daerah sebanyak banyaknya dalam rangka pembiayaan pengeluaran rutin pemerintah pusat atau daerah dalam rangka pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan.

2. Manfaat Pemungutan Pajak

Dalam pemungutan pajak terdapat beberapa manfaat yang didapat, yaitu : 37 1. Membiayai pengeluaran pengeluaran negara seperti pengeluaran yang bersifat self training contohnya adalah pengeluaran untuk proyek produktif barang ekspor. 2. Membiayai pengeluaran reproduktif pengeluaran yang memberikan keuntungan ekonomis bagi masyarakat seperti pengeluaran untuk pengairan dan pertanian. 3. Membiayai pengeluaran yang bersifat tidak self liquiditing dan tidak ada produktif tentang pengeluaran untuk pendirian monumen dan rekreasi. 4. Membiayai pengeluaran yang tidak produktif contohnya adalah pengeluaran untuk membiayai pertahanan negara atau perang dan pengeluaran untuk penghematan di masa yang akan datang yaitu pengeluaran untuk anak yatim piatu. Manfaat uang pajak bagi negara maupun bagi masyarakat jelas sebagai berikut: 1. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Biaya tersebut antara lain diperoleh dari hasil penerimaan pajak. 2. Pajak merupakan salah satu alat pemerataan pendapatan. Pengenaan pajak dengan tarif progresif dimaksudkan untuk mengenakan pajak yang lebih tinggi pada golongan yang lebih mampu. Peranan pajak sebagai alat pemerataan pendapatan sangat penting untuk menegaskan keadilan sosial. 3. pajak merupakan salah satu alat untuk mendorong investasi. Salah satu fungsi dari pajak adalah budgeter. Apabila masih ada sisa dari dana yang dipergunakan untuk membiayai pengeluaran negara, maka kelebihan tersebut dapat dipakai untuk tabungan pemerintah.

E. PENYELENGGARAAN PEMUNGUTAN PAJAK

Dalam pemungutan pajak penyelenggara pemungutan pajak sangatlah berperan penting dalam melakukan pemungutan dimana penyelenggara hampir bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaan pemungutan pajak tersebut. Namun sebelum melihat lebih jauh 38 penyelenggaraan pemungutan pajak layaklah harus diketahui terlebih dahulu syarat dan sistem dari pemungutan pajak.

1. Syarat Pemungutan Pajak

Tidaklah mudah untuk membebgankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi persyaratan yaitu :

a. Pemungutan pajak harus adil

Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam pelaksanaannya, misalnya : 1. Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak. 2. Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai wajib pajak. 3. Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat ringannya pelanggaran.

b. Pengaturan pajak harus berdasarkan UU

Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah. 39 Berdasarkan pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: “Pajak dan pungutan yang bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang”, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan Undang-Undang tentang pajak, yaitu: 1. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara berdasarkan UU tersebut harus dijamin kelancarannya. 2. Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diberlakukan secara umum. 3. Jaminan hukum atas terjaganya kerahasiaan bagi para wajib pajak. 4. Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian.

c. Pemungutan pajak harus efisien

Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi perhitungan maupun dari segi waktu.

d. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Cara pemungutan pajak akan sangat menentukan keberhasilan dalam pemungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dampak positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak, misalnya : 1. Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif. 2. Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu 10 . 3. Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan disederhanakan menjadi pajak penghasilan PPh yang berlaku bagi badan maupun perseorangan pribadi. 40

2. Penyelenggaraan Pemungutan Pajak

Penyelenggaraan pemungutan pajak di Indonesia sesuai dengan asas pungutan pajak menganut sistem pemungutan pajak self assesment system maka setiap wajib pajak harus menghitung dan menyetor pajaknya sendiri tanpa menunggu surat ketetapan pajak dari direktur jenderal pajak. Prinsip tentang membayar pajak sendiri tanpa menguntungkan adanya ketetapan pajak ini sesuai dengan pasal 12 ayat 1 UU No.6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir menjadi UU No.16 tahun 2000 dan berdasarkan UU RI No.28 tahun 2007 pasal 2 ayat 1 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan, disebutkan bahwa setiap wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor direktoral jenderal pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak. Self assessment merupakan salah satu sistem dan mekanisme pemungutan pajak. Self assesment system diterapkan di beberapa negara seperti Amerika, Jepang, bahkan juga di Hindia Belanda dulu. Dalam system ini perhitungan berapa besarnya pajak yang harus dibayar dilakukan sendiri oleh wajib pajak, sehingga wajib pajak bersifat aktif. Pada tata cara self assessment kegiatan pemungutan pajak diletakkan pada aktivitas masyarakat sendiri memberi kepada wajib pajak untuk : a. Menghitung sendiri besarnya pendapatan kekayaan laba. b. Menghitung sendiri besarnya pajak pendapatan kekayaan perseroan yang terhutang dan menyetorkannya ke kas negara. 41 Wajib pajak bisa melihat dan memahami sendiri tentang bagaimana cara membayar pajak yang terhutang, sehingga cara self assesment ini pada dasarnya memberi kemudahan bagi wajib pajak, cara ini disebut juga dengan MPS Menghitung Pajak Sendiri. Pada full self assesment, proses dan hak menetapkan sudah berada pada pihak wajib pajak. Proses dan hak menetapkan ini diwujudkan dalam mengisi SPT secara baik dan benar dan menyampaikannya kepada fiskus. Pengisian secarabaik dan benar oleh wajib pajak dijamin oleh UU seperti diatur dalam pasal 12 ayat 2 UU No.16 tahun 2000, yang telah diubah dengan UU No. 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang menyatakan: Jumlah pajak yang terhutang menurut surat pemberitahuan yang disampaikan oleh wajib pajak adalah jumlah pajak yang terhutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Makna self asessment adalah wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, melaporkan, dan membayar sendiri berapa pajak terhutang dalam satu tahun pajak. Sistem self asessment, peran fiskus cenderung pasif, yaitu sekedar mengawasi pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak. Namun, pengawasan atau pemeriksaan pajak ini, jika dilihat dari konteks pembinaan wajib pajak, menjadi tidak efektif. Hal itu karena yang terjadi dalam proses pemeriksaan kecenderungannya adalah permainan antara wajib pajak dan fiskus. Akibatnya, meski self asessment sudah berjalan sekitar 25 tahun, kesadaran dan kepedulian wajib pajak untuk memenuhi kewajibannya secara sukarela masih tetap rendah. Berdasarkan Undang-Undang pajak nasional sistem self asessment ini menganut prinsip ketiga dari prinsip-prinsip yang tertuang dalam UU No.28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan yaitu wajib pajak diberikan kepercayaan untuk 42 menghitung dan membayar sendiri pajak yang terhutang sehingga dengan cara ini kejujuran dari wajib pajak sangat diperlukan dalam rangka pemungutan pajak. Wajib pajak disini harus mendaftarkan diri terlebih dahulu pada kantor direktorat jenderal pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak sekaligus untuk mendapatkan NPWP Nomor Pokok Wajib Pajak. Selain menghitung dan membayar sendiri wajib pajak juga harus melaporkan sendiri jumlah pajak yang dibayarkannya, sehingga diharapkan wajib pajak memiliki rasa tanggung jawab yang besar, karena sistem ini sangat membutuhkan partisipasi yang besar dari wajib pajak diantaranya kesadaran, kejujuran serta tangggung jawab. Reformasi sistem perpajakan di Indonesia sudah berjalan terhitung disahkannya paket Undang-Undang perpajakan pada tahun 1983. Perubahan besar yang dilakukan saat itu bukan semata mata mengubah nama dan organisasi dari kantor inspeksi pajak menjadi kantor pelayanana pajak, tetapi mengubah hampir seluruh landasan hukum dan tata cara pemajakannya yang disebut self asessment. Di Indonesia sistem ini diberlakukan pada Undang-Undang Pajak yang baru seperti pajak pertambahan nilai yang pelaksanaannya diatur dalam UU No.18 tahun 2000 dimana setiap orang pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak, badan, bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak baik yang ada di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri. Secara umum, sistem pemungutan pajak dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : • Self assessment system, yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terhutang. Ciri-ciri dari sistem ini adalah i Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terhutang berada pada Wajib Pajak sendiri, ii Wajib 43 Pajak Aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terhutang, dan iii Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. • Official Assessment System, yaitu sistem yang member wewenang kepada pemerintah Fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-ciri dari sistem ini adalah i Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terhutang ada pada fiskus, ii Wajib Pajak bersifat pasif, dan iii Utang timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus. • With Holding System, yaitu sistem pemungutan yang member wewenang kepada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terhutang oleh Wajib Pajak. Ciri-ciri dari sistem ini adalah wewenang menentukan besarnya pajak yang terhutang ada pada pihak ketiga, selain fiskus dan wajib pajak. 8 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagaimana diketahui bahwasanya pajak merupakan iuran wajib kepada negara. Dari pajak ini yang mana akan digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah. Sejak tahun 1999 pembagian pajak menurut wewenang pemungutan pajak dipisahkan menjadi pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat yang dipungut oleh pemerintah pusat terdiri dari pajak penghasilan dan pajak pertambahan nilai. Untuk pajak daerah dipungut oleh pemerintah daerah itu sendiri. Dasar dilakukan pemungutan pajak oleh pemerintah daerah sesuai undang- undang nomor 23 tahun 2014 tentang otonomi daerah mengatakan bahwa pemerintah dan masyarakat di daerah dipersilahkan mengurus rumah tangganya sendiri secara bertanggung jawab. Pemerintah pusat dalam konteks desentralisasi ini adalah melakukan supervise, memantau, mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan otonomi daerah. Dengan adanya otonomi daerah, maka pemerintah daerah diberikan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya. Langkah- langkah yang perlu diambil dengan cara menggali segala kemungkinan sumber keuangannya sendiri sesuai dengan dan dalam batas-batas peraturan perundang-undangan. Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain- lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah. 2 __________________________ 2 Faisal Akbar, Nasution Pemerintahan Daerah dan Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah Jakarta PT. Sofmedia, 2009. hlm10 9 Untuk merealisasikan pelaksanaan otonomi daerah maka sumber pembiayaan pemerintah daerah tergantung pada peranan pendapatan asli daerah PAD. Hal ini diharapkan dan diupayakan dapat menjadi penyangga utama dalam membiayai kegiatan pembangunan di daerah. Untuk meningkatkan peran anggaran pendapatan dan belanja daerah secara bertahap dan berencana menuju ke arah kemandirian pembiayaan daerah, maka pendapatan asli daerah PAD terus diupayakan peningkatannya. Untuk meningkatkan kemampuan penerimaan daerah khususnya penerimaan dari PAD harus diarahkan pada usaha-usaha yang terus menerus berlanjut agar PAD tersebut meningkat, sehingga pada akhirnya diharapkan akan dapat memperkecil ketergantungan terhadap sumber penerimaan dari pemerintah pusat. Dalam undang-undang no 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah tersebut ditentukan pajak daerah yang pelaksanaannya di daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah. Mengenai perpajakan, undang-undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945 menegaskan bahwa “pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang.” Prinsip otonomi daerah pada dasarnya dijelaskan dalam pasal 18 ayat 5 undang- undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 yang menyatakan bahwa “pemerintah daerah menjalankan otonomi daerah seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat”. Dalam hal ini daerah menggunakan prinsip otonomi seluas –luasnya dalam arti daerah dibberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah pusat. Dalam pelaksanaan otonomi tersebut, daerah memilii kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Undang-undang 10 nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah menegaskan bahwa kewenangan otonomi luas adalah keleluasan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama serta kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Pelaksanaan otonomi daerah dipandang sebagai suatu strategi yang bertujuan untuk mencapai tuntutan masyarakat daerah terhadap permasalahan-permasalahan yang dihasapi seperti distribusi pendapatan dan pembagian kewenangan. Disamping itu dimaksudkan sebagai strategi untuk memperkuat perekonomian daerah dalam rangka memperkokoh perekonomian nasional menghadapi era globalisasi. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sunber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada undang-undang tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan antara lain berupa kepastian tersedianya pendanaan dari pemerintah sesuai dengan urusan pemerintah yang diserahkan, kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak daerah dan mendapatkan hasil bagi dari sumber-sumber daya nasional yang berada di daerah dan dana perimbangan lainnya. Urusan pemerintahan yang didesentralisasikan pemerintah pusat kepada pemerintah provinsi sebagai daerah otonom adalah urusan yang berskala provinsi atau yang bersifat lintas kabupatenkota. Sejalan dengan itu, kewenangan pemerintah daerah kabupatenkota adalah urusan pemerintahan yang berskala kabupatenkota. Perbedaan kewenangan antara pemerintah pusat, provinsi dan pemerintah kabupaten kota akan ditemukan pada sifat dan wilayah berlakunya urusan pemerintahan. Proses pembangunan sangat berpengaruh terhadap 11 kemajuan di segala bidang dan pembangunan, diharapkan juga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat baik spiritual maupun material, hampir dalam setiap proyek pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah selalu didengarkan bahwa proyek yang dibangun dibiayai dari dana pajak yang telah dikumpulkan dari masyarakat, sehingga masyarakat juga menjaga proyek yang ada untuk dapat dipakai bagi kepentingan bersama. Berkaitan dengan itu sudah selayaknya jika setiap individu dalam masysarakat dapat memahami dan mengerti akan arti pentingnya peran pajak dalam kehidupan sehari-hari. Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah untuk melaksanakan otonomi, pemerintah melaksanakan berbagai kebijakan perpajakan daerah. Diantaranya dengan menetapkan undang-undang nomor 34 tahun 2000 tentang perubahan atas undang-undang nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Pemberian kewenangan dalam pengenaan pajak dan retribusi daerah diharapkan dapat mendorong pemerintahan daerah untuk terus berupaya mengoptimalkan PAD, khususnya yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah. Kebijakan pungutan pajak daerah berdasarkan perda diupayakan tidak berbenturan dengan pemungutan pusat pajak maupun bea dan cukai karena hal tersebut akan menimbulkan duplikasi pungutan yang pada akhirnya akan mendistorsi kegiatan perekonomian. Hal tersebut sebenarnya sudah diantisipasi dalam undang-undang nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana diubah dengan undang-undang nomor 34 tahun 2000 pasal 2 ayat 4 yang antara lain menyatakan bahwa objek pajak daerah bukan merupakan objek pajak pusat. Di negara-negara yang menganut paham hukum, segala sesuatu yang menyangkut pajak harus ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, pemungutan pajak kepada rakyat tentunya harus disertai dengan perangkat peraturan perundang-undangan yang disebut dengan hukum pajak. Di indonesia, undang-undang dasar 1945 pasal 23a mengatur dasar hukum pemungutan pajak oleh negara. Pasal ini menyatakan bahwa pajak dan pungutan lain bersifat 12 memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang. Penyelenggaraan otonomi daerah akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila didukung sumber-sumber pembiayaan yang memadai. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kemampuan keuangan daerah bagi penyelenggara rumah tangganya. Sekalipun demikian, otonomi daerah dalam kerangka negara republik indonesia, bukan hanya diukur dari jumlah PAD yang dapat dicapai, tetapi lebih dari itu yaitu sejauh mana pajak daerah dan retribusi daerah dapat berperan dalam mengatur perekonomian masyarakat agar dapat bertumbuh kembang, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah. Apabila ditinjau dari sejarahnya, masalah pajak ini sudah ada sejak zaman dahulu kala, walaupun saat itu belum dinamakan pajak.pada zaman dahulu “pajak” yang dimaksud merupakan suatu pemberian yang bersifat sukarela, yang diberikan oleh rakyat kepada rajanya. Besar kecilnya pemberian sukarela tersebut ditentukanditetapkan oleh pihak rakyat. Perkembangan selanjutnya pemberian itu berubah menjadi pemberian yang sifatnya dipaksakan dalam arti pemberian tersebut bersifat wajib, dan segala ketentuannya ditetapkan oleh negara secara sepihak. 3 Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan masyarakat dan negara baik di bidang kenegaraan maupun di bidang sosial dan ekonomi. Pada mulanya pajak bukan merupakan suatu pemungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja dalam memelihara kepentingan negara, seperti menjaga keamanan negara dari serangan musuh, membuat jalan untuk umum, membiayai pegawai kerajaan dan sebagainya. Bagi penduduk yang tidak melakukan penyetoran dalam bentuk natura maka ia diwajibkan melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk ______________________ 3 http:ndeso-go-blog.blogspot.com201112sejarah-pajak.html diakses pada tanggal 12 Juni 2015 13 kepentingan umum beberapa hari lamanya dalam satu tahun. Orang-orang yang memiliki status sosial yang tinggi termasuk orang-orang yang kaya, dapat membebaskan diri dari kewajiban melakukan pekerjaan untuk kepentingan umum tadi, dengan cara membayar uang ganti rugi. Besarnya pembayaran ganti rugi ini ditetapkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan untuk membayar orang lain yang menggantikan melakukan pekerjaan itu, yang seharusnya dilakukan sendiri oleh orang kaya yang memiliki status sosial yang tinggi dan orang kaya tadi. 4 Pengenaan pajak langsung sebagai cikal bakal dari pajak penghasilan sudah terdapat pada zaman romawi kuno, antara lain dengan adanya pungutan yang bernama tributum yang berlaku sampai dengan tahun 167 sebelum masehi. Pengenaan pajak penghasilan secara eksplisit yang diatur dalam suatu undang-undang sebagai income tax baru dapat ditemukan di Inggris pada tahun 1799. Berarti negara pertama kali yang mengundang-undangkan hukum pajak dari benua eropa sana, tepatnya di daerah Inggris. Tetapi sebenarnya dalam dunia hukum islam pajak lebih dikenal dengan sebutan zakat yang pada intinya fungsi dari zakat dan pajak tidak jauh berbeda. Zakat sudah ada sari zaman nabi Muhammad S.A.W. 5 Sejarah pengenaan pajak penghasilan di Indonesia dimulai dengan adanya tenement tax huistaks pada tahun 1816, yakni sejenis pajak yang dikenakan sebagai sewa terhadap mereka yang menggunakan bumi sebagai tempat berdirinya rumahbangunan. Pada periode sampai dengan tahun 1908 terdapat perbedaan perlakuan terhadap perpajakan antara penduduk pribumi, orang asia dan orang eropa, dengan kata lain dapat dikatakan, bahwa terdapat banyak perbedaan dan tidak ada uniformitas dalam perlakuan perpajakan. ____________________________ 4 Rochmat Soemitro, Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan 1944, cet. 8 Bandung: Eresco, 1977, hlm.1. 5 Zakat mempunyai peran penting, karena selain ia mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai ibadah fardiyah, dan juga sebagai ibadah muamalah ijtinaiyyah. 14 Terdapat beberapa jenis pajak yang hanya diberlakukan kepada orang eropa seperti “patent duty”. Sebaliknya bisnis tax untuk orang pribumi. Disamping itu sejak tahun 1882 sampai tahun 1916 dikenal adanya polltax yang pengenaannya berdasarkan status pribadi, pemilikan rumah dan tanah. Pada tahun 1908 terdapat ordonansi pajak pendapatan yang diberlakukan untuk orang eropa dan badan badan yang melakukan usaha bisnis tanpa memperhatikan kebangsaan pemegang sahamnya. Dasar pengenaan pajak penghasilan yang berasal dari barang bergerak maupum barang tak bergerak, penghasilan dari usaha, penghasilan pejabat pemerintah, pensiun dan pembayaran berkala. Tarifnya bersifat proporsional dari 1, 2,dan 3 atas dasar kriteria tertentu. Pada abad ke 19 di pulau Jawa, yaitu pada saat pulau Jawa dijajah oleh pemerintahan kolonial Inggris tahun 1811 sampai 1816. Pada waktu itu diadakan pungutan landrente yang diciptakan oleh Thomas Stanford Raffles, letnan gubernur yang diangkat oleh lord mintogubernur jenderal inggris di India. Pada tahun 1813 dikeluarkanlah peraturan landrente stelsel bahwa jumlah uang yang harus dibayar oleh pemilik tanah itu tiap tahunnya hampir sama besarnya. 6 Selanjutnya tahun 1920 dianggap sebagai tahun unifikasi, dimana dualistik yang selama ini ada, dihilangkan dengan diperkenalkannya general income tax yakni ordonansi pajak pendapatan yang diperbaharui tahun 1920 yang berlaku baik bagi penduduk pribumi, orang Asia maupun orang Eropa. Dalam ordonansi pajak pendapatan ini telah diterapkan asas-asas pajak penghasilan yakni asas keadilan domisili dan asas sumber. _______________________ 6 Tunggul Anshari Setia Negara, Pengantar Hukum Pajak, Cetakan ke-2 Malang: Bayu Media Publishing, 2008, hlm.3. 15 Dengan UU No.21 tahun 1957 nama pajak peralihan diganti dengan nama pajak pendapatan tahun 1944 yang disingkat dengan nama Ord.PPd.1944. pajak pendapatan sendiri disingkat dengan PPd setelah beberapa kali mengalami perubahan terutama dengan perubahan 1968 yakni dengan adanya UU No.8 tahun 1968 tentang perubahan dan penyempurnaan tata cara pemungutan pajak pendapatan 1944, pajak kekayaan 1932 dan pajak perseroan 1925, yang lebih terkenal dengan UU MPO dan MPS. Perubahan lainnya adalah dengan UU No.9 tahun 1970 yang berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 1983, yakni dengan diadakannya tax reform di Indonesia. Karena desakan kebutuhan dengan makin banyaknya perusahaan yang didirikan di Indonesia seperti perkebunan-perkebunan, pada tahun 1925 ditetapkanlah ordonansi pajak perseroan tahun 1925 yakni pajak yang dikenakan terhadap laba perseroan, yang terkenal dengan nama PPs pajak perseroan. Ordonansi ini telah beberapa kali perubahan dan penyempurnaan antara lain dengan undang-undang nomor 8 tahun 1967 tentang penyempurnaan tata cara pemungutan pajak pendapatan 1944, pajak kekayaan 1932 dan pajak perseroan tahun 1925 yang dalam praktek lebih dikenal dengan uu MPO dan MPS. Perubaqhan penting lainnya adalah dengan UU No.8 tahun 1970 dimana fungsi pajak adalah mengaturregulernd dimasukkan ke dalam ordonansi PPs 1925, khusussnya tentang ketentuan”tax holiday”. Ordonansi PPs 1925 berlaku sampai dengan tanggal 31 Desember 1983, yakni pada saat diadakannya tax reform, pada awal tahun 1925 –an yakni mulai berlakunya ordonansi pajak perseroan 1925 dan dengan perkembangan pajak pendapatan di negeri Belanda, maka timbul kebutuhan untuk merevisi ordonansi pajak pendapatan 1920, yakni dengan ditetapkannya ordonansi pajak pendapatan tahun 1932. Asas–asas pajak penghasilan telah diterapkan kepada penduduk Indonesia ; kepada bukan penduduk Indonesia hanya dikenakan pajak atas penghasilan yang dihasilkannya di Indonesia; ordonansi ini juga telah mengenal asas sumber dan asas domisili. 16

B. RUMUSAN MASALAH

Dokumen yang terkait

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Dalam Penerbitan Ijin Usaha Minimarket

0 59 102

Tinjauan Yuridis Hukum Administrasi Negara Terhadap Pemungutan Pajak Hotel Di Kota Rantau Prapat Berdasarkan Perda Kabupaten Labuhanbatu Nomor 6 Tahun 2011

7 173 98

Tinjauan Yuridis Hukum Administrasi Negara Terhadap Pemungutan Pajak Hotel Di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011

1 51 73

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Perizinan Usaha Warnet (Tinjauan Kebijakan Sosial Untuk Mencegah dan Mengatasi Perilaku Menyimpang Pengguna Warnet)

5 93 159

Implementasi Peraturan Walikota Medan Nomor 20 Tahun 2011 Dalam Penerbitan Ijin Usaha Minimarket

3 76 102

Tinjauan Yuridis Hukum Administrasi Negara Terhadap Pemungutan Pajak Hotel Di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011

0 0 7

Tinjauan Yuridis Hukum Administrasi Negara Terhadap Pemungutan Pajak Hotel Di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011

0 0 1

Tinjauan Yuridis Hukum Administrasi Negara Terhadap Pemungutan Pajak Hotel Di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011

0 0 13

Tinjauan Yuridis Hukum Administrasi Negara Terhadap Pemungutan Pajak Hotel Di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011

0 0 23

Tinjauan Yuridis Hukum Administrasi Negara Terhadap Pemungutan Pajak Hotel Di Kota Medan Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2011

0 0 2